Sabtu, 12 Juli 2008

Apabila Dunia Mulai Suram Akhiratpun Nampak

Apabila Dunia Mulai Suram Akhiratpun Nampak

“Apabila cahaya keyakinan telah menerangi hatimu, pasti engkau dapat melihat akhirat sangat dekat denganmu, daripada perjalananmu menuju kesana. Kalian akan melihat pula keindahan dunia ini telah ditutupi kesuraman yang mencekam yang datang menimpanya.�E
Nurul yaqin adlah cahaya yang menembus hati manusia akan kebenaran hari akhirat yang tetap menjelma kelak. Kebenaran hari akhirat yang bakal datang itu adlah kebenaran mutlak yang tak datang dipungkiri. Dunia ini fana dan penuh kebatilan, itupun takmungkin dibantah.

Nurul yaqin yang bercahaya dari hati hamba Allah menunjukkan kebenaran adanya hari akhirat yang gaib dari penglihatan, pendengaran dan pengetahuan manusia. Hari akhir itu jauh, akan tetapi dekat dihati hamba yang yakin bakal datangnya hari itu. Perjalanan menuju akhirat adalah perjalanan yang panjang, akan tetapi menjadi pendek dan singkat bagi hamba yang makrifat. Hamba Allah yang hatinya terpercik sinar Ilahiyah, memandang hidup dunia ini sementara, penuh dengan kepalsuan, kebatilan dan banyak kerusakan. Dunia ini ditempuh sesuai dengan usia yang telah ditetapkan oleh Allah Ta’ala untuk manusia. Batas usia yang tertentu itu dimanfaatkan selektif mungkin oleh para hamba Allah dengan amal ibadah serta kepatuhan si hamba pada perintah dan larangan Allah.

Pancaran sinar iman dan cahaya keyakinan dari dada hamba Allah akan menembus alam kebaikan negeri akhirat. Dadanya yang bersinar iman, seperti sabda Nabi SAW., “Sesungguhnya cahaya keyakinan itu apabila telah masuk ke dalam hati, maka lapanglah dada menerimanya, “Ditanyakan kepada Rasulullah, “Apakah hal seperti itu ada tanda-tandanya?�EJawab Nabi SAW., “Ya, engkau menghindarkan dirimu dari tipuan dunia, serta bersegera mendekati akhirat yang abadi dan bersiap-siaplah menunggu datangnya maut.�E
Sahabat Anas ra. bertutur, ketika Rasulullah SAW. dalam suatu perjalanan berjumpa dengan pemuda Ansar, beliau bertanya, “Bagaimana keadaanmu pada pagi hari ini ya Haritsah? Ia menjawab, “Aku menjadi seorang mukmin yang bersungguh-sungguh.�EMendengar ini Rasulullah SAW., mengingatkan, “Wahai Haritsah, perhatikanlah ucapanmu, karena setiap yang engkau ucapkan haruys sesuai dengan amalanmu. Haritsah menjelaskan kepada Rasulullah SAW., “Ya Rasulullah, jiwaku ini sangat bosan melihat keadaan dunia ini, lalu bangun tengah malam dan berpuasa siang hari. Saat ini seakan-akan aku berhadapan dengan ‘Arsy Allah, dan melihat ahli surga yang sedang bersilaturahmi. Demikian juga terbayang olehku bagaimana ahli neraka itu disiksa dan merintih kesakitan.�E
Rasulullah pun menjelaskan, “Engkau telah melihat itu semua, maka hendaklah tetap pendirianmu. Engkau telah dianugerahi cahaya keimanan didalam hatimu.�EHaritsah memohon kepada Rasulullah, agar didoakan dapat mati syahid. Lalu Rasulullah SAW., berdoa untuk Haritsah. Ketika pada suatu masa datanglah perintah dari Rasulullah bagi para pemuda untuk bersikap jihad fi sabilillah, maka Haritsahlah yang pertama mendaftarkan dirinya. Ia pun syahid dalam suatu pertempuran melawan orang kafir. Ketika ibunya mendengar berita tewasnya Haritsah sebagai Syuhada, ia segera menjumpai Rasulullah SAW. Sang ibu yang sangat mencintai putranya itu bertanya, “Ya Rasulullah, benarkah berita tentang kematian Haritsah? Jika ia disurga, aku tidak akan menyesal dan tidak akan menangis. Akan tetapi jika lain dari itu, maka aku akan menyesal dan menangis selama hidupku didunia. Rasulullah pun menyenangkan hati ibu ini, dengan jawaban, “Haritsah telah masuk surga, bukan hanya satu surga tapi surga dalam
surga-surga. Ia telah mencapai surga firdaus yang sangat tinggi. Ibu Haritsah ini pun kembali dengan senyaum-senyum sambil berkata, “Sangatlah beruntung wahai kau anakku.�E
Sahabat Anas menjelaskan pula, “Pada suatu hari sahabat Mu’adz bin Jabal menemui Rasulullah SAW sambil menangis. Mu’adz ditanya oleh Rasulullah SAW., “Bagaimana pagi ini wahai Mu’adz?�E“Aku pagi ini merasakan benar-benar keimananku,�Ejawabnya. Rasulullah mengingatkan agar perkataannya harus sesuai dengan hakikat amalnya. Rasulullah bertanya pula, “Bagaimana perasaanmu itu?�EMu’adz menjawab, “Apabila berada diwaktu pagi, aku merasa tidak akan sampai petang tidak mungkin sampai pagi. Setiap melangkahkan kakiku, aku merasa tidak dapat melangkahkan kakiku yang lain. Aku melihat dalam hayalanku manusia telah dipanggil menerima suratan amalnya bersama para Nabi dan berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah. Aku pun seperti melihat siksaan dan rintihan ahli neraka, dan kesenangan yang diterima ahli surga serta kenikmatannya. Nabi SAW., bersabda, “Engkau telah mengetahu itu semua, maka jangan beranjak dari imanmu itu.�E
Rasulullah memberitakan kepada kami, perihal tewasnya para sahabat seperti Za’id, Ja’far bin Abi Thalib, Abdullah bin rowahah ra. Dalam sabda beliau, “Mereka adalah Syuhada�E Mereka tidak akan senang, apabila mereka masih berada di tengah-tengah kita. Rasulullah bertutur dengan wajah sedih, dan nampak air matanya menetes bagaikan manik lepas dari talinya.�E
Para sahabat yang dipaparkan diatas telah menunjukkan, bagaimana mereka telah melihat dan membayangkan kehidupan akhirat dalam makrifat mereka, seperti yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Para sahabat biasanya mendapat khasyaf dari Allah SWT., karena makrifat yang mereka milikibegitu tinggi. Bayangan tentang masa depan dan negeri akhirat, tentang surga dan neraka, seperti mereka melihat situasi hari akhirat itu dengan sungguh-sungguh. Hal ini dibenarkan oleh Rasulullah SAW. Mereka sangat senang mendengar penjelasan dari Rasulullah SAW., tentang apa yang telah tampak dalam khasyaf mereka.

Para sahabat melihat keindahan dunia ramai ini begitu memukai yang dapat menghanyutkan setiap orang yang memandangnya bahkan sangt memikat. Kehati-hatian para hamba Allah yang shalih akan mampu mengarahkan mereka kepada pengetahuan yang hakiki tentang dunia yang sangat mempesona itu.

Siapa yang tidak hati-hati dalam hidup dunia, ia akan mudah tergelincir dalam perangkap yang sangat indah, akan tetapi menyesatkan. Perangkap yang indah itu akan menyilaukan penglihatannya, yang lama kelamaan akan menjadikan buta dan kehilangan jalan kebenaran menuju Allah Ta’ala. Ia akan kehilangan jalan menuju ke negeri yang aman tenteram, yaitu negeri akhirat. Dunia adalah jembatan menuju akhirat. Karena negeri akhirat itulah tujuan perjalanan manusia yang terakhir. Camkanlah.[]
*Mutu Manikan dari Kitab Al-Hikam*
Syekh Ahmad Atailah

Tidak ada komentar: