Sabtu, 12 Juli 2008

Puncak Dzikir

Puncak Dzikir Adalah Alloh Ghoyatuhu (Alloh tujuan Nya)

( Intisari Khutbah Jum’at tanggal, 04 April 2008 M / 27 Rabiul Awal 1429 H )
Oleh : KH.Moh. Arifin Ilham

Tiada sikap yang lebih baik dan mulia, sebagai hamba Alloh bertauhid, cepat atau lambat pasti berjumpa dengan-Nya kecuali langkah taqwa menyertainya. Di manapun, kapanpun, dalam situasi apapun. Hamba Alloh yang senantiasa berdzikir kepada Alloh jalla jalaluhu, Alloh pun berdzikir kepada hamba itu
فَاَذْكُرُوْنىِ اّذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْالىِ وَلاَتَكْفُرُوْنِ
“Maka ingatlah, berdzikirlah kepada-Ku, Akupun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku” (QS. 2 Al Baqarah : 152)
Alloh banggakan hamba yang menyebut asma Alloh. Dari sekian banyak hikmah-hikmah yang Alloh berikan, kepada hamba yang terus menerus berdzikir dari rahmat Alloh, Huwalladzi yusholly ‘alaikum (QS. 33 Al-Ahzab : 43), mengundang perhatian para malaikat wamalaikatuhu, Alloh keluarkan kegelisahan kepada ketenangan, kemalasan kepada ketekunan, riya sum’ah ujub kepada keikhlasan, Liyukhrijakum minazhzhlumati ilan nuur, diampuni dosa-dosa mereka, yang berdzikir mendapat ganjaran yang amat sangat besar.
وَالذَّاكِرِيْنَ الله َكَثِيْرًا وَّالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّالله ُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًاعَظِيْمًا
“… Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Alloh, Alloh telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar” (QS. 33 Al Ahzab : 35).
Kaum Muslimin dan Muslimat yang banyak berdzikir kepada Alloh, Alloh telah persiapkan untuk mereka ampunan dosa dan ganjaran yang mulia
وَمَنْ يَعْشُ عَنْ ذِكْرِالرَّحْمَنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَنًا فَهُوَلَهُ قَرِيْنٌ
“Dan barangsiapa berpaling dari dzikir (pengajaran) Alloh Yang Maha Pengasih. Kami biarkan setan (menyesatkannya) dan menjadikan teman karibnya” (QS.43 Azzukhruf : 36).
Dari sekian banyak hikmah-hikmah yang Alloh berikan kepada hamba yang berdzikir ialah puncak yang dirindukan hamba yang terus menerus berdzikir adalah ; hafizhallah qolbahu ‘an dzikrihi ; Alloh jaga hati hamba, dan selalu ingat Alloh jalla jalaluhu, dan itu buah dari mujahadah / kesungguhan, ketulusan, istiqomahnya hamba itu terus menerus berdzikir kepada Alloh, hingga hatinya dijaga Alloh, untuk selalu ingat Alloh, di mana kapan dalam situasi apapun. “Kana Rasulullah sholluhu ‘alayhi wa alihi wa sallam fadzkurullaha kulla ahyanin” Rasul SAW senantiasa hati beliau dijaga oleh Alloh sampai tidurpun, mata tertutup tapi hati beliau ingat Alloh ”yanam wala yanam” karena beliau hamba Alloh selalu berdzikir kepada Alloh.
Karena itulah hamba-hamba yang selalu berdzikir ada suasana yang membuat dia takut, kalau lupa kepada Alloh. Karena itu mereka selalu berdzikir dan berdo’a
رَبِّ اَعِنِّى عَلىَ ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
“Ya robbi tolonglah hati ini selalu ingat kepadamu, selalu mensyukuri ni’matmu dan selalu dapat menegakkan ibadah terbaik kepadamu” Mereka yang banyak berdzikir, akan banyak syukurnya kepada Alloh, dan mereka yang banyak syukurnya kepada Alloh, maka akan menegakkan ibadah baik kepada Alloh sebagai wujud syukur atas segala ni’mat-ni’mat yang Alloh berikan kepada dirinya. Di antara tanda-tanda cintanya Alloh kepada hamba, maka hamba itu diberi oleh Alloh kelezatan dalam berdzikir dan inilah surga sebelum surga. Lezatnya dunia ini, tatkala kita merasakan kelezatan berdzikir, karena hamba Alloh yang berzikir dan taat kepada Alloh bagaimana tidak taat, karena dia ingat Alloh yang menciptakan alam semesta ini, Alloh yang akan menghidupkan dan mewafatkannya.
Alloh menatap, mendengar, dan memperhatikannya. Tidak ada tempat, waktu, dan tidak sempat terlintas berfikir untuk melakukan ma’siat, yang ada khauf / takut kepada-Nya dan roja’ mengaharap amat sangat kepada-Nya. Mahabbah memburu cinta-Nya sehingga alunan dzikir subhanallah wal hamdulillah wala ilaha illalah wallohu akbar, terjemahan wirid hatinya rindu cinta dan takut kepada Alloh sehingga ia merasakan keagungan, keni’matan, kemuliaan bahkan kedahsyatan tenggelam cintanya kepada Alloh اَلاَ بِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبُ “ingatlah, hanya dengan mengingat Alloh hati menjadi tenang” (QS. 13 Ar Ra’d : 38). Ia menemukan taman surga, sebelum hakekat taman surga, karena dzikir telah menjadi kepribadiannya. Buah dari mujahadahnya terus berdzikir kepada Alloh, kalau hamba itu berdiam berdzikir, Alloh mendekatinya dengan berjalan kalau hamba berjalan maka Alloh mendekatinya berlari, kalau hamba itu berlari dengan dzikirnya maka Alloh terbang mendekati hamba itu. Ingatlah Aku kata Alloh, maka Aku ingat kamu, siapa yang ingat Alloh saat senang maka saat ia susah Alloh akan menolong.
Hamba yang selalu berdzikir menjadikan Alloh ghoyatuhu ( غَايَتُهُ ) Alloh tujuannya. Apa yang ada dihatinya dipikirkan, diucapkan dan diamalkan tidak ada intrik-intrik tidak ada retorika, tapi ada kesan tawadhu’ tidak ada yang dibuat-buat, karena ia tahu hidup ini sebentar, dan akan hidup selama-lamanya di akhirat. Kerinduannya adalah liqo Alloh / berjumpa dengan Alloh, maka itulah Alloh tujuannya. Di antara hamba-hamba Alloh mewakafkan, bukan hanya hartanya tapi jiwa raganya untuk mencari ridho Alloh. Karena Alloh tujuan hidupnya maka ia butuh teladan, yang mendapat ridho Alloh, dipuji oleh Alloh, sebaik-baik teladan wa innaka la’ala khuluqin adziim pujian Pencipta kepada ciptaannya, Alloh memuji nabi Muhammad SAW, karena itulah rasul sebagai uswah, qudwah dalam setiap langkah kehidupannya. Sehingga disekitarnya pun dapat berkah. Buah dari rindunya kepada ridho Alloh, rasul sebagai teladannya sehingga dunia ini menjadi majlis dzikir.
الَّذِيْنَ يَذْكُرُوْنَ الله َقِيَامًا وَقُعُّوْدًا وَعَلىَ جُنُوْبِهِمْ
“Orang-orang yang mengingat Alloh sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring” (QS.3 Ali Imran : 191). Di rumah di jalan, di kantor ingat Alloh, maka dunia ini terhampar luas bagi majlis dzikir, karena apa yang di lihat, di dengar makhluk Alloh, dimiliki oleh Alloh, digerakkan oleh Alloh ; inilah pesona Ilahi yang membuat ia semakin terkagum-kagum. Bumi ini menjadi masjid, dan ia yang senang berdzikir, QS. 24 An-Nur 36.
فىِ بُيُوْتٍ اَذِنَ الله ُ اَنْ تُرْفَعَ وَيُذْكَرَ فِيْهَا اسْمُهُ يُسَبِّحُ لَهُ فِيْهَا بِالْغُدُوِّ وَاْلاَصَالِ
“( Cahaya itu) di rumah-rumah yang di sana telah diperintahkan Allah untuk memuliakan dan menyebut nama-Nya, di sana bertasbih (menyucikan) nama-Nya pada waktu pagi dan petang” (QS.24 An Nur : 36)

Tidak ada komentar: