Minggu, 21 Desember 2008

Menimbang Harga Kesulitan

Mengapa dalam hidup harus ada kesulitan? Agar kemudahan menjadi punya nilai dan makna. Mengapa dalam kehidupan harus ada kesulitan? Agar kemudahan menantang untuk dicari, dikejar dan akhirnya dinikmati.

Kesulitan adalah nuansa fluktuatif kehidupan. Yang seharusnya menambah indah suasana hidup ini. Agar tidak membosankan. Karena watak manusia selalu bosan dengan satu suasana yang tidak berubah. Bukannya kita menantang kesulitan untuk datang. Tetapi karena kesulitan adalah suatu kepastian. Hingga kita dituntut untuk bisa bersikap positif dalam menghadapinya.

Semua yang diciptakan Allah selalu memiliki makna. Tidak ada yang sia-sia. Semuanya menyiratkan pelajaran berharga. Menyimpan rahasia yang tidak luput dari sifat kasih sayang Allah untuk hamba-hamba-Nya. Maka inilah ungkapan positif yang selalu keluar dari fikiran dan ucapan seorang hamba yang beriman. “Ya Allah tidaklah sia-sia apa yang telah Engkau ciptakan, Maha Suci Engkau maka jauhkanlah kami dari api neraka. E(QS. Ali Imaran: 191)

Kesulitan dialami semua orang. Tetapi maknanya berbeda-beda. Yang bisa menentukan makna itu adalah kita sendiri. Karena kita yang lebih tahu tentang diri kita. Sehingga kita dapat meraba mengapa kesulitan itu tiba.

Berikut adalah makna-makna yang bisa digali dari sebuah kesulitan:

1. KESULITAN SEBAGAI PENEBUS DOSA
Kesulitan itu bisa beragam bentuk dan macamnya. Ada kalanya berupa kematian, sakit, kemiskinan, kegagalan, kekecewaan dan sebagainya. Kesemuanya berpungsi sebagai penebus dosa untuk mukminin. Tentunya untuk mendapatkan penebusan dosa itu harus menyertakan kesabaran dalam menghadapinya. Penyerahan diri yang tulus kepada Allah dan ridha dalam menerimanya.

Imam Syafi’i mengajarkan nilai-nilai ini dalam untaian bait syairnya:

Biar hari-hari berbuat semuanya
Dan buatlah hari ini rela ketika taqdir ini tiba
Jangan gelisah dengan kelamnya malam
Karena peristiwa dunia ini tidak ada yang abadi.

Tidak ada manusia yang tak berdosa. Sangat banyak kekhilafan yang pernah kita lakukan. Kita sangat butuh ampuanan Allah. Dan kita khawatir akan datangnya hari perhitungan amal. Apakah jadinya, kalau kebaikan kita ditimbang dengan kejahatan. Kita masih sangat cemas, jangan-jangan amal kejahatan kita masih lebih berat. Mungkin saja amal kebajikan kita banyak. Tetapi siapakah yang bisa menjamin ada satu diantara sekian banyak yang diterima oleh Allah.

Dengan demikian kalau kesulitan menindih kita, selain sabar cobalah menyisipkan rasa syukur. Semoga dengan kesulitan itu Allah berkenan menghapus dosa-dosa yang telah lalu.

Ada sebagian orang yang harus terbaring di tempat tidur bertahun-tahun lamanya berjuang melawan penyakit. Sebelum akhirnya ia harus mengakhiri hidupnya. Kalau dia seorang mukmin, harga mahal yang telah dia bayar akan membuatnya mudah menghembuskan nafas yang terakhir. Allah telah mencuci dosanya dengan penyakit yang menggerogotinya. Agar kelak menghadap Allah dalam keadaan suci kembali. Karena tidak ada yang selamat, kecuali mereka yang menghadap Allah dengan hati yang suci.

Kesulitan ibarat bara api yang membakar dosa. Untuk membakar dosa yang besar diperlukan bara api yang besar. Maka, anggaplah wajar kalau kesulitan bertubi-tubi. Tuduhlah diri sendiri dan instrospeksi harus terus dilakukan.

2. KESULITAN SEBAGAI PENYARING MUTU
Untuk mendapatkan emas yang murni harus dibakar dengan panas yang tinggi. Untuk mendapatkan baja maka harus dilebur dulu dalam bara api yang sangat panas.

Mereka yang masih duduk dibangku sekolah, kesulitan ujian adalah merupakan bagian dari penyaringan mutu. Mereka yang sudah bekerja, juga perlu disaring dengan diberikan tugas-tugas yang sulit untuk melihat siapa yang capable dan siapa yang tidak layak.

Hanya manusia-manusia pilihan saja yang bertahan hidup hingga garis finis. Yang mampu melampaui rintangan-rintangan kesulitan. Sedangkan yang lemah akan terkubur oleh kesulitan dan musibah.

Masalah akhirat juga begitu. Allah akan menyaring hambanya. Tidak dibiarkan orang mengaku beriman begitu saja. Keimanan bukan hanya pengakuan lisan yang biasa berbohong perlu disaring, agar bersih dari sifat kekufuran dan kemunafikan yang tersembunyi.

“Apakah manusia menyangka akan dibiarkan berkata kami beriman, padahal mereka belum diuji. Sungguh Kami telah menguji orang-orang sebelummu. E(QS. Al-Ankabut: 2)

Dalam perang Uhud yang diikuti oleh sekitar seribu pasukan muslimin, harus berkurang 300 orang. Mereka lebih memilih pulang ke Madinah karena mereka tidak sanggup menghadapi ujian peperangan. Ya, mereka orang-orang yang munafik. Kemunafikan pasti akan gugur di medan ujian.

Maka para nabilah yang paling berat ujiannya. Kesulitan yang mereka hadapi sangat besar. Semakin besar keimanan semakin berat ujian kesulitan yang harus dihadapi.

Rasulullah ditanya, siapakah yang paling berat ujiannya? Beliau menjawab, “Para nabi dan mereka yang mengikuti jejak mereka. E
3. KESULITAN SEBAGAI SIKLUS KEHIDUPAN
Alam ini bergerak sesuai dengan sunatullah. Seluruh alam ini tunduk kepada aturan Allah. Bumi akan terus berputar pada garis edarnya. Daun dari tunas, tumbuh hijau sejuk dipandang hingga menguning dan kering akhirnya rontok ke bumi.

Kesulitan merupakan siklus kehidupan yang pasti akan terjadi. Hanya giliran saja yang akan menanti. Kalau hari ini ada kesulitan yang berarti memang hari-hari yang lalu sudah kita lalui dengan kenikmatan.

Nabi Ayyub mencoba menengok penyakit yang dialaminya dari sisi kehidupan. Dari situ dia mendorongnya hingga memunculkan kesabaran. Ketika isterinya mendesaknya agar berdoa agar memohon kepada Allah supaya disembuhkan, beliau berkata, “Aku malu kepada Allah, karena sebelum ini aku telah menikmati kesehatan lebih lama dari masa-masa sakit. E
Roda kehidupan ini akan terus berputar dan bergilir. “Dan hari-hari itu Kami pergilirkan diantara manusia. Ebegitu Allah menjelaskan.

Yang hari ini mendapatkan kesenangan, berarti dia harus bersiap untuk menghadapi kesulitan. Dan yang hari ini mengalami kesulitan, berarti dia boleh berharap untuk sebuah kesenangan yang akan datang sesudahnya.

4. KESULITAN SEBAGAI ISYARAT AKAN DATANGNYA KEMENANGAN
Hidup ini adalah perjuangan. Dalam pengertian apapun. Seorang suami harus berjuang menunaikan kewajibannya. Seorang isteri, seorang mahasiswa, seorang karyawan, seorang pejabat. Siapa saja yang menjalani hidup ini, harus mengerti bahwa hidup ini adalah medan perjuangan. Perjuangan membutuhkan pengorbanan. Tanpa pengorbanan tak akan diraih kemenangan. Kesulitan akan banyak menyita waktu, tenaga, potensi dan biaya untuk menyelesaikannya. Ini adalah bagian dari pengorbanan.

Seluruh kejayaan dan kemenangan hanya milik Allah. Dan Dia tidak akan memberikannya kecuali kepada yang layak menerimannya. Kalau usaha-usaha sudah terasa maksimal, tetapi yang datang justru musibah jangan disikapi dengan negatif. Justru harus dilihat dari sisi positif.

Perjuangan hidup apapun bentuknya akan melalui fase-fase tertentu hingga berlabuh di pantai kemenangan. Diantara fase itu adalah fase fitnah, cobaan dan kesulitan. Dan ini adalah fase terakhir sebelum memasuki gerbang kejayaan dan kemenangan.

Seorang ulama besar berkata, “Sebarkanlah Islam ini karena Islam ini asing dimasyarakat kalian. Jika Islam ini sudah dikenal maka berhati-hatilah, karena kalian akan dikejar-kejar, dituduh, difitnah dan dipenjara. E
Allah tidak begitu saja memberikan kemenangan ini dengan harga murah. Kalau kemenangan belum juga datang, berarti kita belum layak untuk menerimanya.

Sebelum Islam menggapai keujung dunia, Muslimin di zaman Rasulullah itu harus melalui cobaan yang berat. Diasingkan, dituduh, diboikot dan diperangi.

Al-Aqsha hingga hari ini belum juga bebas. Padahal sudah berapa benyak darah para syuhada yang tumpah. Berarti harga Al-Aqsha belum tertebus, masih butuh lagi syuhada yang lain. Ibarat jarak tempuh, semakin jauh jarak yang dituju, harus semakin banyak pula persediaan bensin.

Memang seluruh kehidupan dunia ini adalah perjuangan. Jangan pernah berhenti berjuang. Jangan lemah hanya kaki ini berdarah tersandung batu cobaan. Imam Ahmad oleh puterannya Abdullah, “Wahai ayah, kapan engkau istirahat? EBeliau menjawab, “Ketika sebelah kaki ini sudah menginjak surga. E
Jadi, Kesuilitan bisa jadi merupakan kabar gembira dan isyarat kemenangan.

5. KESULITAN ADALAH HARGA SURGA
Surga itu mahal. Kata-kata itu diulang nabi sampai tiga kali. Karena keindahan dan kenikmatannya belum pernah dirasakannya dan berdetik terdetik sedikitpun di hati manusia.

“Apakah kalian mengira akan mesuk surga, sedangkan kalian belum merasakan apa yang dirasakan oleh orang-orang sebelum kalian. Dulu mereka ditimp, peperangan dan goncangan. Hingga rasul dan orang-orang yang kemiskinan, peperangan dan goncangan. Hingga Rasul dan orang-orang yang bersamanya berkata, ‘Kapankah pertolongan Allah tiba. EIngatlah pertolongan Allah itu dekat. E
Surga tidak mudah begitu saja diraih. Cobaan akan terus bergulir. Hingga benar-benar melahirkan mukmin yang bersih. Karena surga tidak mungkin mereka yang kotor. Kesulitan akan membersihkan noda-noda dosa. Menyaring siapa yang berhak mendapatkan kebahagiaan surga dan siapa yang tidak layak mendapatkannya. Amr bin Jamuh berkata kepada Rasulullah dalam perang Uhud, “Ya Rasulullah aku ingin menginjak surga dengan kakiku yang pincang ini. E
Kesulitan itu beragam maknanya. Setiap terjadi kesulitan, mari kita lihat apa makna yang tersirat dibaliknya. Agar kita mengerti, bahwa dibalik kesulitan itu ada harga dan nilai yang sangat berharga.[]

die *Majalah Tarbawi*

SUNNATULLAH

Siapa Menolak Pasti Binasa

Al Qur’an adalah sumber ilmu, dan ilmu Al Qur’an tidak hanya menjangkau masalah Akhirat saja, tapi ia menjangkau masalah dunia Akhirat. Al Qur’an merupakan khazanah bumi dan langit, bagi orang yang mengetahuinya atau bagi orang yang Allah beri ilmu tentangnya. Sangat beruntunglah bagi orang yang Allah beri anugerah tentangnya, karena ilmu Al Qur’an sungguh ajaib. Sebagian besar kandungan Al Qur’an adalah ilmu-ilmu yang tersirat daripada yang tersurat. Kalau yang mentafsir Al Qur’an tidak Allah anugerahkan ilmu, maka ia tidak akan dapat menggali dan menjangkau ilmu-ilmu yang tersirat itu. Dia hanya memahami kulit atau bagian luarnya saja, dan tidak mampu menggali lebih dalam lagi.
Inilah sebenarnya salah satu masalah manusia di zaman ini, banyak orang yang ghiroh atau gairah membaca Al Qur’an, membaca ayat-ayat Al Qur’an dan menterjemahkannya. Akan tetapi hasil dari membaca dan menterjemahkan itu tidak melahirkan ilmu yang sebenarnya. Sehingga orang yang tidak paham hakekat Al Qur’an, seperti orang asing yang bukan Islam atau orang Islam yang belajar Islam tapi sekuler, mereka mempelajari Al Qur’an tetapi tidak mendapatkan ilmu. Padahal Al Qur’an adalah khazanah yang sangat luas, seluas khazanah bumi dan langit.
Sunnatullah adalah salah satu ilmu yang ada di dalam Al Qur’an, yang mudah-mudahan dengan ilmu itu menjadi guide line untuk memperjuangkan Islam, hingga Islam mencapai kejayaan seperti pada kebangkitan yang pertama, yaitu di masa Rasulullah saw dan Sahabat.
Di dalam Al-Qur’an ada 2 ayat dengan 3 kalimat yang terjemahannya seperti berikut :
“… Sekali-kali kamu tidak dapati sunnah Allah itu berubah” (Q.S.Al Ahzab: 33). “… Sekali-sekali engkau tidak akan dapati sunah Allah itu bertukar ganti…” (Q.S.Faathir: 43) “… Sekali-sekali engkau tidak akan dapati sunah Allah itu beralih”(Q.S.Faathir: 43)
Kalau kita perhatikan ketiga kalimat dalam Al Qur’an di atas, lafaz terakhirnya berbeda, akan tetapi terjemahannya sama.

APAKAH SUNNATULLAH ITU ?
Definisi dari sunnatullah adalah “Peraturan atau sistem atau ketentuan Tuhan untuk hamba-Nya di dunia ini, baik hamba-Nya yang bernyawa maupun hamba-Nya yang tidak bernyawa.”
Walaupun Allah berkuasa dan kuasa-Nya tidak dapat dihalang oleh siapapun, akan tetapi karena Allah sudah membuat aturan, maka Allah tidak akan merubah aturan itu sejak azali (sejak awal-awal penciptaan makhluk). Allah sangat disiplin dalam menjaga peraturan, baik untuk makhluk-Nya yang bernyawa maupun makhluk-Nya yang tidak bernyawa. Tuhan Maha Berdisiplin, sehingga apabila sudah menetapkan suatu peraturan maka Tuhan tidak akan merubah peraturan itu. Maka dalam 3 ayat di atas Allah tegaskan bahwa Allah tidak akan merubah sunah Nya. Tidak seperti kita, yang banyak membuat peraturan akan tetapi kita sendiri susah untuk melaksanakannya.
Tuhan perintahkan kepada kita agar kita paham benar bahwa sunah Tuhan tidak akan berubah. Yang mana sunnah Tuhan itu ada yang dapat diketahui oleh manusia, karena bersifat lahirilah dan ada pula yang bersifat tidak dapat diketahui. Misalnya Sunah untuk kayu-kayuan, kita tidak paham, bahwa jika di antara pohon-pohon itu melanggar sunnah, maka pohon-pohon itupun tidak bertahan, akan rusak. Demikian pula pada binatang dan juga para malaikat, mereka ada sunnah tersendiri. Hanya, kalau malaikat taat pada sunnah Allah.
Untuk manusia, Tuhan sudah menetapkan sunnah yang tersendiri yang terdiri dari dua aspek, yang pertama yang disebut Karhan dan yang kedua disebut Tau’an. Firman Allah dalam Al Quran Surat Ar Ra’d Ayat 15 yang artinya : “Dan kepada Allah jualah sekalian makhluk yang ada di langit dan di bumi tunduk menurut, baik dengan sukarela (tau’an) atau terpaksa (karhan).”

KARHAN
Sunah Karhan ini maksudnya adalah terpaksa, artinya kita terpaksa atau harus ikut sunnah Qarhan ini, walaupun kita setuju dengannya, ataupun tidak. Kalau kita nekat melanggarnya, maka kita akan mendapat masalah. Contohnya, manusia bernafas dengan menggunakan oksigen (O2), akan tetapi bila manusia nekat ingin bernafas dengan air, maka akan binasalah ia. Contoh lain adalah, bila ingin kenyang, maka kita harus makan. Ingin punya anak harus menikah. Sunnah api membakar, dan lain-lain.
Walaupun Allah sudah katakan bahwa sunnah Allah tidak berubah, akan tetapi sesekali Allah buat lain atau pengecualian, sebab Allah bermaksud untuk menyelamatkan aqidah umat. Contonya Nabi Isa as yang lahir tanpa ayah, karena Allah ingin menunjukan kuasa-Nya, bahwa yang menciptakan manusia adalah Allah, bahwa lahirnya seorang manusia atas kehendak Allah Ta’ala. Nabi Ibrahim as selama 40 hari dibakar, tapi api tidak membakar Nabi Ibrahim. Yang sebenarnya adalah Allah ingin menunjukkan, bahwa atas kehendak Allahlah api itu membakar sesuatu. Agar manusia tidak menganggap api itu Tuhan.
Yang termasuk sunnah qarhan juga adalah Tuhan sudah sunnahkan bahwa “berhentilah makan sebelum kenyang”, maka jika kita melanggarnya kita akan sakit. Akan tetapi sunnah ini hanya sedikit saja orang yang paham, hanya ahli-ahli kesehatan saja yang tahu. Akan tetapi banyak kisah-kisah orang sholeh yang makan berbagai jenis makanan tapi sehat, tidak sakit. Allah ingin tunjukan bahwa yang mendatangkan sakit itu Tuhan, bukan makanan atau yang lainnya.

TAU’AN
Sebagian besar umat Islam hari ini hanya paham sunnah yang qarhan saja, yang sunnah itu pun kita tidak mampu merubahnya, karena sudah menjadi ketetapan Allah. Sebenarnya Allah SWT juga sudah menetapkan sunnah yang diperuntukan kepada orang-orang yang bertaqwa, yang disebut sunnah Tau’an. Sunnah Tau’an ini hanya dipahami oleh orang-orang bertaqwa saja, karena ia bersifat maknawi dan rohani.
Akhir-akhir ini negara kita banyak mengalami musibah yang berupa bencana alam, ada tsunami, gempa bumi, banjir, semburan lumpur panas, dan lain-lain. Sebenarnya, Allah tidak akan menimpakan bencana kepada sekumpulan orang di suatu tempat apabila di tempat itu mayoritas orangnya sholeh-sholeh. Bahkan Allah juga tidak akan timpakan bencana seperti perang, yang dengan perang itu banyak orang di daerah itu yang binasa. Allah berfirman dalam Al Qur’an Surat Huud ayat 117 yang maknanya bahwa “Tuhan tidak akan memusnahkan suatu kaum kalau mereka itu orang soleh.”
Bukan saja bencana itu tidak ditimpakan kepada orang-orang sholeh atau orang bertaqwa, akan tetapi Allah akan memberi bantuan (Q.S.Al Jasiyah: 19), membukakan berkat dari pintu langit dan bumi. Firman Allah yang artinya: “Berhak atas Kami menolong orang mukmin” (Q.S.Ar Rum: 47). “Jika penduduk suatu negeri beriman dan bertaqwa, Tuhan akan bukakan berkat dari langit dan bumi…” (Q.S.Al A’Raf: 96)
Allah SWT juga sudah sunnahkan bahwa Dia akan menganugerahkan rahmat di dunia dan di Akhirat, akan tetapi rahmat di Akhirat lebih besar dari rahmat di dunia.
Rahmat yang Allah anugerahkan di dunia di antaranya adalah, bahwa Allah akan selesaikan seluruh masalah yang dihadapi orang bertaqwa, dan Allah juga akan datangkan rizki yang tidak disangka-sangka. Allah berfirman yang maksudnya: “Barang siapa yang bertaqwa pada Allah, Allah akan lepaskan dia dari masalah hidup, dan memberi rizki dari sumber yang tidak diketahui… ” (Q.S.At-Thalaq 2-3)
Allah SWT juga akan menganugerahkan rahmat di dunia dengan mendatangkan ilmu sesuai keperluan kita. Firman Allah yang maksudnya: “…Bertaqwalah kepada Allah, niscaya Allah akan mengajar kamu…” (Q.S.Al Baqarah: 282)
Rahmat Allah bagi orang bertaqwa di Akhirat di antaranya adalah, Allah akan anugerahkan Syurga yang seluas langit dan bumi yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Dan Allah akan menutupi kesalahannya dan melipatgandakan pahala bagainya. Firman Allah yang artinya: “Akan tetapi orang-orang yang bertaqwa pada Tuhannya, bagi mereka Syurga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, sedang mereka kekal di dalamnya sebagai tempat tinggal dari sisi Allah” (Q.S.Ali Imran: 198). “Barang siapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan menutupi kesalahan-kesalahannya dan melipat gandakan pahala baginya”(Q.S.At-Thalaq:5)
Begitulah sunnah Allah kepada orang yang bertaqwa dan masih banyak lagi ayat-ayat dalam Al Qur’an yang menjelaskan masalah taqwa. Akan tetapi kebanyakan orang di zaman ini menggunakan kekuatan akal untuk menyelesaikan seluruh masalah yang ada, termasuk para ulama. Artinya kalau dalam menyelesaikan masalah dengan menggunakan akal saja, maka tidak akan wujud taqwa. Akan tetapi bila ada orang yang bertaqwa, maka berlakulah bantuan Tuhan dengan diturunkannya rahmat dan barokah. Oleh karena itu janganlah kita menggunakan akal semata-mata, marilah kita mengajak manusia untuk bertaqwa. Karena akal itu hanya dipergunakan untuk menghujah, yang mendasari taqwa, akan tetapi akal bukanlah rujukan yang sebenarnya, ia hanya sebagai alat saja.
Kita lihat di zaman ini, kebanyakan orang Islam beramai-ramai dengan kekuatan akal, membangun tamadun (peradapan) Islam dengan memcontoh orang barat. Pendidikan yang sekuler, ekonomi dengan kapitalisnya, pemerintahan dengan sistem partainya, kebudayaan atau hiburan yang melalaikan, dan lain-lain. Padahal Islam ada cara tersendiri, yang ia tidak mencontoh barat dan timur. Dalam sejarah Islam tidak pernah kegemilangan Islam itu dengan mencontoh ummat lain apalagi mencontoh cara musuh.
Kita lihat bagaimana Rasulullah saw membangun tamadun yang berbeda dari sistem yang ada, padahal waktu itu Romawi dan Persia sangat maju, seperti Amerika dengan Baratnya dan Uni Soviet ketika masa jayanya. Tapi Rasulullah tidak mencontoh Romawi dan Persia.
Kita lihat juga bagaimana Sultan Muhammad Al Fateh, membangun 335 bangunan anti gempa yang pertama dan yang sangat canggih, dengan insinyurnya yang bernama Mimar Sinan. Tanpa mencontoh bangsa lain, padahal saat itu Barat sudah maju.
Cara Islam adalah cara taqwa. Itulah yang sudah terjadi dan kita saksikan dalam sejarah. Walaupun ummat Islam dalam jumlah sedikit dan fasilitas yang ala kadarnya, akan tetapi bisa menawan dunia.
Kita tengok lagi ke belakang, Rasulullah berperang sebanyak 74 kali, dalam peperangan-peperangan itu satu kali saja umat Islam berperang dalam keadaan jumlah yang banyak. Salahudin Al Ayubi, bangsa Kurdi, bangsa Arab gunung saja, berhasil mengusir orang-orang barat, dengan jumlah dan senjata ala kadarnya. Itu juga yang terjadi pada Sayyidina Umar bin Abdul Aziz, Sultan Muhammad Al Fateh yang merebut Konstantinopel (Turki), Thariq bin Ziyyad yang menaklukan Eropa lewat Andalusia (Spanyol).
Sejarah sudah membuktikan bahwa dalam kegemilangan Islam selalu ada pemimpin, dan pemimpin itu adalah pemimpin yang bertaqwa. Dari pemimpin yang bertaqwa inilah akan lahir jamaah yang bertaqwa. Dengan adanya pemimpin dan jamaah yang bertaqwa maka Allah akan datangkan berbagai bantuan.
Memang sudah menjadi sunnatullah, bahwa Allah tidak akan serahkan bumi ini kepada umat Islam sebelum ada jamaah yang bertaqwa. Dan sebelum ada kekuatan taqwa, maka bumi ini akan diserahkan kepada orang yang mempunyai kekuatan quwwah (kekuatan lahir). Tapi dengan kekuatan quwwah ini Allah berikan dengan istidraj (di beri dalam keadaan murka). Firman Allah yang maksudnya: “Akan Aku wariskan bumi ini kepada hamba-hamba-Ku yang sholeh (bertaqwa)”. (Al Anbiya: 105)
Contoh lainnya adalah, bagaimana para ahli alam, para pemimipin, anggota masyarakat dengan akalnya menanggapi terjadinya gempa yang menimpa tanah air akhir-akhir ini. Kita saksikan bersama bagaimana mereka memberi penjelasan di media masa tentang gempa misalnya. Bahwa gempa itu terjadi karena lempengan bumi yang patah sehingga terjadi gelombang di permukaan bumi, yang menghancurkan segala yang ia lewati. Dengan patahan itu pula akan menyebabkan adanya gelombang air laut yang disebut tsunami.
Kebanyakan orang hanya membahas sebab-sebab terjadinya bencana, tanpa dikaitkan dengan Tuhan sama sekali. Padahal sudah menjadi sunnatullah bahwa setiap kejadian, Tuhan selalu datangkan sebab-sebabnya. Bukankah “sebab” itu Allah juga yang menciptakan?
Seharusnya kita, terutama para ulama dan pemimpin paham, bahwa bencana itu Allah yang mendatangkan. Kalau kita kaum yang beriman dan bertaqwa, maka Allah tidak akan timpakan bencana itu. Hendaknya kita bertanya kepada ahli dzikir, mengapa Allah murka kepada kita, seperti kata Allah dalam Al Qur’an:
“Bertanyalah engkau bertanya kepada Ahli dzikir jika engkau tidak mengetahui.” (QS An Nahl :43)
Bukan kepada orang pandai atau genius yang kuat akalnya, karena akal juga makhluk yang dhoif, yang ada batasnya. Kalau setiap masalah yang kita hadapi, kita gunakan akal untuk menyelesaikannya, maka kita akan tersesat. Bila akal sudah terpisah dengan Tuhannya, maka akal akan menjadi ‘tuhan’.
Kalau kita melaksanakan sunnah Allah ini, maka Allah akan datangkan bantuan pada kita. Akan tetapi apabila kita masih berbuat jahat menurut ukuran sunah Allah, maka Allah akan azab kita. ***

Jumat, 19 Desember 2008

PEMBICARAAN ANTARA RASULULLAH S.A.W DENGAN IBLIS

Telah diceritakan bahawa Allah S.W.T telah menyuruh iblis datang kepada Nabi Muhammad s.a.w agar menjawab segala pertanyaan yang baginda tanyakan padanya. Pada suatu hari Iblis pun datang kepada baginda dengan menyerupai orang tua yang baik lagi bersih, sedang ditangannya memegang tongkat.
Bertanya Rasulullah s.a.w, "Siapakah kamu ini ?"
Orang tua itu menjawab, "Aku adalah iblis."
"Apa maksud kamu datang berjumpa aku ?"
Orang tua itu menjawab, "Allah menyuruhku datang kepadamu agar kau bertanyakan kepadaku."

Baginda Rasulullah s.a.w lalu bertanya, "Hai iblis, berapa banyakkah musuhmu dari kalangan umat-umatku ?"
Iblis menjawab, "Lima belas."

1. Engkau sendiri hai Muhammad.

2. Imam dan pemimpin yang adil.

3. Orang kaya yang merendah diri.

4. Pedagang yang jujur dan amanah.

5. Orang alim yang mengerjakan solat dengan khusyuk.

6. Orang Mukmin yang memberi nasihat.

7. Orang yang Mukmin yang berkasih-sayang.

8. Orang yang tetap dan cepat bertaubat.

9. Orang yang menjauhkan diri dari segala yang haram.

10. Orang Mukmin yang selalu dalam keadaan suci.

11. Orang Mukmin yang banyak bersedekah dan berderma.

12. Orang Mukmin yang baik budi dan akhlaknya.

13. Orang Mukmin yang bermanfaat kepada orang.

14. Orang yang hafal al-Qur'an serta selalu membacanya.

15. Orang yang berdiri melakukan solat di waktu malam sedang orang-orang lain semuanya tidur.

Kemudian Rasulullah s.a.w bertanya lagi, "Berapa banyakkah temanmu di kalangan umatku ?"
Jawab iblis, "Sepuluh golongan :-

1. Hakim yang tidak adil.

2. Orang kaya yang sombong.

3. Pedagang yang khianat.

4. Orang pemabuk/peminum arak.

5. Orang yang memutuskan tali persaudaraan.

6. Pemilik harta riba'.

7. Pemakan harta anak yatim.

8. Orang yang selalu lengah dalam mengerjakan solat/sering meninggalkan solat.

9. Orang yang enggan memberikan zakat/kedekut.

10. Orang yang selalu berangan-angan dan khayal dengan tidak ada faedah.

Mereka semua itu adalah sahabat-sahabatku yang setia."
Itulah di antara perbualan Nabi dan iblis. Sememangnya kita maklum bahawa sesungguhnya Iblis itu adalah musuh Allah dan manusia. Dari itu hendaklah kita selalu berhati-hati jangan sampai kita menjadi kawan iblis, kerana sesiapa yang menjadi kawan iblis bermakna menjadi musuh Allah. Demikianlah sebaliknya, sesiapa yang menjadi musuh iblis bererti menjadi kawan kekasih Allah.

Bertani di Syurga

Pada suatu hari Rasulullah SAW berbicara dengan seorang lelaki dari desa. Beliau SAW menceritakan bahwa ada seorang lelaki penghuni syurga meminta kepada Allah untuk bercocok tanam, kemudian Allah bertanya kepadanya bukankah Allah telah berikan semua perkara yang dia perlukan? Lelaki itu mengakui, tetapi dia suka bercocok tanam. Lalu dia menabur biji benih. Tanamn itu langsung tumbuh. Kesemuanya sama. Setelah itu dia menuainya. Hasilnya dapat setinggi gunung. Allah berfirman kepadanya, "Wahai anak Adam, ia tidak mengenyangkan perut kamu".

"Demi Allah, orang itu adalah orang Quraisy atau pun Anshar karena mereka dari golongan petani. Kami bukan dari golongan petani", kata orang Badui itu. Rasulullah SAW tertawa mendengar kata-kata orang badui itu.

Senin, 27 Oktober 2008

KAMAR-KAMAR DI SYURGA

Rasulullah S.A.W pernah bersabda bahawa di dalam syurga itu terbahagi dalam kamar-kamar. Dindingnya tembus pandang dengan hiasan di dalamnya yang sangat menyenangkan. Di dalamnya pula terdapat pemandangan yang tidak pernah dilihat di dunia dan terdapat satu hiburan yang tidak pernah dirasakan manusia di dunia.
"Untuk siapa kamar-kamar itu wahai Rasulullah S.A.W?" tanya para sahabat.
"Untuk orang yang mengucapkan dan menyemarakkan salam, untuk mereka yang memberikan makan kepada yang memerlukan, dan untuk mereka yang membiasakan puasa serta solat di waktu malam saat manusia lelap dalam mimpinya."

"Siapa yang bertemu temannya lalu memberi salam, dengan begitu ia bererti telah menyemarakkan salam. Mereka yang memberi makan kepada ahli dan keluarganya sampai berkecukupan, dengan begitu bererti termasuk orang-orang yang membiasakan selalu berpuasa. Mereka yang solat Isya' dan Subuh secara berjemaah, dengan begitu bererti termasuk orang yang solat malam di saat orang-orang sedang tidur lelap." Begitu Nabi menjelaskan sabdanya kepada sahabatnya.

KASIH SAYANG ALLAH S.W.T

Seorang lelaki dikenal sangat giat beribadah. Sayangnya ia selalu membuat orang menjadi putus asa terhadap kasih sayang Allah. Hal itu dilakukan sampai ia menemukan ajalnya.
Dalam riwayat itu dikatakan, setelah lelaki itu mati lalu menuntut kepada Tuhan dari kekhusyukan ibadahnya selama di dunia, "Tuhanku, apakah kebahagiaanku di sisi-Mu?"
"Neraka," jawab Allah.
"Tuhan, lalu di mana balasan dari kerajinan ibadahku?" tanya lelaki itu kehairanan.
"Bagaimana boleh. Di dunia engkau selalu membuat orang berputus asa terhadap kasih-sayang-Ku, maka hari ini Aku juga membuat engkau putus asa terhadap kasih sayang-Ku," jawab Allah.

DIMENSI SOSIAL SHOLAT

Sholat adalah salah satu pilar dasar ajaran Islam. Sholat adalah bukti pengakuan manusia sebagai mahluk, yang membutuhkan dan mempercayai adanya sang Kholik, Pencipta, Penggenggam kekuasaan seluruh jagad raya, Allah Robbul ‘Alamin.
Dengan Sholat manusia mengakui kehadirannya di dunia semata-mata adalah untuk mengabdi kepada Allah, dengan diberi peran sebagai pemegang amanat untuk mengelola dan mengembangkan kehidupan dunia sesuai dengan kitab suci dan percontohan-percontohan yang dilakukan oleh para Nabi, Utusannya yang terbimbing.
Sebagai pemegang amanat dalam kongkritisasi dalam kehidupan sosial bisa beraneka bentuk, ada yang bekerja di pemerintah (eksekutif), ada yang bertugas di legislative, yudikatif, dan ada yang sebagai pedagang, pengusaha, pengajar, pembantu, pekerja, buruh dan merk-merk social yang lain.
Dengan sholat, meyakini bahwa semua peran tersebut akan dipertanggung-jawabkan bukan saja kepada komunitas sosialnya, lebih dari itu adalah dipertanggung-jawabkan kepada Allah, Raja Diraja Yang Maha Adil.
Menimbang bahwa pertanggung-jawaban kepada sesama manusia, masih bisa dikelabuhi, dimanipulasi dan ditutup-tutupi namun pertanggung-jawaban kepada Allah, tidak akan pernah ada yang luput dari catatan Allah. Karena itu guna selalu meluruskan keamanatan sebagai kholifah Allah, manusia senantiasa memohon bimbingan, hidayah dan kekuatan dari Allah untuk senantiasa dalam bingkai kasih sayang Allah.
Karena itulah dalam sejarah pemimpin-pemimpin Islam yang saleh, ketika dipilih dan diangkat sebagai pemegang amanat (mandat) entah sebagai kholifah/raja atau yang lain, bukan mengucap alhamdulillah, tapi adalah innalillah. Semata-mata karena merasa betapa berat dan mendasar tanggung jawab yang dipikulnya dan nantinya semua kepemimpinannya ditertanggung-jawabkan dihadapan Allah.
Sejumlah kholifah merasa berkewajiban untuk turun melihat dan memeriksa sekian rakyatnya, adalah di kalangan mereka yang kelaparan, yang teraniaya, yang tertindas, yang butuh bantuan dan pertolongan. Sebab ketidak-benaran dalam mengatur dan memenuhi kebutuhan rakyat yang merupakan tanggung-jawabnya, maka siksa Allah akan menimpanya dengan sangat dahsyat dan tiada siapapun juga yang mampu menolongnya.
Hidup di dunia ini bisa dinikmatinya paling lama 80 tahun, sedangkan di akherat adalah tetap selama-lamanya. Pertimbangan inilah yang menjadikan sejumlah pemimpin Islam yang saleh, seolah-olah tiada waktu untuk bercengkerama/senang-senang dengan keluarganya, karena menimbang tanggung-jawabnya yang besar. Yang semua itu akan dinilai sedetail-detailnya oleh Allah.

Famayya’mal mistiqoola dzarrotin khoiroyyarah, wamayya’mal mistiqoola dzarrotin syarroyyaroh (siapapun yang berbuat kebajikan atau kejahatan, sekecil apapun, pasti akan mendapat balasannya). Al-zalzalah : 7-8.
Semua kita adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dituntut pertanggung-jaw abannya. Sebagai guru, dosen, apakah yang diajarkan telah dilaksanakan olehnya atau hanya transfer ilmu saja ? yang jadi polisi, apakah telah bertindak adil kepada para penjahat, pengganggu keamanan masyarakat ? asal tangkap karena pesanan atau karena hendak mendapatkan imbalan ? apakah ada yang diistimewakan dalam tahanan, atau ada yang disiksa ? kepada jaksa dan hakim, apakah tidak bermain mata dengan tersangka, terdakwa, sehingga hukum bisa dibeli dan diatur oleh mereka, dan sebagainya ? semua peran-peran tersebut secara detail akan dituntut tanggung-jawabnya, dan tidak ada yang luput setitikpun setiap perilaku kitta dari pengawasan dan catatan Allah. Semua anggota tubuh kita akan berbicara dan bersaksi terhadap setiap tutur kata dan langkah-langkah kita, yang bisa jadi justru kita yang lupa dengan apa-apa yang pernah kita katakan dan perbuat.
Orang-orang yang murokobah dan wara’ lebih memilih siksa Allah ditimpakan kepada mereka di dunia, dari pada ditunda kelak di akherat. Di dunia masih bisa minta tolong kanan-kiri, tetapi di akherat, tiada siapapun juga yang mampu menolong kita kecuali amal-amal kita sendiri.
Sholat merupakan salah satu rukun Islam yang mendasaar. Salat merupakan pijakan utama dalam mewujudkan sistem sosial Islam. Kemalasan dan keengganan melaksanakan salat disamping sebagai tanda-tanda kemunafikan, dan semakin lunturnya imannya seseorang, dalam skala besar merupakan tahapan awal kehancuran komunitas muslim. Karena secara empirik salat merupakan faktor utama dalam proses penyatuan dan pembangunan kembali kekuatan-kekuatan komunitas muslim yang sebelumnya rusak dan terpencar-pencar sebagai akibat melalaikan mendirikan salat.
Sholat yang dimaksudkan untuk senantiasa memelihara hubungan yang akrab dan erat dengan Allah baik siang maupun malam, dan selalu condong pada kemuliaan. Akan berubah aplikasnya, manakala kita melalikan solat. Seseorang akan semakin jauh dari kemuliaan dan kesalehan sampai akhirnya hubungan batinnya dengan Tuhan rusaj sama sekali.
Perlahan-lahan ia membuat permusuhan dengan kebenaran. Ia menantang segala sesuatu yang baik dan benar di dunia. Kepatuhan pada nafsunya sendiri makin lama makin kuat sehingga setiap aspek dalam kehidupan moral dan sosialnya selalu diabdikan demi kepentingan dirinya sendiri.
Pada hari perhitungan kelak di akherat, mer eka akan terlempar dalam neraka saqorَ

Ketika ditanyakan mengapakamu berada di neraka sakor ? Mereka menjawab, kami dahulu adalah orang-orang yang meninggalkan sholat, kami tidak memberi makan orang miskin, kami suka membicarakan hal-hal batil, dan kami tidak mempercayai hari pembalasan, sampai datang kematian menjemputku” (al-mudatstsir: 41-43).
Baru menyadarinya ketika di alam akherat, sudah tidak berguna. Naudzu billahi mindzalik. Karenanya saking mendasarnya ibadah solat, dalam suasana menghadapi musuh sekalipun, solat tidak dapat ditinggalkan. Hal ini karena tujuan utama seorang mukmin bukanlah berperang, tapi menciptakan kondisi-kondisi dalam masyarakatdimana setiap orang dapat beribadah dan menjalankan perintah Allah tanpa ada rasa takut. Ia bahkan boleh melupakan bahaya dari musuhnya ketika ia menerima panggilan untuk solat. Karena itu, ia tidak meninggalkan salatnya walaupun dalam medan perang ketika nyawanya sendiri dalam bahaya. Periksa surat An-Nisa : 101-102.
Berkait dengan itu, Muhammad Rasul Allah juga menegaskan bahwa solat adalah tiang agama, siapa yang mendirikan solat berarti menegakkan agama Allah, dan sebaliknya siap yang meninggalkan solat berarti merusak agama Allah.
Ditambah dengan sabda beliau bahwa amal yang pertama kali akan ditanya pada yaumul hisab/hari perhitungan adalah salat. Jika salatnya baik, maka baik pula amal-amal lainnya, sebaliknya jika salatnyaa buruk, buruk pula amal-amal lainnya.
Ketika Rosulullah menjelang wafatnyapun, hal terakhir yang beliau pesankan pada ummatnya adalah agar ummat menjaga dan menegakkan solat.
Solat disamping bernilai sebagai ritual persembahan kepada Allah SWT, pada saat yang sama solat memberi makna yang substantif dalam kehidupan duniawinya, diantaranya adalah :
1. Sholat mengajarkan kebersihan, kesucian. Menghadap kepada Allah dengan persiapan yang sungguh-sungguh. Badannya bersih, suci dari najis. Demikian pula pakaian yang dikenakan adalah bersih, bersih bukan berarti baru dan mahan tapi adalah terjaganya dari noda najis. Akan nampak berseri-seri dan anggun, bukan memakai yang sak kepenaknya sebagaimana kalau mau pergi santai-santai di tempat rekreasi.
2. Sholat mengajarkan ketepatan waktu artinya membentuk sikap disiplin. Segala sesuatunya telah dipersiapkan sedemikian rupa sehingga semua agenda hidupnya telah tersusun, tertata. Jika bisa diselesaikan hari ini, mengapa harus besok ? Bukan sebaliknya jika bisa dibikin rumit, mengapa harus dimudahkan. Jika masyarakat bisa diajak prihatin, mengapa harus disubsidi dan sebagainya.
3. Sholat mengajarjan ketawaddu’an/rendah hati, egaliter. Siapa yang berprestasi, maka dia akan mendapatkan imbalannya yaitu sukses. Siapa yang persiapannya lebih bagus, dia akan duduk di shof terdepan, dan sebaliknya yang terlambat atau ketinggalan akan menempati di shof belakang. Rendah hati, tidak menilai diri sendiri lebih bagus, lebih terhormat, lebih populer, lebih kaya, lebih alim dan lebih-lebih yang lain, melainkan adalah justru hendak mendahulukan orang lain, karena dia merasa, dan merasa sungguh-sungguh bahwa yang diperbuatnya adalah masih belum seberapa dibading dengan kemampuan yang dimilikinya. Orang rendah hati, selalu menjinakkan sifat-sifat jelek yang melilit manusia seperti iri dengki, hasud, merasa mempunyai nilai lebih dan sebagainya.
4. Sholat mengajarkan keikhlas an dalam berkarya. Semua kreasi dan aktivitasnya semata-mata hanya dipersembahkan kepada Tuhannya. Tidak butuh pujian dan sanjungan, karena semua itu adalah milik Allah semata.
5. Sholat mengajarkan keteraturan, ketertiban. Hal ini tercermin dari mengikuti norma-norma sholat yang sudah terstruktur. Ini bermakna bahwa sikap hidup orang yang sholat adalah bukan main trabas, main lompat-melompat yang merugikan pihak lain. Tetapi adalah mengikuti standart baku yang telah ditentukan yaitu tertib dan teratur.
6. Mengajarkan kesalehan individu dan kesalehan sosial. Ucapan salam ke kanan dan kekiri adalah diwujudkan dengan jaminan melakukan apa saja yang dibenarkan syariah guna membantu saudara-saudaranya yang memang butuh bantuan. Yang kaya membantu yang miskin, yang kuasa membantu yang teraniaya, yang berilmu membantu yang masih belajar, supaya terjadi saling hubungan yang serasi dan harmonis, tidak ada percekcokan di antara mereka. Bukan justru sebaliknya membuat kebijakan yang semakin membuat masyarakat sedih, meradang dan pilu hatinya. Orang yang salatnya baik, tidak akan pernah mengeluarkan ucapan dan atau perbuatan kepada sesamanya, yang maksudnya memang jelek. Orang yang salatnya baik akan bertindak santun dengan sahabatnya, tetangganya dan siapapun juga. Orang yang salatnya baik akan menghormati tamunya dengan penuh perhatian. Orang yang salatnya baik akan bertindak dan bertaaruf secara santun dengan saudaranya sesama manusia apalagi terhadap saudaranya seiman, dengan tanpa membedakan baju dan golongannya. Orang yang salatnya bagus bukan sekedar membekas hitam di keningnya, lebih dari itu adalah bagaimana mengimplementasikan kasih sayangnya kepada lingkungannya (rohmatun lilalamin). Orang yang salatnya baik justru dituntut lebih banyak kiprahnya dalam kehidupan sosial. Keliru besar jika mereka yang solat, hanya mengelompok, menyendiri dan mengexklusifkan diri seolah hidup dalam ruang hampa sosial, dan menafikan dan terkesan merendahkan pihak lain. Sungguh Allah membenci dan tidak menyukai orang-orang yang membanggakan dirinya, angkuh, sombong dan merasa paling baik, paling suci dibanding dengan yang lain. Intinya orang yang sholatnya baik ad alah tercermin dalam amal salehnya di luar sholat.
Akhirnya marilah kita memohon kemurahan kepada Allah semoga sholat kita, kekhusu’annya bisa mendekati solatnya para sahabat was sholihin.
Kita juga perlu memohon semoga pemimpin-pemimpin kita sholatnya semakin baik, sehingga out put kebijakannya bisa menyejukkan dan menentraman masyarakat, bukan seperti yang kita saksikan. Masih belum terlambat, meski duka, derita dan nestapa terus mengiringi sebagian saudara kita. Semoga Allah be rkenan mengingatkan pemegang amanat negeri ini.
Terkait dengan kekhusu’an tersebut Saytidina Ali bin Abi Tholib RA. Pernah kena anak panah yang menancap di kakinya. Beliau memintya kepada sahabatnya untuk menariknya keluar pada saat ia melaks anakan salat dua rakaat. Hal tersebut dilakukan oleh sahabatnya yaitu anak panah ditarik keluar dari betisnya, namun beliau meneruskan salatnya tanpa merasakan sakit sedikitpun.
Hal ini menggambarkan betapa sholat yang dilakukan dengan penuh kekhusu’an, menjadikan dirinya nyaman dan bahagia pada puncak-puncak kenikmatan dalam pelukan d an kasih sayang Allah melebihi obat bius yang menidurkan dan menjinakkan rasa sakit.
Semoga sholat kita memberi dasar/motivasi yang dahsyat dalam kehidupan sosial kita sehingga kehadiran kita dikomunitas apapun, benar-benar menjadi rohmatan lilalamin sebagai wujud atau buah ibadah sholat. Yhakinlah saudaraku bahwa sholat yang khusu’ adalah kunci pintu sukses dalam meraih kemaslahatan kehidupan duniawi sekaligus ukhrowi. Dan sebaliknya porak poranda dan kehancuran ummat akan segera tampak, manakala sholat hanya diletakkan sebagai pelengkap hidup, apalagi ditinggalkan.

Sabtu, 12 Juli 2008

PENYAKIT ROHANI

PENYAKIT ROHANI


Kita sudah tahu dan yakin bahwa manusia itu terdiri dari jasmani dan rohani. Jasmani adalah bagian yang kasar, yang menurut Tuhan penciptanya, diciptakan dari tanah, seperti firmankan Allah dalam S. Sajdah ayat 7 :
Artinya : “Dan Ia (Allah) memulai penciptaan manusia itu dari pada tanah“

Adapun rohani adalah bagian yang halus, yang dirahasiakan Tuhan tentang hakekatnya. Dalam S. Al Isra’ ayat 85 Allah berfirman
Artinya : “Mereka akan bertanya kepada Engkau (Muhammad) dari hal Roh Katakanlah, soal roh itu adalah urusan Tuhanku “

Karena itu manusia tidak akan mengetahui hakekatnya untuk selama-lamanya. Yang dapat diketahui manusia rohani ini, hanyalah gejala-gejala saja. Gejala-gejala itu antara lain menangkap dan menyimpan pengertian, mengingat, berfikir, berkemauan, gembira, sedih, susah dan sebagainya.
Jasmani dan rohani itu bisa sehat dan bisa pula sakit. Sehat dan sakitnya jasmani sudah cukup jelas bagi kita. Untuk perawatan sakit jasmani, sudah tersedia dokter, obat dan rumah sakit yang amat banyak. Tetapi sehat dan sakitnya rohani, belum begitu kita ketahui, bahkan sering tidak kita hiraukan. Karena rohani ini urusan Tuhan, maka yang tahu sehat dan sakitnya itu hanyalah Dia saja. Tuhan telah memberi tahukan, bahwa rohani pada asalnya adalah sehat :
“ Dan apa-apa yang disisi Allah itu adalah baik “

Yang baik itu antara lain ialah yang sehat. Kemudian rohani itu bisa jadi sakit. Allah telah memberi tahukannya antara lain dalam S. Al baqarah ayat 10.
Artinya : “ Dalam hati (rohani) mereka ada penyakit, kemudian menambah Allah akan penyakit itu “

Dalam kenyataan kehidupan manusia, soal sakit jasmani, dijadikan persoalan yang amat besar. Karena itu diadakan Fakultas Kedokteran, sekolah apoteker, sekolah farmasi, dan sekolah-sekolah lain diadakan kursus-kursus kesehatan, diciptakannya bermacam-macam alat dan obat untuk pengobatan, dan didirikan rumah sakit-rumah sakit yang besar dan kecil untuk tempat perawatan. Semua itu dengan pengerahan tenaga, biaya dan fikiran yang hebat sekali. Tetapi untuk penyakit rohani, boleh dikata belum ada usaha yang nyata, bahkan seperti telah kita katakan diatas sering tidak dihiraukan, malah ada yang berusaha dengan sekuat biaya, tenaga dan fikiran untuk menyebarkan bibit penyebabnya kesegenap lapisan masyarakat dengan rasa bangga dan mengeruk keuntungan yang lumayan untuk kepentingan pribadi-pribadi penyebar itu. Susahnya lagi yang disebari bibit penyakit itu juga merasa senang dan bangga sehingga tersebarlah penyakit rohani yang maha hebat ditengah-tengah masyarakat manusia.
Pada hal akibat penyakit jasmani hanyalah bagi yang bersangkutan saja, sedangkan akibat bagi penyakit rohani sangat hebat, yaitu mengganggu kebahagiaan pribadi dan masyarakat manusia serta dunia dan akhirat. Untuk didunia Allah memfirmankan :
“ Nyatalah bahwa kerusakan di darat dan di laut karena perbuatan tangan manusia sendiri “

Orang yang sehat rohaninya tidak akan membuat kerusakan itu. Prof. Dr. Abu Hanifah mengatakan : Rohani yang sakit itulah sumber / pangkal segala macam krisis dalam kehidupan manusia.
Untuk diakhirat Allah berfirman:
“ Pada hari itu (diakhirat) tidak ada gunanya harta dan anak. Kecuali orang-orang yang datang menghadap Allah dengan hati (rohani) yang selamat (sehat).”

Jadi menurut ayat ini orang yang berbahagia di akhirat itu hanyalah orang-orang yang rohaninya sehat selama didunia ini.
Dalam surat Al fajr ayat 27 – 39 Allah berfirman pula :
Artinya : “ Hai nafsu (rohani) yang tenang (sehat) kembalilah kepada Tuhanmu dengan keadaan redha dan diridhai. Masuklah ke dalam (golongan_ hamba-hambaku. Dan masuklah kedalam syurga Ku “

Karena itu perlu sekali kita mengetahui pengertian penyakit rohani itu, penyebabnya, gejala-gejalanya, hal-hal yang dirusakkan dan methode pengobatannya agar kita berhati-hati dan selalu dalam keadaan rohani yang sehat supaya cita-cita hidup kita untuk bahagia di dunia dan di akhirat itu tercapai.
A. PENGERTIAN PENYAKIT ROHANI
Dr. Hamzah Ya’cub memberikan pengertian tentang penyakit rohani ini sebagaimana berikut :
1. Penyakit rohani ialah sifat buruk dan merusak dalam batin manusia yang mengganggu kebagiaan
2. Penyakit rohani ialah sikap mental yang buruk, merusak dan merintangi pribadi memperoleh keridhaan Allah
3. Penyakit rohani ialah sifat dan sikap dalam hati yang tidak diridhai Allah, sifat dan sikap mental yang cenderung mendorong pribadi melakukan perbuatan buruk dan merusak.
Singkatnya dapat kita katakan bahwa penyakit rohani ialah sifat dan sikap yang buruk dan merusak rohani, yang akan mengganggu kebahagiaan manusia, merintanginya untuk memperoleh keridhaan Allah dan mendorongnya untuk berbuat buruk dan merusak. Karena itulah penyakit ini sangat berbahaya bagi manusia.

B. PENYEBAB
Tiap sesuatu baru akan terjadi kalau ada penyebabnya, tanpa sebab tidak mungkin sesuatu akan terjadi. Hal ini sudah merupakan hukum alam (sunnatullah) yang tetap. Maka begitu pulalah halnya dalam penyakit. Sesuatu penyakit tidak akan timbul (berjangkit) tanpa sebab :
Penyebab dari penyakit jasmani ialah kuman-kuman (bakteri). Sedang penyebab dari penyakit rohani ialah :
1. Nafsu. Sebab nafsu ini menimbulkan sifat dan sikap yang buruk dalam batin manusia serta mendorongnya untuk berbuat jahat
Allah berfirman :
Artinya : “ Sesungguhnya nafsu itu hendak mendorong (manusia) kepada kejahatan. “ (S. Yusuf: 53)

Bahkan Allah memperingatkan, bahwa apabila nafsu itu dituruti akan membawa rusak segala-galanya, yang ada di langit, dibumi dan yang ada pada langit dan bumi itu.
Artinya : “ Dan jikalau kebenaran itu tunduk kepada hawa nafsu mereka, sungguh akan rusaklah langit, bumi dan apa yang ada pada keduanya “ (S. Al Mu’minun 71)

2. Syetan. Sebab syetan itu berkeinginan agar manusia mengerjakan yang keji dan yang mungkar, serta berkecamuknya di kalangan umat manusia itu permusuhan dan kemarahan. Kalau ini sampai terjadi akan hilanglah kebahagiaan manusia dan Allah akan menjadi marah. Allah memfirmankan:
Artinya : “ Karena sesungguhnya syetan itu mendorong manusia untuk berbuat keji dan mungkar “ (S. An Nur 21)
” Keinginan syetan itu hanyalah hendak membuat bersimaha rajalelanya diantara manusia permusuhan dan kemarahan “ (S. Al Maidah 91)

3. Orang kafir. Sebab orang kafir ini tidak senang kalau umat Islam memperoleh rahmat dari tuhan. Allah memberitahukan :
Artinya : “ Orang-orang kafir dari ahli kitab dan orang-orang musyrik tidak suka, jika Allah menurunkan atas kamu kebaikan “ (S. Al baqarah 105)

Untuk menghalangi turunnya kebaikan Allah kepada umat Islam itu mereka akan selalu memerangi umat Islam, Allah berfirman:
Artinya : “ Dan mereka akan tetap memerangai kamu, sehingga mereka memalingkan kamu dari agamamu “ S. Al-Baqoroh: 217)

Perang ini mereka lakukan dengan dua cara :
a. Perang panas, yaitu dengan senjata api (bedil)
b. Perang dingin, yaitu dengan senjata kebudayaan, dengan membuat sarana-sarana yang mengobarkan nafsu dan menyenangkan syetan, sehingga umat Islam menjadi umat yang bergelimang didalam kemaksiatan
Untuk tujuan itu mereka keluarkan biaya yang tidak sedikit, seperti telah diberitahukan Tuhan, dan terlibat dalam kenyataan :

Allah berfirman :
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang kafir itu menafkahkan hartanya untuk menghalangi kamu dari jalan Allah “ (S. AL Anfal 36)

Mengikuti jalan Allah itu adalah keridhaan Allah. Jadi orang kafir merintangi umat Islam dari keridhaan Allah. Karena itu mereka (orang kafir) adalah menyebabkan penyakit rohani pada umat Islam.

C. GEJALA
Setiap penyakit mempunyai gejala, yaitu tanda-tanda yang menyatakan bahwa seseorang terserang oleh sesuatu penyakit, Umpamanya: pegal linu, kepala pusing dan salesma mengalir adalah tanda-tanda dari penyakit influenza.
Penyakit rohani ini mempunyai gejala-gejala tertentu : gejala-gejalanya antara lain ialah :
1. Gelisah dan keluh kesah
Allah berfirman:
“ Dan barang siapa yang berpaling dari mengingat Allah, maka sesungguhnya baginya adalah kehidupan yang sempit “ (S. Thoha 124)

Menurut A. Hasan yaitu kehidupan yang sempit dalam lapangan rohani. Menurut Dr. Zakian Derajat manifestasi kesempitan rohani itu ialah rasa gelisah, keluh kesah, takut, putus asa dan sebagainya. Menurut Dr. Abu Hanifah inilah sumber dari segala macam krisis yang timbul di dalam kehidupan manusia.
Memanglah orang yang dalam keadaan gelisah dan takut perbuatannya sering tidak menentu (ngawur).
Tetapi orang sehat rohaninya tidak akan merasa gelisah dan takut apabila putus asa. Allah berfirman :
Artinya : “ Sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak pernah merasa takut dan tidak pula pernah bersedih “ (S. Yunus 62)

2. Pendangkalan rasa, yaitu tidak cepat terkesan dengan rahmat Allah. Sesungguhnya dia telah banyak menerima rahmat Allah, tetapi ia belum juga merasakan dan belum juga mau berterima kasih. Bahkan dia menerima rahmat Allah itu dengan sikap dan perbuatan durhaka. Apabila ia mengalami malapetaka baru ia sadar. Allah berfirman :
Artinya : “ Maka apabila manusia itu ditimpa malapetaka, ia menyeru Tuhannya dan kembali kepada Nya, tetapi kemudian apabila ia memperoleh rahmat dari Allah sebahagian dari mereka mempersekutukanNya “
3. Liar terhadap kebenaran. Kebenaran itu dari Allah :
“ Kebenaran itu dari Tuhanmu “ (S. Ali Imran 60)

Orang-orang yang sakit rohaninya tidak senang kepada kebenaran itu.
Allah berfirman :
Artinya : “Dan apabila disebut nama Allah semata, tidaklah senang hati orang-orang yang tidak beriman dengan hari akhir itu, tetapi apabila disebut orang-orang selain Allah, ketika itu mereka menjadi gembira “ (S. Az zumar 45)

Umpama dalam ceramah, khutbah dan kuliah, apabila yang dikemukakan sebagai alasan atau dalil adalah ayat-ayat Qur’an atau Sunnah, ia kurang senang atau belum puas, malah kadang-kadang mengejek, tetapi apabila yang dikemukakan sebagai dalil dan alasan itu kata Profesor Insinyur, Drs.. dan SH. Ia akan menjadi senang, puas dan dinyatakan sebagai ilmiah.
4. Berpurbasangka buruk
Allah berfirman :
Artinya : “Dan apabila orang-orang munafik dan orang-orang yang pada hatinya ada penyakit mengatakan, tidak adalah yang dijanjikan oleh Allah dan rasulNya, melainkan tipuan semata” (S. Al Ahzab 12)

Mereka mengatakan ini sebelum mengadakan penyelidikan dan mengadakan experimen. Jadi sebelum dibuktikan kebenarannya. Jadi dengan purbasangka buruk saja.
5. Suka menghasut (memfitnah)
Allah berfirman :
Artinya : “Sesungguhnya jika tidak berhenti orang munafik dan mereka yang dihati-hatinya ada penyakit dan penghasut-penghasut di Madinah, niscaya Kami izinkan kamu memerangi mereka kemudian mereka tidak akan bertetangga denganmu melainkan sedikit saja “ ( S. Al Ahzab 60 ).

Ayat ini :
a. Menyejajarkan orang munafik dan orang yang berpenyakit rohani dengan penghasut
b. Jadi golongan itu tidak disenangi (diridhai) Allah
c. Jadi penghasut adalah menghalangi keridhaan Allah. Dengan demikian merupakan gejala penyakit rohani (penyakitnya sendiri)
6. Lemah dan daya amal. Orang yang sehat rohaninya pasti akan kuat/giat beramal. Karena pada dasarnya manusia dikirim Allah kebumi ini adalah untuk beramal, agar tugas yang dipikulkan Allah kepadanya terlaksana sesuai dengan rencana dengan daya amal yang lemah. Kalau ada tanda-tanda kelemahan amal, tentu ada sesuatu yang tidak beres disana. Itulah beberapa gejala penyakit rohani itu.

D. MACAM-MACAM PENYAKIT ROHANI
Penyakit rohani ini amat banyak, yaitu segala macam sifat dan sikap mental yang mengganggu kebahagiaan, merintangi untuk memperoleh ridha Allah dan yang mendorong untuk berbuat buruk. Tetapi disini akan kita bicarakan beberapa saja diantaranya, yaitu :
1. Nifak. Orang yang punya penyakit ini disebut munafiq mereka mengatakan apa-apa yang tidak ada di dalam hati mereka. Allah memfirmankan :
Artinya : “Dan sebahagian dari pada manusia berkata : kami telah beriman kepada Allah dan hari akhir, pada hal mereka buka orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang beriman pada hal mereka tidak lain, melainkan menipu diri mereka sendiri, tetapi mereka tidak menyadarinya. Dalam hati mereka ada penyakit, maka Allah menambah penyakit mereka, dan bagi mereka azab yang pedih, tersebab mereka telah berdusta” (S. Al Baqarah 8,9,10)

Azab bagi orang yang berpenyakit ini amat hebat yaitu dikerak (intip) nya neraka.
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu pada keraknya dari neraka” (S. An Nisa’ 145)

2. Hasad (=iri hati), yaitu orang yang benci kepada orang yang diberi nikamt oleh Allah dan ingin agar nikmat itu terlepas dari padanya. Penyakit ini menghabiskan semua pahala amal yang telah dikerjakan, Nabi menyabdakan :
“Jauhilah iri hati, karena ia akan memakan semua kebaikan (pahala) sebagaiaman api memakan kayu bakar yang kering “ (HR. Abu Daud)

3. Sedih, duka cita, lemah kemauan, malas, pengecut, kikir, senang berhutang, dan senang menganiaya, sebab itu Nabi Muhammad menganjurkan agar selalu membaca do’a untuk berlindung kepada Allah, agar ia jangan terkena penyakit tersebut. Kalau bisa pada setiap sesudah sholat atau sebelum membaca salam.
“Ya Allah, aku berlindung kepada Engkau dari pada kesedihan, kedukaan, kelemahan, malas, pengecut, kikir, banyak hutang dan kezaliman manusia “.

4. Tabzir (mubazir) = menyia-nyiakan harta. Allah memfirmankan :
“ Sesungguhnya orang-orang yang mubazir itu adalah kawan-kawannya syetan “ (S. Al Isra’ 27)

Syetan adalah penyebab penyakit rohani, maka orang yang menjadi kawannya, tentu telah dihinggapi penyakit rohani itu.
5. Ananiyah = egoistis – mementingkan diri sendiri.
Allah memfirmanakan :
“Sesungguhnya orang-orang beriman itu adalah bersaudara” (S. Al Hujurat 14)
“Sesungguhnya umatmu ini, umat yang satu” (S. Al Anbiya 92)

maka kalau umat Islam mementingkan diri sendiri saja, berarti dia durhaka kepada Allah. Orang durhaka dimarahi Allah. Jika orang yang mementingkan diri sendiri, merintangi keridhaan Allah, jadi ia berpenyakit rohani.
6. Al Bukhtan = berdusta = mengada-adakan sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Berdusta ini salah satu tanda munafiq. Munafik adalah orang yang berpenyakit rohani. Berdusta tidak diridhai oleh Allah dan juga oleh manusia.
7. Takabbur = membesarkan diri = merasa diri lebih dari orang lain. Allah menyabdakan :
“Takabbur itu adalah selendangKu” (Hadits Qutsi)

maka kalau manusia memakainya sangat dimarahi oleh Tuhan.
Itulah beberapara diantara sekian banyak penyakit rohani, kalau mau memperdalamnya silahkan membaca buku-buku akhlaq.

E. KERUSAKAN YANG DITIMBULKAN PENYAKIT ROHANI
Oleh setiap penyakit tentu ada yang dirusakkannya. Makin berat penyakit itu makin besar/berat kerusakan yang ditimbulkannya. Begitu juga penyakit rohani menimbulkan bermacam-macam kerusakan antara lain :
1. Merongrong ketenangan, ini berarti meruntuhkan kebahagiaan
2. Menjauhkan diri dari Tuhan. Sifat-sifat yang ditimbulkannya, dimarahi Tuhan, dan menjadikan manusia jadi durhaka kepada Tuhan
3. Melemahkan daya amal. Kalau malas beramal akan membawa kerugian bagi akhirat kita
4. Menimbulkan psiko neurosa. Mulanya terjadi ketidakberesan pada saraf, kemudian merubah sikap terhadap diri sendiri dan orang lain, dengan sikap buruk
5. Merusak jasmani. Kini sudah dibuktikan bahwa banyak penyakit jasmani, yang disebabkan oleh sakitnya rohani. Kini sudah dikembangkan suatu ilmu yang bernama psychosomatik, yaitu ilmu yang mempelajari dan mengobati penyakit jasmani yang disebabkan oleh sakit rohani. Banyak sudah dicobakan orang pengobatan penyakit jasmani yang disebabkan oleh sakit rohani itu dengan do’a, zikir dan sholat. Hasilnya amat memuaskan. KH, SS Jami’an telah membukukan kasus-kasus yang dihadapi beliau di RS. Cipto Jakarta dengan judul “Islam Psychosomatic”.

F. METHODE PENGOBATANNYA :
Nabi Muhammad SAW bersabda :
“Bagi setiap penyakit itu ada obatnya” (HR. Muslim)

Dalam mengobati penyakit rohani ini ada methodenya sendiri , antara lain :
1. Beragama/beriman, Allah berfirman :
“Orang-orang yang beriman dan beramal sholeh adalah kebahagiaan bagi mereka dan tempat kembali yang baik” (S. Ar Ra’du 29)

yang berbahagia ialah yang sehat rohani :
Menurut Islam kebahagiaan itu ialah masuk syorga, Allah berfirman :
“Dan Adapun orang-orang yang berbahagia itu, tempatnya didalam syorga, mereka kekal didalamnya “ (S. Hud 108)
yang bisa masuk syorga itu ialah yang sehat rohaninya. Allah berfirman:
“Pada hari itu tidak ada gunanya harta dan anak. Kecuali yang datang kepada Allah dengan rohani yang sehat” (S. Asy Syu’ara’ 88-89)

Agama diturunkan Allah untuk obat rohani memang.
“Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran (agama) dari Tuhanmu, untuk obat bagi rohani” (S. Yunus 57).

2. Tobat = Menyesali atas segala kesalahan meninggalkan kesalahan itu Bertekad tidak akan mengulangi lagi untuk selama-lamanya.
Orang yang telah tobat ini, menjadi bersih/sehat rohaninya kembali.
Nabi Menyabdakan :
“Orang yang tobat dari dosa sama seperti orang yagn tidak berdosa (HR. Baihaqi) .

Bahkan Allah dalam surat Furqan 70 bemfirman :
“Kecuali orang-orang yang tobat, dan beriman dan mengerjakan amal sholeh, mereka itu diganti Allah kejahatannya dengan kebaikan, dan Allah itu Maha Pengampun dan Penyayang”.

Jadi orang-orang yang telah tobat, akan diganti oleh Allah kejahatannya dengan kebaikan. Dengan demikian, kejahatan karena sakit, kebaikan karena sehat. Jadi tobat menyembuhkan penyakit rohani.
3. Mawas diri (waspada). Nabi menyabdakan :
“Berbahagialah orang yang sibuk dengan aibnya sendiri, dari pada dengan aib orang lain (HR. Al Bazar).

Mawas diri ialah memandang dalam segala gerak-gerik badan dan batin. Orang yang seperti ini, tidak mungkin akan melakukan perbuatan-perbuatan yang buruk. Karena setiap perbuatan buruk itu akan jelas nampak olehnya. Jadi dengan kewawspadaan penyakit rohani dapat disembuhkan.
4. Sadar. Sadar yaitu mengerti dan menghayati. Maka yang sadar tidak akan mau mengerjakan yang buruk. Sebab ia mengerti bahwa itu buruk, dan menghayati keburukannya
Dengan demikian untuk penyembuhan penyakit rohani, pengertian harus diperhalus/diperdalam, dan penghayatan kepada yang baik diperbanyak. Allah berfirman :
“Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu, apabila mengenai mereka gangguan syetan, mereka ingat dan mereka sadar. “ (S. Al A’raf)

karena itulah mereka tidak bisa dihinggapi penyakit rohani. Sebab begitu penyebabnya mengenai mereka, mereka cepat ingat dan sadar.
“Sesungguhnya hamba-hambaKu (taqwa) tidak ada kekuasaan bagimu (syetan) atas mereka” (S. Al Hijr 42).
5. Ibadat. Terutama sholat, zikir, dan do’a
“Yang beriman dan tenteram hati mereka dengan ingat kepada Allah. Ketahuilah dengan ingat kepada Allah, bisa tentram hati manusia” (S. Ar Ra’du 28)

Hati yang tentram adalah tanda sehat. Untuk mengingat Allah itu yang utama adalah sholat.
“Dirikanlah sholat untuk mengingat Aku” (S. Thoha 14)

sedang do’a adalah jantung ibadah.
“Do’a itu adalah jantung ibadah.” (HR. Turmudzi)

jadi dengan ibadah terutama sholat, zikir dan do’a akan membuat rohani sehat.
6. Amal-amal sholeh yang lain
“Demikianlah, barang siapa yang membesarkan syi’ar agama Allah sesungguhnya itu adalah bukti dari pada rohani yang sehat” (S. Al Hajj 32)

itulah diantara lain, metode pengobatan penyakit rohani itu. Karena itu marilah beragama dengan baik, beribadat, berdo’a, berzikir dan beramal sholeh yang banyak, agar rohani kita selalu sehat.

G. ROHANI YANG DITERIMA ALLAH
Seperti yang telah diterangkan diatas rohani itu asalnya sehat. Tetapi setelah datang kedunia ini, karena beberapa sebab ia menjadi sakit. Kemudian Allah menurunkan agamanya, sebagai obatnya, karena Allah menghendaki agar ia tetap sehat, sebab Ia baru mau menerima kembali, kalau dalam keadaan sehat.
“Kecuali orang yang datang kepada Allah dengan rohani yang sehat “ (S. Asy Syuara’ 89).

Kalau datang dalam keadaan sakit harus diobat dulu di dalam neraka. Setelah sehat, baru boleh datang menghadap. Sedang untuk menghadap didunia ini saja (dengan sholat) harus suci dari najis dan hadats, juga dari dosa.
Karena itu marilah kita pelihata kesehatan rohani kita dengan mengamalkan semua perintah Allah dan menghentikan semua larangan Nya.
Bayangkan kalau semua orang bersedia kembali kepada diri sendiri dahulu, sebelum berkeinginan untuk melihat, mengoreksi dan menilai orang lain, bayangkan bila semua orang demikian. Dan mendasarkan seluruh aktifitasnya pada hati yang bersih dan tak disertai kedengkian, kesombongan maka akan terwujud masyarakat yang damai dengan hati sejuk.

SIKAP MENGHADAPI NIKMAT

SIKAP MENGHADAPI NIKMAT


Katakanlah: Jika sekiranya lautan menjadi tinta untuk menuliskan perkataan Tuhanku (maksudnya nikmat, rahmat dll), niscaya lautan itu menjadi kering sebelum habis perkataan (nikmat) Tuhanku dituliskan, walaupun kamu datangkan sebanyak itu pula (tinta) tambahannya.
( Al Kahfi : 109 )

NIKMAT YANG MELIMPAH RUAH
Tidak ada satu mesin komputer mutakhir yang mampu mencatat berapa banyak nikmat yang dikaruniakan Allah SWT kepada manusia.
Pada ayat yang dikutip diatas, dilukiskan oleh Tuhan sendiri dengan memakai kata-kata kiasan (perbandingan), bahwa kalaupun air laut dijadikan tinta untuk mencatat nikmat itu, maka lautan itu akan kering lebih dahulu, sedang nikmat itu masih belum tercatat seluruhnya.
Pada ayat yang lain ditegaskan oleh Tuhan :
Artinya : “Kalau kamu hitung nikmat Tuhan itu, niscaya tidak dapat kamu menghitungnya “ (Ibrahim 34)
Dalam suatu Hadits digambarkan oleh Rasulullah tentang rahmat (nikmat) itu, sebagai berikut :
Artinya : “Sesungguhnya Allah SWT memiliki 100 rahmat (nikmat) satu rahmat dari padanya diturunkan Nya dan dibagi-bagi diantara jin, manusia, hewan-hewan besar dan kecil. Dengan rahmat yang satu itu, semua makhluk tersebut. Saling sayang menyayangi dan kasih mengasihi. Dengan rahmat yang satu itulah seekor keledai liar menyayangi anaknya.
Adapun rahmat yang 99 lagi disediakan Tuhan buat kehidupan di akhirat.
Dengan rahmat yang 99 itulah Tuhan akan mengasihi hambaNya pada hari kiamat”. (Riwayat Bukhari dan Muslim).

Secara mathematika digambarkan pada hadist tersebut, bahwa nikmat yang dirasakan dan dilihat oleh manusia didunia ini, kekayaan negara dan alam, berupa tambang emas, tambang perak, tambang minyak, mutiara dilaut, karet, tembakau, kopi dan hasil-hasil bumi lainnya, harta milik kaum multi-millioner dan lain-lain sebagainya. Semua itu barulah 1 % dari nikmat-nikmat yang dimiliki Tuhan.
Itupun hanya sekedar hitungan yang gampang untuk menanggapinya.
Oleh sebab itu dapatlah disimpulkan, bahwa nikmat dilimpahkan Tuhan kepada makhluq, terutama umat manusia, melimpah ruah.
Bagaimanakah sikapjiwa manusia menghadapi nikmat itu ? Dalam Al Qur’an sendiri dikemukakan tiga macam sikap jiwa manusia dalam menghadapi nikmat yang diterimanya. Pertama, sikap yang kufur (membangkang), kedua bersikap syukur, ketiga bersikap seperti baling-baling yang terpancang diatas bukit.
Marilah kita uraikan secara singkat ketiga sikapjiwa itu satu demi satu.



1) Sikap Kufur
Banyak manusia yang mendapat nikmat yang melimpah ruah. Berupa kekayaan, kekuasaan, wewenang dll. Akan tetapi, nikmat itu hanyalah semakin menjauhkannya dari ridha illahi. Kekayaan itu dipergunakannya untuk melampiaskan hawa nafsunya, berfoya-foya, menghabiskan waktunya di night-club, bercumbu-cumbuan dengan wanita cantik, berzina, selingkung meminum minuman yang diharamkan, ekstasi, berjudi dan lain-lain sebagainya. Atau kalau di mendapat nikmat berupa kekuasaan dan wewenang. Maka hak-hak itu dipergunakannya untuk memperkosa hak-hak orang lain.
Nikmat yang melimpah ruah itu membuatnya menjadi sombong, angkuh, takabbur.
Pada hakekatnya, nikmat itu adalah semacam cobaan terhadap seseorang sampai dimana dia dapat mengenal dan mengendalikan dirinya.
Tuhan mengatakan dalam Al-Qur’an :
Artinya : “ Kami (Tuhan) akan mencobai kamu dengan yang buruk dan yang baik, untuk ujian dan kepada kami nanti kamu akan dikembalikan “ (Al Ankabut : 35)

Dalam hubungan inilah perlunya norma-norma dan ukuran keagamaan yang selalu memberikan bimbingan dan pedoman kepada manusia dalam menghadapi setiap keadaan dan situasi. Tanpa bimbingan dan pedoman itu, tak obahnya seperti kapal yang kehilangan kemudi di tengah-tengah lautan, dan akhirnya karam dan tenggelam ke dasar laut.
Mempergunakan nikmat yang dikaruniakan Tuhan itu untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dimurkai Ilahi adalah satu sikap menantang, membangkang, yang dalam istilah akidah dinamakan Kufur.
Sejarah selalu menunjukkan, bahwa orang-orang yang bersikap kufur itu pada umumnya akan menerima pembalasan dalam kehidupan di dunia ini. Kadang-kadang merupakan kejatuhan, ditimpa musibah dan malapetaka yang bertubi-tubi, kegoncangan dalam kehidupan, dan di akhirat kelak, orang-orang yang kufur nikamt itu akan mendapat azab Ilahi.

2) Sikap Syukur
Adapun manusia golongan (macam) kedua ialah yang menunjukkan sikap syukur ketika mendapat nikmat.
Dia merasa wajib menyatakan syukur itu sebagai ucapan terima kasih. Sedangkan sesama manusia yang memberikan sesuatu pertolongan dirasakan perlu mengucapkan terima kasih. Kononlah lagi kepada Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan nikmat yang tidak terhitung jumlahnya.
Tatacara bersyukur ini diwujudkan dalam bentuk ta’at kepada Allah dan mendekatkan diri (taqarrub) kepadaNya, mengerjakan ibadah dan amal-amal, melaksanakan kebajikan-kebajikan yang diridhaiNya dan menjauhi perbuatan-perbuatan yang dimurkaiNya.
Apabila mendapat nikmat kekuasaan dan wewenang dan yang seumpamanya maka kekuasaan dan wewenang itu hendaklah dipergunakan untuk menegakkan keadilan, menolong orang-orang yang lemah dan teraniaya, membangun sarana-sarana yang bermanfa’at kepada umum.
Jika mendapat nikmat berupa kekayaan itu hendaklah disumbangkan untuk mendirikan bangunan-bangunan yang bersifat sosial, rumah-rumah sakit, sekolah-sekolah, masjid-masjid dan amal-amal kebajikan lainnya, memberi modal usaha untuk yang tidak mampu, bantuan SPP.
Haruslah diyakini, bahwa pemberian (pengeluaran) yang disumbangkan itu tidak berarti berkurang, tapi pasti bertambah dalam bentuk-bentuk yang lain, seperti yang dinyatakan dalam Al Qur’an :
Artinya : “ Jika kamu bersyukur, maka Saya (Allah) akan menambah (nikmat) itu kepada kamu, dan kalau kamu membangkang (kufur), maka sesungguhnya siksaKu sangat pedih.” (Ibrahim :7)

Selain dari itu, apabila ditimpa musibah, bencana, kesukaran dan yang seumpamanya, hendaklah berlaku sabar, menghadapi peristiwa-peristiwa itu dengan hati yang tabah. Jangan berkeluh kesah, menggerutu, menyesali nasib, untung dan takdir. Hendaklah selalu bersikap optimistis, sebab dibelakang kesulitan pasti ada kelapangan, sesudah hujan, matahari akan memancarkan sinarnya kembali.
Allah SWT akan memberikan kelapangan kepada orang-orang yang sabar, seperti yang dinyatakan dalam Al Qur’an :
Artinya : “ Dan akan kami berikan kepada orang-orang yang sabar itu pembalasan, menurut yang telah mereka kerjakan dengan sebaik-baiknya ” (An Nahl : 96).

Sikap sabar itu bukan saja ditunjukkan dalam bencana yang mengenai kehidupan, tapi juga sabar dalam menghadapi perjuangan.
Contohnya ialah kesabaran kaum Muslimin dizaman Rasulullah menghadapi perjuangan melawan kaum musyrikin / munafikin dalam peperangan Ahzab, yang mempunyai kekuatan dan senjata yang berlipat ganda. Dengan sikap sabar itu, akhirnya Tuhan memberikan pertolongan dan kemenangan kepada kaum Muslimin.
Tatkala menghadapi pasukan yang kuat itu, kaum Muslimin tidak kecut, malah sebaliknya semakin bertambah keimanan mereka, seperti yang dilukiskan dalam Al Qur’an :
Artinya : “ Setelah orang-orang yang beriman melihat pasukan kaum serikat (Ahzab) mereka berkata :
Inilah yang dijanjikan oleh Allah dan RasulNya kepada kita dan Allah serta Rasul itu (senantiasa) berkata benar. Hal itu hanyalah semakin menambah keimanan dan kebulatan tekad kaum Muslimin “ (Al Ahzab 22)

3) Manusia “Baling-baling”
Golongan (macam) ketiga dapat dinamakan “manusia baling-baling” sebab sikap hidup dan pendiriannya adalah laksana baling-baling yang terpancang diatas bukit, yang bertiup menurut arah angin berhembus.
Orang-orang yang demikian, apabila mendapat nikmat, sikapnya gembira dan melonjak-lonjak, dan umumnya lupa daratan. Tetapi, jika ditimpa malapetaka, mereka menggerutu, bahkan kadang-kadang sikap dan pendiriannya berputar 180 derajat. Tuhan melukiskan dalam Al qur’an tentang manusia yang demikian :
Artinya : “Sebagian manusia ada yang menyembah Tuhan di pinggir-pinggir saja (ragu-ragu, tidak sungguh-sungguh), sehingga kalu dia mendapat kebaikan hatinya senang.
Tetapi kalau mendapat cobaan, dia berputar ke belakang, orang-orang yang demikian itu akan mendapat kerugian di dunia dan di akhirat. Itulah kerugian yang nyata ” (Al Haj : 11)

Sikap hidup dan pendirian yang demikian adalah karena iman yang tipis, tauhid belum kuat dan mendalam. Apabila iman dan tauhid sudah teguh, maka keadaannya seperti dilukiskan dalam Al Qur’an sendiri- tak ubahnya laksana pohon besar, daunnya rindang, buahnya lebat, akarnya tertancap ke dalam bumi.
Bukan saja pohon yang demikian dijadikan tempat berlindung diwaktu panas terik, tapi juga memberikan manfa’at kepada makhluq yang lain. Bahkan yang terpenting, mempunyai pendirian yang teguh, tidak roboh dan tumbang walaupun dipukul oleh angin taufan.
Sudah menjadi tabi’at dan watak sebagian manusia bersikap positif waktu mendapat kesenangan, kelapangan, nikmat dan bersikap negatif tatkala mendapat ujian atau ditimpa kesusahan. Hal inilah yang dilukiskan oleh Tuhan dalam Al Qur’an :
Artinya : “ Adapun manusia, apabila diuji oleh Tuhannya, diberiNya kemuliaan dan kesenangan hidup, dia mengatakan: Tuhanku memuliakan aku tetapi, apabila Tuhan mengujinya dibatasiNya rezekinya, maka dia berkata : Tuhanku menghinakan aku “ (Al Fajr : 15-16)

Bagi manusia yang demikian, ukuran yang dipakainya ialah materialistis / nilai-nilai lahiriah, soal kebendaan (materi). Yang nampak baginya ialah benda-benda yang mengambang di permukaan air, sedang benda-benda yang berharga di dalam air tidak kelihatan sama sekali.

Puncak Dzikir

Puncak Dzikir Adalah Alloh Ghoyatuhu (Alloh tujuan Nya)

( Intisari Khutbah Jum’at tanggal, 04 April 2008 M / 27 Rabiul Awal 1429 H )
Oleh : KH.Moh. Arifin Ilham

Tiada sikap yang lebih baik dan mulia, sebagai hamba Alloh bertauhid, cepat atau lambat pasti berjumpa dengan-Nya kecuali langkah taqwa menyertainya. Di manapun, kapanpun, dalam situasi apapun. Hamba Alloh yang senantiasa berdzikir kepada Alloh jalla jalaluhu, Alloh pun berdzikir kepada hamba itu
فَاَذْكُرُوْنىِ اّذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْالىِ وَلاَتَكْفُرُوْنِ
“Maka ingatlah, berdzikirlah kepada-Ku, Akupun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku” (QS. 2 Al Baqarah : 152)
Alloh banggakan hamba yang menyebut asma Alloh. Dari sekian banyak hikmah-hikmah yang Alloh berikan, kepada hamba yang terus menerus berdzikir dari rahmat Alloh, Huwalladzi yusholly ‘alaikum (QS. 33 Al-Ahzab : 43), mengundang perhatian para malaikat wamalaikatuhu, Alloh keluarkan kegelisahan kepada ketenangan, kemalasan kepada ketekunan, riya sum’ah ujub kepada keikhlasan, Liyukhrijakum minazhzhlumati ilan nuur, diampuni dosa-dosa mereka, yang berdzikir mendapat ganjaran yang amat sangat besar.
وَالذَّاكِرِيْنَ الله َكَثِيْرًا وَّالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّالله ُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًاعَظِيْمًا
“… Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Alloh, Alloh telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar” (QS. 33 Al Ahzab : 35).
Kaum Muslimin dan Muslimat yang banyak berdzikir kepada Alloh, Alloh telah persiapkan untuk mereka ampunan dosa dan ganjaran yang mulia
وَمَنْ يَعْشُ عَنْ ذِكْرِالرَّحْمَنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَنًا فَهُوَلَهُ قَرِيْنٌ
“Dan barangsiapa berpaling dari dzikir (pengajaran) Alloh Yang Maha Pengasih. Kami biarkan setan (menyesatkannya) dan menjadikan teman karibnya” (QS.43 Azzukhruf : 36).
Dari sekian banyak hikmah-hikmah yang Alloh berikan kepada hamba yang berdzikir ialah puncak yang dirindukan hamba yang terus menerus berdzikir adalah ; hafizhallah qolbahu ‘an dzikrihi ; Alloh jaga hati hamba, dan selalu ingat Alloh jalla jalaluhu, dan itu buah dari mujahadah / kesungguhan, ketulusan, istiqomahnya hamba itu terus menerus berdzikir kepada Alloh, hingga hatinya dijaga Alloh, untuk selalu ingat Alloh, di mana kapan dalam situasi apapun. “Kana Rasulullah sholluhu ‘alayhi wa alihi wa sallam fadzkurullaha kulla ahyanin” Rasul SAW senantiasa hati beliau dijaga oleh Alloh sampai tidurpun, mata tertutup tapi hati beliau ingat Alloh ”yanam wala yanam” karena beliau hamba Alloh selalu berdzikir kepada Alloh.
Karena itulah hamba-hamba yang selalu berdzikir ada suasana yang membuat dia takut, kalau lupa kepada Alloh. Karena itu mereka selalu berdzikir dan berdo’a
رَبِّ اَعِنِّى عَلىَ ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
“Ya robbi tolonglah hati ini selalu ingat kepadamu, selalu mensyukuri ni’matmu dan selalu dapat menegakkan ibadah terbaik kepadamu” Mereka yang banyak berdzikir, akan banyak syukurnya kepada Alloh, dan mereka yang banyak syukurnya kepada Alloh, maka akan menegakkan ibadah baik kepada Alloh sebagai wujud syukur atas segala ni’mat-ni’mat yang Alloh berikan kepada dirinya. Di antara tanda-tanda cintanya Alloh kepada hamba, maka hamba itu diberi oleh Alloh kelezatan dalam berdzikir dan inilah surga sebelum surga. Lezatnya dunia ini, tatkala kita merasakan kelezatan berdzikir, karena hamba Alloh yang berzikir dan taat kepada Alloh bagaimana tidak taat, karena dia ingat Alloh yang menciptakan alam semesta ini, Alloh yang akan menghidupkan dan mewafatkannya.
Alloh menatap, mendengar, dan memperhatikannya. Tidak ada tempat, waktu, dan tidak sempat terlintas berfikir untuk melakukan ma’siat, yang ada khauf / takut kepada-Nya dan roja’ mengaharap amat sangat kepada-Nya. Mahabbah memburu cinta-Nya sehingga alunan dzikir subhanallah wal hamdulillah wala ilaha illalah wallohu akbar, terjemahan wirid hatinya rindu cinta dan takut kepada Alloh sehingga ia merasakan keagungan, keni’matan, kemuliaan bahkan kedahsyatan tenggelam cintanya kepada Alloh اَلاَ بِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبُ “ingatlah, hanya dengan mengingat Alloh hati menjadi tenang” (QS. 13 Ar Ra’d : 38). Ia menemukan taman surga, sebelum hakekat taman surga, karena dzikir telah menjadi kepribadiannya. Buah dari mujahadahnya terus berdzikir kepada Alloh, kalau hamba itu berdiam berdzikir, Alloh mendekatinya dengan berjalan kalau hamba berjalan maka Alloh mendekatinya berlari, kalau hamba itu berlari dengan dzikirnya maka Alloh terbang mendekati hamba itu. Ingatlah Aku kata Alloh, maka Aku ingat kamu, siapa yang ingat Alloh saat senang maka saat ia susah Alloh akan menolong.
Hamba yang selalu berdzikir menjadikan Alloh ghoyatuhu ( غَايَتُهُ ) Alloh tujuannya. Apa yang ada dihatinya dipikirkan, diucapkan dan diamalkan tidak ada intrik-intrik tidak ada retorika, tapi ada kesan tawadhu’ tidak ada yang dibuat-buat, karena ia tahu hidup ini sebentar, dan akan hidup selama-lamanya di akhirat. Kerinduannya adalah liqo Alloh / berjumpa dengan Alloh, maka itulah Alloh tujuannya. Di antara hamba-hamba Alloh mewakafkan, bukan hanya hartanya tapi jiwa raganya untuk mencari ridho Alloh. Karena Alloh tujuan hidupnya maka ia butuh teladan, yang mendapat ridho Alloh, dipuji oleh Alloh, sebaik-baik teladan wa innaka la’ala khuluqin adziim pujian Pencipta kepada ciptaannya, Alloh memuji nabi Muhammad SAW, karena itulah rasul sebagai uswah, qudwah dalam setiap langkah kehidupannya. Sehingga disekitarnya pun dapat berkah. Buah dari rindunya kepada ridho Alloh, rasul sebagai teladannya sehingga dunia ini menjadi majlis dzikir.
الَّذِيْنَ يَذْكُرُوْنَ الله َقِيَامًا وَقُعُّوْدًا وَعَلىَ جُنُوْبِهِمْ
“Orang-orang yang mengingat Alloh sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring” (QS.3 Ali Imran : 191). Di rumah di jalan, di kantor ingat Alloh, maka dunia ini terhampar luas bagi majlis dzikir, karena apa yang di lihat, di dengar makhluk Alloh, dimiliki oleh Alloh, digerakkan oleh Alloh ; inilah pesona Ilahi yang membuat ia semakin terkagum-kagum. Bumi ini menjadi masjid, dan ia yang senang berdzikir, QS. 24 An-Nur 36.
فىِ بُيُوْتٍ اَذِنَ الله ُ اَنْ تُرْفَعَ وَيُذْكَرَ فِيْهَا اسْمُهُ يُسَبِّحُ لَهُ فِيْهَا بِالْغُدُوِّ وَاْلاَصَالِ
“( Cahaya itu) di rumah-rumah yang di sana telah diperintahkan Allah untuk memuliakan dan menyebut nama-Nya, di sana bertasbih (menyucikan) nama-Nya pada waktu pagi dan petang” (QS.24 An Nur : 36)

Apabila Dunia Mulai Suram Akhiratpun Nampak

Apabila Dunia Mulai Suram Akhiratpun Nampak

“Apabila cahaya keyakinan telah menerangi hatimu, pasti engkau dapat melihat akhirat sangat dekat denganmu, daripada perjalananmu menuju kesana. Kalian akan melihat pula keindahan dunia ini telah ditutupi kesuraman yang mencekam yang datang menimpanya.�E
Nurul yaqin adlah cahaya yang menembus hati manusia akan kebenaran hari akhirat yang tetap menjelma kelak. Kebenaran hari akhirat yang bakal datang itu adlah kebenaran mutlak yang tak datang dipungkiri. Dunia ini fana dan penuh kebatilan, itupun takmungkin dibantah.

Nurul yaqin yang bercahaya dari hati hamba Allah menunjukkan kebenaran adanya hari akhirat yang gaib dari penglihatan, pendengaran dan pengetahuan manusia. Hari akhir itu jauh, akan tetapi dekat dihati hamba yang yakin bakal datangnya hari itu. Perjalanan menuju akhirat adalah perjalanan yang panjang, akan tetapi menjadi pendek dan singkat bagi hamba yang makrifat. Hamba Allah yang hatinya terpercik sinar Ilahiyah, memandang hidup dunia ini sementara, penuh dengan kepalsuan, kebatilan dan banyak kerusakan. Dunia ini ditempuh sesuai dengan usia yang telah ditetapkan oleh Allah Ta’ala untuk manusia. Batas usia yang tertentu itu dimanfaatkan selektif mungkin oleh para hamba Allah dengan amal ibadah serta kepatuhan si hamba pada perintah dan larangan Allah.

Pancaran sinar iman dan cahaya keyakinan dari dada hamba Allah akan menembus alam kebaikan negeri akhirat. Dadanya yang bersinar iman, seperti sabda Nabi SAW., “Sesungguhnya cahaya keyakinan itu apabila telah masuk ke dalam hati, maka lapanglah dada menerimanya, “Ditanyakan kepada Rasulullah, “Apakah hal seperti itu ada tanda-tandanya?�EJawab Nabi SAW., “Ya, engkau menghindarkan dirimu dari tipuan dunia, serta bersegera mendekati akhirat yang abadi dan bersiap-siaplah menunggu datangnya maut.�E
Sahabat Anas ra. bertutur, ketika Rasulullah SAW. dalam suatu perjalanan berjumpa dengan pemuda Ansar, beliau bertanya, “Bagaimana keadaanmu pada pagi hari ini ya Haritsah? Ia menjawab, “Aku menjadi seorang mukmin yang bersungguh-sungguh.�EMendengar ini Rasulullah SAW., mengingatkan, “Wahai Haritsah, perhatikanlah ucapanmu, karena setiap yang engkau ucapkan haruys sesuai dengan amalanmu. Haritsah menjelaskan kepada Rasulullah SAW., “Ya Rasulullah, jiwaku ini sangat bosan melihat keadaan dunia ini, lalu bangun tengah malam dan berpuasa siang hari. Saat ini seakan-akan aku berhadapan dengan ‘Arsy Allah, dan melihat ahli surga yang sedang bersilaturahmi. Demikian juga terbayang olehku bagaimana ahli neraka itu disiksa dan merintih kesakitan.�E
Rasulullah pun menjelaskan, “Engkau telah melihat itu semua, maka hendaklah tetap pendirianmu. Engkau telah dianugerahi cahaya keimanan didalam hatimu.�EHaritsah memohon kepada Rasulullah, agar didoakan dapat mati syahid. Lalu Rasulullah SAW., berdoa untuk Haritsah. Ketika pada suatu masa datanglah perintah dari Rasulullah bagi para pemuda untuk bersikap jihad fi sabilillah, maka Haritsahlah yang pertama mendaftarkan dirinya. Ia pun syahid dalam suatu pertempuran melawan orang kafir. Ketika ibunya mendengar berita tewasnya Haritsah sebagai Syuhada, ia segera menjumpai Rasulullah SAW. Sang ibu yang sangat mencintai putranya itu bertanya, “Ya Rasulullah, benarkah berita tentang kematian Haritsah? Jika ia disurga, aku tidak akan menyesal dan tidak akan menangis. Akan tetapi jika lain dari itu, maka aku akan menyesal dan menangis selama hidupku didunia. Rasulullah pun menyenangkan hati ibu ini, dengan jawaban, “Haritsah telah masuk surga, bukan hanya satu surga tapi surga dalam
surga-surga. Ia telah mencapai surga firdaus yang sangat tinggi. Ibu Haritsah ini pun kembali dengan senyaum-senyum sambil berkata, “Sangatlah beruntung wahai kau anakku.�E
Sahabat Anas menjelaskan pula, “Pada suatu hari sahabat Mu’adz bin Jabal menemui Rasulullah SAW sambil menangis. Mu’adz ditanya oleh Rasulullah SAW., “Bagaimana pagi ini wahai Mu’adz?�E“Aku pagi ini merasakan benar-benar keimananku,�Ejawabnya. Rasulullah mengingatkan agar perkataannya harus sesuai dengan hakikat amalnya. Rasulullah bertanya pula, “Bagaimana perasaanmu itu?�EMu’adz menjawab, “Apabila berada diwaktu pagi, aku merasa tidak akan sampai petang tidak mungkin sampai pagi. Setiap melangkahkan kakiku, aku merasa tidak dapat melangkahkan kakiku yang lain. Aku melihat dalam hayalanku manusia telah dipanggil menerima suratan amalnya bersama para Nabi dan berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah. Aku pun seperti melihat siksaan dan rintihan ahli neraka, dan kesenangan yang diterima ahli surga serta kenikmatannya. Nabi SAW., bersabda, “Engkau telah mengetahu itu semua, maka jangan beranjak dari imanmu itu.�E
Rasulullah memberitakan kepada kami, perihal tewasnya para sahabat seperti Za’id, Ja’far bin Abi Thalib, Abdullah bin rowahah ra. Dalam sabda beliau, “Mereka adalah Syuhada�E Mereka tidak akan senang, apabila mereka masih berada di tengah-tengah kita. Rasulullah bertutur dengan wajah sedih, dan nampak air matanya menetes bagaikan manik lepas dari talinya.�E
Para sahabat yang dipaparkan diatas telah menunjukkan, bagaimana mereka telah melihat dan membayangkan kehidupan akhirat dalam makrifat mereka, seperti yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Para sahabat biasanya mendapat khasyaf dari Allah SWT., karena makrifat yang mereka milikibegitu tinggi. Bayangan tentang masa depan dan negeri akhirat, tentang surga dan neraka, seperti mereka melihat situasi hari akhirat itu dengan sungguh-sungguh. Hal ini dibenarkan oleh Rasulullah SAW. Mereka sangat senang mendengar penjelasan dari Rasulullah SAW., tentang apa yang telah tampak dalam khasyaf mereka.

Para sahabat melihat keindahan dunia ramai ini begitu memukai yang dapat menghanyutkan setiap orang yang memandangnya bahkan sangt memikat. Kehati-hatian para hamba Allah yang shalih akan mampu mengarahkan mereka kepada pengetahuan yang hakiki tentang dunia yang sangat mempesona itu.

Siapa yang tidak hati-hati dalam hidup dunia, ia akan mudah tergelincir dalam perangkap yang sangat indah, akan tetapi menyesatkan. Perangkap yang indah itu akan menyilaukan penglihatannya, yang lama kelamaan akan menjadikan buta dan kehilangan jalan kebenaran menuju Allah Ta’ala. Ia akan kehilangan jalan menuju ke negeri yang aman tenteram, yaitu negeri akhirat. Dunia adalah jembatan menuju akhirat. Karena negeri akhirat itulah tujuan perjalanan manusia yang terakhir. Camkanlah.[]
*Mutu Manikan dari Kitab Al-Hikam*
Syekh Ahmad Atailah

MASALAH ITU BUKAN MASALAH

MASALAH ITU BUKAN MASALAH

Hadits Rasulullah : “Dunia itu negara bala’ dan ujian”.
1. Banyak orang menganggap :
- Ujian itu masalah dan masalah itu masalah. Orang takut dg ujian & masalah.
- Orang tidak suka dengan masalah, merasa tertekan dengan ujian dan masalah.
- Orang hilang rasa bahagia dan ketenangan karena masalah.
- Orang terasa resah dan gelisah karena masalah.
- Bila ditimpa masalah, ia terasa besar, berat, hilang selera makan, tidak dapat tidur, bahkan jatuh sakit.
2. Banyak orang :
- Takut dengan kemiskinan, takut sakit, takut rugi dalam bisnis, tidak naik pangkat, kematian orang yang sangat dicintai, dsb.
3. Sebaliknya, perkara yang masalah dianggap masalah, yaitu yang terbesar adalah tidak cinta dan tidak takut Allah. Bila tidak cinta dan tidak takut Tuhan, perkara yang bukan masalah jadi masalah, lebih-lebih lagi yang memang masalah.
- Miskin bukan masalah kalau sabar dengan kemiskinan, tidak membuat dosa dan kemungkaran.
- Kaya bukan masalah, tapi dapat menjadi masalah bila dengan kekayaannya menjadikan sombong, membazir, boros, hidup nafsi-nafsi, foya-foya, dsb.
- Pandai dan berilmu bukan masalah karena perkara yang baik. Tapi kalau dengan ilmunya menjadi sombong, digunakan untuk mengejar pangkat dan jabatan untuk mengumpul harta, maka ini menjadi masalah.
4. Masalah dan ujian yang datang kepada kita sesungguhnya adalah untuk meningkatkan iman, bahkan menjadi syarat untuk mendapatkan iman. Oleh karena itu kalau kita benci atau tidak suka diuji dengan masalah, jangan-jangan tidak termasuk yang Allah tanamkan iman di hati mereka. Allah berfirman dalam Q.S.Ankabut : 2-3 yang artinya :
” Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.
5. Yang sangat benci dengan kepada ujian dan masalah ialah nafsu. Diantara maksud Allah datangkan ujian dan masalah dalam hidup kita ialah untuk menekan hawa nafsu agar tidak rakus dan buas. Nafsu akan terdidik dengan ujian dan masalah. Kalau Allah tidak datangkan ujian dan masalah, nafsu jahat akan menjadi subur, berbunga dan akhirnya berbuah kejahatan. Buah nafsu ialah sifat mazmumah yang bersarang di hati dan merusakkan kebahagiaan hidup manusia. Buah nafsu itu adalah : sombong, hasat dengki, bakhil, pemarah, sangka buruk, cinta dunia, suka dipuji, dsb
Dalam Q.S.Yusuf : 53 Allah berfirman yang artinya al : ” .. Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku...”
Maka jelaslah ujian dan masalah dalam hidup ini suatu rahmat dan kasih sayang Allah, yang membantu mengawal, melemahkan dan mendidik nafsu yang sangat memusuhi kita. Justru itu kalau kita terlalu benci, terlalu tertekan dan terlalu sakit dengan ujian dan masalah, ketahuilah bahwa nafsu sedang menguasai kita dan kita akan tergolong dari orang-orang yang sangat dipengaruhi nafsu.
6. Para sahabat sangat sedih kalau Allah tidak menguji mereka. Kalau 1 hari tidak diuji, mereka bimbang, 2 hari tak diuji mereka cemas, 3 hari tak diuji mereka merasa takut dengan Allah. Mereka merasa jangan-jangan Allah sudah tidak peduli, lalu mereka merintih kepada Allah agar tidak disisihkan.
Para sahabat merasa tenang dengan ujian dan masalah, mereka gelisah bila tidak diuji. Mengapa kita tidak begitu ? Allah berfirman dalam hadits Qudsi, yang artinya :
”Kalau kamu diuji, kamu tidak sabar. Dan kalau kamu diberi nikmat tidak bersyukur. Maka keluarlah kamu dari bumi langit Allah ini, dan carilah Tuhan yang lain selain Aku”.

Selasa, 03 Juni 2008

MABUK DALAM CINTA TERHADAP ALLAH

Dikisahkan dalam sebuah kitab karangan Imam Al-Ghazali bahawa pada suatu hari Nabi Isa a.s berjalan di hadapan seorang pemuda yang sedang menyiram air di kebun. Bila pemuda yang sedang menyiram air itu melihat kepada Nabi Isa a.s berada di hadapannya maka dia pun berkata, "Wahai Nabi Isa a.s, kamu mintalah dari Tuhanmu agar Dia memberi kepadaku seberat semut Jarrah cintaku kepada-Nya."
Berkata Nabi Isa a.s, "Wahai saudaraku, kamu tidak akan terdaya untuk seberat Jarrah itu."
Berkata pemuda itu lagi, "Wahai Isa a.s, kalau aku tidak terdaya untuk satu Jarrah, maka kamu mintalah untukku setengah berat Jarrah."
Oleh kerana keinginan pemuda itu untuk mendapatkan kecintaannya kepada Allah, maka Nabi Isa a.s pun berdoa, "Ya Tuhanku, berikanlah dia setengah berat Jarrah cintanya kepada-Mu." Setelah Nabi Isa a.s berdoa maka beliau pun berlalu dari situ.
Selang beberapa lama Nabi Isa a.s datang lagi ke tempat pemuda yang memintanya berdoa, tetapi Nabi Isa a.s tidak dapat berjumpa dengan pemuda itu. Maka Nabi Isa a.s pun bertanya kepada orang yang lalu-lalang di tempat tersebut, dan berkata kepada salah seorang yang berada di situ bahawa pemuda itu telah gila dan kini berada di atas gunung.
Setelah Nabi Isa a.s mendengat penjelasan orang-orang itu maka beliau pun berdoa kepada Allah S.W.T, "Wahai Tuhanku, tunjukkanlah kepadaku tentang pemuda itu." Selesai sahaja Nabi Isa a.s berdoa maka beliau pun dapat melihat pemuda itu yang berada di antara gunung-ganang dan sedang duduk di atas sebuah batu besar, matanya memandang ke langit.
Nabi Isa a.s pun menghampiri pemuda itu dengan memberi salam, tetapi pemuda itu tidak menjawab salam Nabi Isa a.s, lalu Nabi Isa berkata, "Aku ini Isa a.s."Kemudian Allah S.W.T menurunkan wahyu yang berbunyi, "Wahai Isa, bagaimana dia dapat mendengar perbicaraan manusia, sebab dalam hatinya itu terdapat kadar setengah berat Jarrah cintanya kepada-Ku. Demi Keagungan dan Keluhuran-Ku, kalau engkau memotongnya dengan gergaji sekalipun tentu dia tidak mengetahuinya."
Barangsiapa yang mengakui tiga perkara tetapi tidak menyucikan diri dari tiga perkara yang lain maka dia adalah orang yang tertipu.

1. Orang yang mengaku kemanisan berzikir kepada Allah, tetapi dia mencintai dunia.
2. Orang yang mengaku cinta ikhlas di dalam beramal, tetapi dia inginmendapat sanjungan dari manusia.
3. Orang yang mengaku cinta kepada Tuhan yang menciptakannya, tetapi tidak berani merendahkan dirinya.
Rasulullah S.A.W telah bersabda, "Akan datang waktunya umatku akan mencintai lima lupa kepada yang lima :
1. Mereka cinta kepada dunia. Tetapi mereka lupa kepada akhirat.
2. Mereka cinta kepada harta benda. Tetapi mereka lupa kepada hisab.
3. Mereka cinta kepada makhluk. Tetapi mereka lupa kepada al-Khaliq.
4. Mereka cinta kepada dosa. Tetapi mereka lupa untuk bertaubat.
5. Mereka cinta kepada gedung-gedung mewah. Tetapi mereka lupa kepada kubur."
Kubur Setiap Hari Menyeru Manusia Sebanyak 5 Kali
1. Aku rumah yang terpencil, maka akan senang dgn selalu membaca Al-Quran.
2. Aku rumah yg gelap, maka terangilah aku dgn selalu sembahyang malam.
3. Aku rumah penuh tanah dan debu, bawalah amal soleh yg menjadi hamparan.
4. Aku rumah ular berbisa, maka bawalah amalan Bismillah sebagai penawar.
5. Aku rumah pertanyaan Munkar dan Nankir, maka banyaklah bacaan "Laa illallah, Muhammadur Rasulullah" supaya kamu dapat jawapan kepadanya.

Merindukan Shalat

Menjelang shubuh, Khalifah Umar bin Khathab berkeliling kota
membangunkan kaum Muslimin untuk shalat shubuh. Ketika waktu shalat
tiba, dia sendiri yang mengatur shaf-shaf shalat dan mengimami para
jamaah.

Pada shubuh itu tragedi besar dalam sejarah terjadi. Saat Khalifah
mengucapkan takbiratul ikhram, tiba-tiba seorang lelaki bernama Abu
Lu'luah menikamkan sebilah pisau ke bahu, pinggang, dan ke bawah pusar
beliau. Darahpun menyembur. Namun, Khalifah yang berjuluk "Singa
Padang Pasir" ini tidak bergeming dari kekhusyukannya memimpin shalat.

Padahal waktu shalat masih bisa ditangguhkan beberapa saat sebelum
terbitnya matahari. Sekuat apa pun Umar, akhirnya ia ambruk juga.
Walau demikian, beliau masih sempat memerintahkan Abdurrahman bin 'Auf
untuk menggantikannya sebagai imam.

Beberapa saat setelah ditikam, kesadaran dan ketidaksadaran silih
berganti mendatangi Khalifah Umar bin Khathab. Para sahabat yang
mengelilinginya demikian cemas akan keselamatan Khalifah. Salah
seorang di antara mereka berkata, "Kalau beliau masih hidup, tidak ada
yang bisa menyadarkannya selain kata-kata shalat!" Lalu yang hadir
serentak berkata, "Shalat wahai Amirul Mukminin. Shalat telah hampir
dilaksanakan."

Beliau langsung tersadar, "Shalat? Kalau demikian di sanalah Allah.
Tiada keberuntungan dalam Islam bagi yang meninggalkan shalat." Maka
beliau melaksanakan shalat dengan darah bercucuran. Subhanallah!

Kisah ini diambil dari buku Menjemput Maut: Bekal Perjalanan Menuju
Allah SWT karya Dr Quraish Shihab (Lentera Hati, 2002). Ada teladan
menarik yang diperlihatkan Umar bin Khathab dalam kisah ini, yaitu
kecintaan dan perhatian beliau terhadap shalat.

Baginya, tiada yang terindah dalam hidup selain menghadap Allah SWT.
Dunia begitu kecil di hadapannya. Kenikmatan berkomunikasi dengan Dzat
yang Maha Mencinta, mampu mengalahkan sakitnya tusukan pisau yang
tajam. Tak heran bila demi sekali shalat (di masjid dan berjamaah),
Umar pun rela menukarnya dengan harta yang ia miliki.

Ada sebuah kisah berkait dengan hal ini. Suatu hari Umar mengunjungi
kebunnya. Ia begitu menikmati kicauan burung yang beterbangan di
antara pepohonan. Saking asiknya, ia harus ketinggalan rakaat pertama
saat berjamaah di masjid. Umar begitu menyesal, hingga ia menghibahkan
kebun yang telah melalaikannya tersebut pada baitul mal milik negara.

Anugerah Allah dalam shalat
Shalat adalah keistimewaan yang dianugerahkan Allah kepada Rasulullah
SAW dan umatnya. Demikian istimewanya, hingga proses turunnya perintah
shalat diawali dengan peristiwa Isra' Mi'raj. Allah SWT langsung
"mengundang" Rasulullah SAW ke langit.

Nilai strategis dan keistimewaan shalat sudah tidak terbantahkan lagi.
Shalat adalah amalan pertama yang diwajibkan atas Rasulullah SAW.
Shalat adalah tiang yang menyangga bangunan Islam. Shalat adalah
pembeda atau pemisah antara seorang Muslim dan kafir. Shalat adalah
amalan yang pertama kali dihisab. Shalat adalah kunci kesuksesan dan
kebahagiaan hidup. Shalat adalah penggugur dosa-dosa. Shalat adalah
kunci kesuksesan seorang hamba. Shalat adalah sarana pengundang
datangnya pertolongan Allah. Shalat pun menjadi saat istimewa bagi
seorang hamba, karena ia bisa berhadapan langsung dengan Rabb-nya.

Penelitian ilmiah pun menunjukkan bahwa shalat memiliki segudang
manfaat dari sudut kesehatan. Termasuk kemampuannya untuk mengurangi
stres dan kecemasan, juga menangkal datangnya penyakit-penyakit fisik,
selain tentunya menangkal penyakit rohani.

Saat seorang hamba menunaikan shalat, dan shalatnya dilakukan dengan
khusyuk dan tuma'ninah, ia pun berpeluang mendapatkan pengalaman
rohani tertinggi (peak experience) dan bangkitnya kesadaran yang lebih
tinggi (altered states of conciousness). Tidak berlebihan bila shalat
dikatakan sebagai mi'raj-nya orang beriman.

Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada
Tuhan (yang hak) selain Aku; maka sembahlah Aku dan dirikan shalat
untuk mengingatku." (QS Thaha [20]: 14)

Melihat kenyataan ini, seharusnya kita memaknai shalat bukan sebagai
beban, tapi sebagai kebutuhan. Layaknya kita membutuhkan air, udara,
atau makanan, seperti itulah shalat dibutuhkan.

Shalat tepat waktu adalah keutamaan yang dicontohkan Rasulullah SAW.
Tanda bahwa seseorang telah menjadikan shalat sebagai kebutuhan adalah
keistikamahannya dalam memburu shalat secara ontime. Keutamaannya akan
berlipat apabila dilakukan di masjid dan berjamaah. Keutamaan ini akan
berlipat lagi tatkala kita mempersiapkan diri sebelum melaksanakannya
dengan menunggu sebelum adzan berkumandang.

Mengapa menunggu shalat menjadi sebuah keutamaan? Ada empat alasan.
Pertama, menunggu shalat adalah bukti kecintaan seorang hamba kepada
Tuhannya. Sebagai analogi, seseorang yang sedang dimabuk cinta akan
senantiasa merindukan perjumpaan dengan yang dicintainya. Tatkala ada
janji bertemu, ia akan berusaha untuk tidak terlambat. Begitu pula
saat kita merindukan Allah, kita akan selalu menunggu berjumpa
dengan-Nya dan akan selalu menunggu perjumpaan itu.

Kedua, menunggu waktu shalat akan membuka kesempatan bagi kita untuk
melakukan banyak kebaikan lainnya, seperti membaca Alquran, i'tikaf,
berdzikir, membereskan tempat shalat, dan lainnya. Satu kebaikan
biasanya akan mengundang kebaikan lainnya. Ketiga, saat menunggu
shalat kemungkinan bermaksiat menjadi sangat kecil. Keempat, saat
menunggu shalat kita akan berusaha menjaga kebersihan diri dan hati.
Bukankah salah satu syarat sahnya shalat adalah bersih badan dan
tempat shalat dari najis?

Karena itu, Rasulullah SAW menjanjikan bahwa seseorang dikategorikan
sedang shalat, tatkala ia meniatkan diri menunggu datangnya waktu
shalat. Bahkan, saat itu para malaikat terus melantunkan doa agar kita
dirahmati Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya salah
seorang di antara kalian (terhitung) di dalam shalat selama tertahan
oleh shalat sedang para malaikat mendoakan mereka: 'Ya Allah,
ampunilah dia; ya Allah rahmati dia, selama dia tidak berdiri dari
tempat shalatnya atau ber-hadats (batal wudhunya)." (HR Bukhari).

Hadis ini akan lebih aplikatif dan bernilai sosial andai tengat waktu
menunggu tersebut makna dan cakupannya diperluas. Pemaknaannya tidak
sekadar menunggu shalat di masjid, tapi menempatkan semua aktivitas
hidup dalam skup menunggu datangnya waktu shalat. Hidup kita,
hakikatnya, adalah perpindahan dari satu shalat ke shalat lainnya.

Alangkah indahnya bila kita mampu mengubah paradigma berpikir bahwa
kerja kita, sekolah kita, tidur kita, rekreasi kita; pendeknya semua
aktivitas hidup kita, adalah "aktivitas sampingan" dari shalat. Bila
paradigma berpikir ini digunakan, maka tak akan sekali pun kita
melalaikan kumandang adzan, karena itulah kerja utama kita.

Yang tak kalah penting, semua aktivitas kita di luar ritual shalat,
insya Allah akan makin berkualitas karena dilandasi nilai dzikir,
nilai amal ma'ruf nahyi munkar, dan keinginan menjaga kebersihan diri.
Boleh jadi, semua aktivitas kita akan bernilai shalat, karena kita
meniatkannya sebagai aktivitas menanti perjumpaan dengan Allah SWT.
Dan itulah yang telah dilakukan Rasulullah SAW, Khalifah Umar bin
Khathab, dan para sahabat lainnya. Wallahu a'lam bish-shawab.