Senin, 01 November 2010

Biarpun seorang hamba sahaya dari Habsyah (yang memimpinmu)

Bagaimanakah kami memahami berikut,

Ali bin Hujr menceritakan kepada kami, Baqiyyah bin Al-Walid memberitahukan
kepada kami, dari Bahir bin Said dari Kholid bin Ma'dan, dari Abdur Rahman bin
Amr As Sulami, dari Al-Irbadh bin Sariyah berkata: "Rasulullah saw menasehati
kami pada suatu hari setelah shalat Shubuh suatu nasehat yang penting yang mana
mata menangis dan hati bergetar karenanya. Seseorang berkata: "Sesungguhnya ini
adalah nasehat orang yang akan meninggalkan, maka dalam hal apa saja engkau
mengamanatkan kepada kami wahai Rasulullah?" Beliau bersabda: "Aku pesan
kepadamu sekalian agar bertaqwa kepada Allah, mendengar dan ta'at, biarpun
seorang hamba sahaya dari Habsyah (yang memimpinmu) karena sesungguhnya orang
yang hidup (panjang) di antara kamu tentu akan melihat terjadinya banyak
perselisihan. Dan jauhilah perkara-perkara yang baru karena sesungguhnya
perkara-perkara yang baru (bid'ah) itu sesat. Barang siapa di antara kamu
menjumpai hal itu, maka ia harus berpegang kepada sunnahku dan sunnah para
khalifah yang lurus yang diberi petunjuk, peganglah sunnah itu dengan
kuat-kuat." (HR At Tirmidzi).

Beliau saw bersabda: "Aku pesan kepadamu sekalian agar bertaqwa kepada Allah,
mendengar dan ta'at, biarpun seorang hamba sahaya dari Habsyah (yang
memimpinmu)"

Bagi kami memahami hadits ini yang mencontohkan seorang hamba sahaya bukanlah
kepada kemampuan atau kompetensi mereka dalam memimpin atau tidak
mempermasalahkan siapapun yang menjadi pemimpin namun hadits itu mencontohkan
walaupun hamba sahaya yang terpenting adalah ketaqwaan kepada Allah ta'ala.

Sungguh sebaik-baik pemimpin adalah yang paling taqwa kepada Allah ta'ala,
begitu pula sebaik-baiknya imam sholat, sebaik-baiknya pemimpin keluarga
(bagaimana memilih calon suami).

"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu
di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal".[QS. Al-Hujurat (49) : 13]

Hadits tersebut kami pahami agar kita mentaati pemimpin yang bertaqwa kepada
Allah ta'ala walaupun dia hanya seorang hamba sahaya.

Mustahil kita mentaati pemimpin yang tidak cakap(berkompeten) atau pemimpin yang
dzhalim.

Kita boleh mengingkari dan membenci pemimpin seperti itu namun kita dilarang
memberontak atau makar apalagi sampai tertumpah darah sesama muslim (selama
masih sholat).

"Seburuk-buruknya Pemimpin adalah mereka yang kalian benci dan mereka membenci
kalian, yang kalian laknat dan mereka melaknat kalian." (HR. Muslim).

Dari Ummu Salamah radliyallahu `anha berkata, telah bersabda Rasulullah
Shallallahu `Alaihi Wa Sallam :

"Akan terjadi sesudahku para penguasa yang kalian mengenalinya dan kalian
mengingkarinya. Barangsiapa yang mengingkarinya maka sungguh ia telah berlepas
diri. Akan tetapi siapa saja yang ridha dan terus mengikutinya (dialah yang
berdosa, pent.)." Maka para shahabat berkata : "Apakah tidak kita perangi saja
mereka dengan pedang?" Beliau menjawab : "Jangan, selama mereka menegakkan
shalat bersama kalian." (HR. Muslim dalam Shahih-nya).

Jelaslah bagi siapa yang ridha dan terus mengikuti pempimpin yang buruk maka
mereka pun turut berdosa.

Kita wajib berupaya memilih pemimpin apalagi pemimpin sebuah negeri.

Rasulullah bersabda : "Tidak boleh bagi tiga orang berada dimanapun di bumi ini,
tanpa mengambil salah seorang diantara mereka sebagai amir (pemimpin) "

Sungguh, dianggap (penisbatan) berkhianat kepada Allah , Rasul-Nya dan kaum
mukminin, merupakan ancaman keras bagi siapapun yang tidak bertanggung jawab
dalam memilih pemimpin, sebagaimana sabda Rasulullah yang diriwayatkan dari Ibnu
Abbas: "Barangsiapa memilih seseorang menjadi pemimpin untuk suatu kelompok,
yang di kelompok itu ada orang yang lebih diridhai Allah dari pada orang
tersebut, maka ia telah berkhianat kepada Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang
beriman." (HR. Hakim)

Sungguh sebuah ketidaktaatan terhadap fatwa ulama tentang memilih pemimpin
negeri telah ditunjukkan oleh sebagian muslim di negeri kita. Malahan mereka
taat kepada ulama dari negara lain yang mana sistem pemerintahan mereka berbeda
dengan kita dan kadang itupun merupakan fatwa orang-perorangan. Padahal Allah
swt telah berfirman yang artinya:

" Wahai orang-orang beriman taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rosul-Nya
dan ulil amri di antara kamu " (QS An Nisa' : 59 )

Jelas sekali ditegas dalam firmanNya, "ulil amri di antara kamu"

Taatilah Ulama, InsyaAllah akan mencegah bencana alam dan musibah.

Kita ketahui bahwa bencana alam, musibah, musibah penyakit, musibah kemiskinan
yang kita alami di nergeri kita ini, bisa merupakan cobaan dari Allah atau bisa
juga merupakan peringatan / laknat Allah.

Bencana / Musibah bisa menjadi peringatan bahkan laknat Allah , jika:
1. Keadilan tidak ditegakkan dan kezaliman terjadi di segala bidang.
2. Pendapat ulama yang sesuai dengan Al-Quran dan Hadits tidak lagi ditaati.

Oleh karenanya kita harus mengetahui/memahami sistem kepemimpinan / pemerintahan
dalam Islam.

Selengkapnya silahkan baca tulisan yang cukup panjang pada
http://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/10/17/pemimpin-dalam-islam/