Minggu, 21 Desember 2008

Menimbang Harga Kesulitan

Mengapa dalam hidup harus ada kesulitan? Agar kemudahan menjadi punya nilai dan makna. Mengapa dalam kehidupan harus ada kesulitan? Agar kemudahan menantang untuk dicari, dikejar dan akhirnya dinikmati.

Kesulitan adalah nuansa fluktuatif kehidupan. Yang seharusnya menambah indah suasana hidup ini. Agar tidak membosankan. Karena watak manusia selalu bosan dengan satu suasana yang tidak berubah. Bukannya kita menantang kesulitan untuk datang. Tetapi karena kesulitan adalah suatu kepastian. Hingga kita dituntut untuk bisa bersikap positif dalam menghadapinya.

Semua yang diciptakan Allah selalu memiliki makna. Tidak ada yang sia-sia. Semuanya menyiratkan pelajaran berharga. Menyimpan rahasia yang tidak luput dari sifat kasih sayang Allah untuk hamba-hamba-Nya. Maka inilah ungkapan positif yang selalu keluar dari fikiran dan ucapan seorang hamba yang beriman. “Ya Allah tidaklah sia-sia apa yang telah Engkau ciptakan, Maha Suci Engkau maka jauhkanlah kami dari api neraka. E(QS. Ali Imaran: 191)

Kesulitan dialami semua orang. Tetapi maknanya berbeda-beda. Yang bisa menentukan makna itu adalah kita sendiri. Karena kita yang lebih tahu tentang diri kita. Sehingga kita dapat meraba mengapa kesulitan itu tiba.

Berikut adalah makna-makna yang bisa digali dari sebuah kesulitan:

1. KESULITAN SEBAGAI PENEBUS DOSA
Kesulitan itu bisa beragam bentuk dan macamnya. Ada kalanya berupa kematian, sakit, kemiskinan, kegagalan, kekecewaan dan sebagainya. Kesemuanya berpungsi sebagai penebus dosa untuk mukminin. Tentunya untuk mendapatkan penebusan dosa itu harus menyertakan kesabaran dalam menghadapinya. Penyerahan diri yang tulus kepada Allah dan ridha dalam menerimanya.

Imam Syafi’i mengajarkan nilai-nilai ini dalam untaian bait syairnya:

Biar hari-hari berbuat semuanya
Dan buatlah hari ini rela ketika taqdir ini tiba
Jangan gelisah dengan kelamnya malam
Karena peristiwa dunia ini tidak ada yang abadi.

Tidak ada manusia yang tak berdosa. Sangat banyak kekhilafan yang pernah kita lakukan. Kita sangat butuh ampuanan Allah. Dan kita khawatir akan datangnya hari perhitungan amal. Apakah jadinya, kalau kebaikan kita ditimbang dengan kejahatan. Kita masih sangat cemas, jangan-jangan amal kejahatan kita masih lebih berat. Mungkin saja amal kebajikan kita banyak. Tetapi siapakah yang bisa menjamin ada satu diantara sekian banyak yang diterima oleh Allah.

Dengan demikian kalau kesulitan menindih kita, selain sabar cobalah menyisipkan rasa syukur. Semoga dengan kesulitan itu Allah berkenan menghapus dosa-dosa yang telah lalu.

Ada sebagian orang yang harus terbaring di tempat tidur bertahun-tahun lamanya berjuang melawan penyakit. Sebelum akhirnya ia harus mengakhiri hidupnya. Kalau dia seorang mukmin, harga mahal yang telah dia bayar akan membuatnya mudah menghembuskan nafas yang terakhir. Allah telah mencuci dosanya dengan penyakit yang menggerogotinya. Agar kelak menghadap Allah dalam keadaan suci kembali. Karena tidak ada yang selamat, kecuali mereka yang menghadap Allah dengan hati yang suci.

Kesulitan ibarat bara api yang membakar dosa. Untuk membakar dosa yang besar diperlukan bara api yang besar. Maka, anggaplah wajar kalau kesulitan bertubi-tubi. Tuduhlah diri sendiri dan instrospeksi harus terus dilakukan.

2. KESULITAN SEBAGAI PENYARING MUTU
Untuk mendapatkan emas yang murni harus dibakar dengan panas yang tinggi. Untuk mendapatkan baja maka harus dilebur dulu dalam bara api yang sangat panas.

Mereka yang masih duduk dibangku sekolah, kesulitan ujian adalah merupakan bagian dari penyaringan mutu. Mereka yang sudah bekerja, juga perlu disaring dengan diberikan tugas-tugas yang sulit untuk melihat siapa yang capable dan siapa yang tidak layak.

Hanya manusia-manusia pilihan saja yang bertahan hidup hingga garis finis. Yang mampu melampaui rintangan-rintangan kesulitan. Sedangkan yang lemah akan terkubur oleh kesulitan dan musibah.

Masalah akhirat juga begitu. Allah akan menyaring hambanya. Tidak dibiarkan orang mengaku beriman begitu saja. Keimanan bukan hanya pengakuan lisan yang biasa berbohong perlu disaring, agar bersih dari sifat kekufuran dan kemunafikan yang tersembunyi.

“Apakah manusia menyangka akan dibiarkan berkata kami beriman, padahal mereka belum diuji. Sungguh Kami telah menguji orang-orang sebelummu. E(QS. Al-Ankabut: 2)

Dalam perang Uhud yang diikuti oleh sekitar seribu pasukan muslimin, harus berkurang 300 orang. Mereka lebih memilih pulang ke Madinah karena mereka tidak sanggup menghadapi ujian peperangan. Ya, mereka orang-orang yang munafik. Kemunafikan pasti akan gugur di medan ujian.

Maka para nabilah yang paling berat ujiannya. Kesulitan yang mereka hadapi sangat besar. Semakin besar keimanan semakin berat ujian kesulitan yang harus dihadapi.

Rasulullah ditanya, siapakah yang paling berat ujiannya? Beliau menjawab, “Para nabi dan mereka yang mengikuti jejak mereka. E
3. KESULITAN SEBAGAI SIKLUS KEHIDUPAN
Alam ini bergerak sesuai dengan sunatullah. Seluruh alam ini tunduk kepada aturan Allah. Bumi akan terus berputar pada garis edarnya. Daun dari tunas, tumbuh hijau sejuk dipandang hingga menguning dan kering akhirnya rontok ke bumi.

Kesulitan merupakan siklus kehidupan yang pasti akan terjadi. Hanya giliran saja yang akan menanti. Kalau hari ini ada kesulitan yang berarti memang hari-hari yang lalu sudah kita lalui dengan kenikmatan.

Nabi Ayyub mencoba menengok penyakit yang dialaminya dari sisi kehidupan. Dari situ dia mendorongnya hingga memunculkan kesabaran. Ketika isterinya mendesaknya agar berdoa agar memohon kepada Allah supaya disembuhkan, beliau berkata, “Aku malu kepada Allah, karena sebelum ini aku telah menikmati kesehatan lebih lama dari masa-masa sakit. E
Roda kehidupan ini akan terus berputar dan bergilir. “Dan hari-hari itu Kami pergilirkan diantara manusia. Ebegitu Allah menjelaskan.

Yang hari ini mendapatkan kesenangan, berarti dia harus bersiap untuk menghadapi kesulitan. Dan yang hari ini mengalami kesulitan, berarti dia boleh berharap untuk sebuah kesenangan yang akan datang sesudahnya.

4. KESULITAN SEBAGAI ISYARAT AKAN DATANGNYA KEMENANGAN
Hidup ini adalah perjuangan. Dalam pengertian apapun. Seorang suami harus berjuang menunaikan kewajibannya. Seorang isteri, seorang mahasiswa, seorang karyawan, seorang pejabat. Siapa saja yang menjalani hidup ini, harus mengerti bahwa hidup ini adalah medan perjuangan. Perjuangan membutuhkan pengorbanan. Tanpa pengorbanan tak akan diraih kemenangan. Kesulitan akan banyak menyita waktu, tenaga, potensi dan biaya untuk menyelesaikannya. Ini adalah bagian dari pengorbanan.

Seluruh kejayaan dan kemenangan hanya milik Allah. Dan Dia tidak akan memberikannya kecuali kepada yang layak menerimannya. Kalau usaha-usaha sudah terasa maksimal, tetapi yang datang justru musibah jangan disikapi dengan negatif. Justru harus dilihat dari sisi positif.

Perjuangan hidup apapun bentuknya akan melalui fase-fase tertentu hingga berlabuh di pantai kemenangan. Diantara fase itu adalah fase fitnah, cobaan dan kesulitan. Dan ini adalah fase terakhir sebelum memasuki gerbang kejayaan dan kemenangan.

Seorang ulama besar berkata, “Sebarkanlah Islam ini karena Islam ini asing dimasyarakat kalian. Jika Islam ini sudah dikenal maka berhati-hatilah, karena kalian akan dikejar-kejar, dituduh, difitnah dan dipenjara. E
Allah tidak begitu saja memberikan kemenangan ini dengan harga murah. Kalau kemenangan belum juga datang, berarti kita belum layak untuk menerimanya.

Sebelum Islam menggapai keujung dunia, Muslimin di zaman Rasulullah itu harus melalui cobaan yang berat. Diasingkan, dituduh, diboikot dan diperangi.

Al-Aqsha hingga hari ini belum juga bebas. Padahal sudah berapa benyak darah para syuhada yang tumpah. Berarti harga Al-Aqsha belum tertebus, masih butuh lagi syuhada yang lain. Ibarat jarak tempuh, semakin jauh jarak yang dituju, harus semakin banyak pula persediaan bensin.

Memang seluruh kehidupan dunia ini adalah perjuangan. Jangan pernah berhenti berjuang. Jangan lemah hanya kaki ini berdarah tersandung batu cobaan. Imam Ahmad oleh puterannya Abdullah, “Wahai ayah, kapan engkau istirahat? EBeliau menjawab, “Ketika sebelah kaki ini sudah menginjak surga. E
Jadi, Kesuilitan bisa jadi merupakan kabar gembira dan isyarat kemenangan.

5. KESULITAN ADALAH HARGA SURGA
Surga itu mahal. Kata-kata itu diulang nabi sampai tiga kali. Karena keindahan dan kenikmatannya belum pernah dirasakannya dan berdetik terdetik sedikitpun di hati manusia.

“Apakah kalian mengira akan mesuk surga, sedangkan kalian belum merasakan apa yang dirasakan oleh orang-orang sebelum kalian. Dulu mereka ditimp, peperangan dan goncangan. Hingga rasul dan orang-orang yang kemiskinan, peperangan dan goncangan. Hingga Rasul dan orang-orang yang bersamanya berkata, ‘Kapankah pertolongan Allah tiba. EIngatlah pertolongan Allah itu dekat. E
Surga tidak mudah begitu saja diraih. Cobaan akan terus bergulir. Hingga benar-benar melahirkan mukmin yang bersih. Karena surga tidak mungkin mereka yang kotor. Kesulitan akan membersihkan noda-noda dosa. Menyaring siapa yang berhak mendapatkan kebahagiaan surga dan siapa yang tidak layak mendapatkannya. Amr bin Jamuh berkata kepada Rasulullah dalam perang Uhud, “Ya Rasulullah aku ingin menginjak surga dengan kakiku yang pincang ini. E
Kesulitan itu beragam maknanya. Setiap terjadi kesulitan, mari kita lihat apa makna yang tersirat dibaliknya. Agar kita mengerti, bahwa dibalik kesulitan itu ada harga dan nilai yang sangat berharga.[]

die *Majalah Tarbawi*

SUNNATULLAH

Siapa Menolak Pasti Binasa

Al Qur’an adalah sumber ilmu, dan ilmu Al Qur’an tidak hanya menjangkau masalah Akhirat saja, tapi ia menjangkau masalah dunia Akhirat. Al Qur’an merupakan khazanah bumi dan langit, bagi orang yang mengetahuinya atau bagi orang yang Allah beri ilmu tentangnya. Sangat beruntunglah bagi orang yang Allah beri anugerah tentangnya, karena ilmu Al Qur’an sungguh ajaib. Sebagian besar kandungan Al Qur’an adalah ilmu-ilmu yang tersirat daripada yang tersurat. Kalau yang mentafsir Al Qur’an tidak Allah anugerahkan ilmu, maka ia tidak akan dapat menggali dan menjangkau ilmu-ilmu yang tersirat itu. Dia hanya memahami kulit atau bagian luarnya saja, dan tidak mampu menggali lebih dalam lagi.
Inilah sebenarnya salah satu masalah manusia di zaman ini, banyak orang yang ghiroh atau gairah membaca Al Qur’an, membaca ayat-ayat Al Qur’an dan menterjemahkannya. Akan tetapi hasil dari membaca dan menterjemahkan itu tidak melahirkan ilmu yang sebenarnya. Sehingga orang yang tidak paham hakekat Al Qur’an, seperti orang asing yang bukan Islam atau orang Islam yang belajar Islam tapi sekuler, mereka mempelajari Al Qur’an tetapi tidak mendapatkan ilmu. Padahal Al Qur’an adalah khazanah yang sangat luas, seluas khazanah bumi dan langit.
Sunnatullah adalah salah satu ilmu yang ada di dalam Al Qur’an, yang mudah-mudahan dengan ilmu itu menjadi guide line untuk memperjuangkan Islam, hingga Islam mencapai kejayaan seperti pada kebangkitan yang pertama, yaitu di masa Rasulullah saw dan Sahabat.
Di dalam Al-Qur’an ada 2 ayat dengan 3 kalimat yang terjemahannya seperti berikut :
“… Sekali-kali kamu tidak dapati sunnah Allah itu berubah” (Q.S.Al Ahzab: 33). “… Sekali-sekali engkau tidak akan dapati sunah Allah itu bertukar ganti…” (Q.S.Faathir: 43) “… Sekali-sekali engkau tidak akan dapati sunah Allah itu beralih”(Q.S.Faathir: 43)
Kalau kita perhatikan ketiga kalimat dalam Al Qur’an di atas, lafaz terakhirnya berbeda, akan tetapi terjemahannya sama.

APAKAH SUNNATULLAH ITU ?
Definisi dari sunnatullah adalah “Peraturan atau sistem atau ketentuan Tuhan untuk hamba-Nya di dunia ini, baik hamba-Nya yang bernyawa maupun hamba-Nya yang tidak bernyawa.”
Walaupun Allah berkuasa dan kuasa-Nya tidak dapat dihalang oleh siapapun, akan tetapi karena Allah sudah membuat aturan, maka Allah tidak akan merubah aturan itu sejak azali (sejak awal-awal penciptaan makhluk). Allah sangat disiplin dalam menjaga peraturan, baik untuk makhluk-Nya yang bernyawa maupun makhluk-Nya yang tidak bernyawa. Tuhan Maha Berdisiplin, sehingga apabila sudah menetapkan suatu peraturan maka Tuhan tidak akan merubah peraturan itu. Maka dalam 3 ayat di atas Allah tegaskan bahwa Allah tidak akan merubah sunah Nya. Tidak seperti kita, yang banyak membuat peraturan akan tetapi kita sendiri susah untuk melaksanakannya.
Tuhan perintahkan kepada kita agar kita paham benar bahwa sunah Tuhan tidak akan berubah. Yang mana sunnah Tuhan itu ada yang dapat diketahui oleh manusia, karena bersifat lahirilah dan ada pula yang bersifat tidak dapat diketahui. Misalnya Sunah untuk kayu-kayuan, kita tidak paham, bahwa jika di antara pohon-pohon itu melanggar sunnah, maka pohon-pohon itupun tidak bertahan, akan rusak. Demikian pula pada binatang dan juga para malaikat, mereka ada sunnah tersendiri. Hanya, kalau malaikat taat pada sunnah Allah.
Untuk manusia, Tuhan sudah menetapkan sunnah yang tersendiri yang terdiri dari dua aspek, yang pertama yang disebut Karhan dan yang kedua disebut Tau’an. Firman Allah dalam Al Quran Surat Ar Ra’d Ayat 15 yang artinya : “Dan kepada Allah jualah sekalian makhluk yang ada di langit dan di bumi tunduk menurut, baik dengan sukarela (tau’an) atau terpaksa (karhan).”

KARHAN
Sunah Karhan ini maksudnya adalah terpaksa, artinya kita terpaksa atau harus ikut sunnah Qarhan ini, walaupun kita setuju dengannya, ataupun tidak. Kalau kita nekat melanggarnya, maka kita akan mendapat masalah. Contohnya, manusia bernafas dengan menggunakan oksigen (O2), akan tetapi bila manusia nekat ingin bernafas dengan air, maka akan binasalah ia. Contoh lain adalah, bila ingin kenyang, maka kita harus makan. Ingin punya anak harus menikah. Sunnah api membakar, dan lain-lain.
Walaupun Allah sudah katakan bahwa sunnah Allah tidak berubah, akan tetapi sesekali Allah buat lain atau pengecualian, sebab Allah bermaksud untuk menyelamatkan aqidah umat. Contonya Nabi Isa as yang lahir tanpa ayah, karena Allah ingin menunjukan kuasa-Nya, bahwa yang menciptakan manusia adalah Allah, bahwa lahirnya seorang manusia atas kehendak Allah Ta’ala. Nabi Ibrahim as selama 40 hari dibakar, tapi api tidak membakar Nabi Ibrahim. Yang sebenarnya adalah Allah ingin menunjukkan, bahwa atas kehendak Allahlah api itu membakar sesuatu. Agar manusia tidak menganggap api itu Tuhan.
Yang termasuk sunnah qarhan juga adalah Tuhan sudah sunnahkan bahwa “berhentilah makan sebelum kenyang”, maka jika kita melanggarnya kita akan sakit. Akan tetapi sunnah ini hanya sedikit saja orang yang paham, hanya ahli-ahli kesehatan saja yang tahu. Akan tetapi banyak kisah-kisah orang sholeh yang makan berbagai jenis makanan tapi sehat, tidak sakit. Allah ingin tunjukan bahwa yang mendatangkan sakit itu Tuhan, bukan makanan atau yang lainnya.

TAU’AN
Sebagian besar umat Islam hari ini hanya paham sunnah yang qarhan saja, yang sunnah itu pun kita tidak mampu merubahnya, karena sudah menjadi ketetapan Allah. Sebenarnya Allah SWT juga sudah menetapkan sunnah yang diperuntukan kepada orang-orang yang bertaqwa, yang disebut sunnah Tau’an. Sunnah Tau’an ini hanya dipahami oleh orang-orang bertaqwa saja, karena ia bersifat maknawi dan rohani.
Akhir-akhir ini negara kita banyak mengalami musibah yang berupa bencana alam, ada tsunami, gempa bumi, banjir, semburan lumpur panas, dan lain-lain. Sebenarnya, Allah tidak akan menimpakan bencana kepada sekumpulan orang di suatu tempat apabila di tempat itu mayoritas orangnya sholeh-sholeh. Bahkan Allah juga tidak akan timpakan bencana seperti perang, yang dengan perang itu banyak orang di daerah itu yang binasa. Allah berfirman dalam Al Qur’an Surat Huud ayat 117 yang maknanya bahwa “Tuhan tidak akan memusnahkan suatu kaum kalau mereka itu orang soleh.”
Bukan saja bencana itu tidak ditimpakan kepada orang-orang sholeh atau orang bertaqwa, akan tetapi Allah akan memberi bantuan (Q.S.Al Jasiyah: 19), membukakan berkat dari pintu langit dan bumi. Firman Allah yang artinya: “Berhak atas Kami menolong orang mukmin” (Q.S.Ar Rum: 47). “Jika penduduk suatu negeri beriman dan bertaqwa, Tuhan akan bukakan berkat dari langit dan bumi…” (Q.S.Al A’Raf: 96)
Allah SWT juga sudah sunnahkan bahwa Dia akan menganugerahkan rahmat di dunia dan di Akhirat, akan tetapi rahmat di Akhirat lebih besar dari rahmat di dunia.
Rahmat yang Allah anugerahkan di dunia di antaranya adalah, bahwa Allah akan selesaikan seluruh masalah yang dihadapi orang bertaqwa, dan Allah juga akan datangkan rizki yang tidak disangka-sangka. Allah berfirman yang maksudnya: “Barang siapa yang bertaqwa pada Allah, Allah akan lepaskan dia dari masalah hidup, dan memberi rizki dari sumber yang tidak diketahui… ” (Q.S.At-Thalaq 2-3)
Allah SWT juga akan menganugerahkan rahmat di dunia dengan mendatangkan ilmu sesuai keperluan kita. Firman Allah yang maksudnya: “…Bertaqwalah kepada Allah, niscaya Allah akan mengajar kamu…” (Q.S.Al Baqarah: 282)
Rahmat Allah bagi orang bertaqwa di Akhirat di antaranya adalah, Allah akan anugerahkan Syurga yang seluas langit dan bumi yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Dan Allah akan menutupi kesalahannya dan melipatgandakan pahala bagainya. Firman Allah yang artinya: “Akan tetapi orang-orang yang bertaqwa pada Tuhannya, bagi mereka Syurga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, sedang mereka kekal di dalamnya sebagai tempat tinggal dari sisi Allah” (Q.S.Ali Imran: 198). “Barang siapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan menutupi kesalahan-kesalahannya dan melipat gandakan pahala baginya”(Q.S.At-Thalaq:5)
Begitulah sunnah Allah kepada orang yang bertaqwa dan masih banyak lagi ayat-ayat dalam Al Qur’an yang menjelaskan masalah taqwa. Akan tetapi kebanyakan orang di zaman ini menggunakan kekuatan akal untuk menyelesaikan seluruh masalah yang ada, termasuk para ulama. Artinya kalau dalam menyelesaikan masalah dengan menggunakan akal saja, maka tidak akan wujud taqwa. Akan tetapi bila ada orang yang bertaqwa, maka berlakulah bantuan Tuhan dengan diturunkannya rahmat dan barokah. Oleh karena itu janganlah kita menggunakan akal semata-mata, marilah kita mengajak manusia untuk bertaqwa. Karena akal itu hanya dipergunakan untuk menghujah, yang mendasari taqwa, akan tetapi akal bukanlah rujukan yang sebenarnya, ia hanya sebagai alat saja.
Kita lihat di zaman ini, kebanyakan orang Islam beramai-ramai dengan kekuatan akal, membangun tamadun (peradapan) Islam dengan memcontoh orang barat. Pendidikan yang sekuler, ekonomi dengan kapitalisnya, pemerintahan dengan sistem partainya, kebudayaan atau hiburan yang melalaikan, dan lain-lain. Padahal Islam ada cara tersendiri, yang ia tidak mencontoh barat dan timur. Dalam sejarah Islam tidak pernah kegemilangan Islam itu dengan mencontoh ummat lain apalagi mencontoh cara musuh.
Kita lihat bagaimana Rasulullah saw membangun tamadun yang berbeda dari sistem yang ada, padahal waktu itu Romawi dan Persia sangat maju, seperti Amerika dengan Baratnya dan Uni Soviet ketika masa jayanya. Tapi Rasulullah tidak mencontoh Romawi dan Persia.
Kita lihat juga bagaimana Sultan Muhammad Al Fateh, membangun 335 bangunan anti gempa yang pertama dan yang sangat canggih, dengan insinyurnya yang bernama Mimar Sinan. Tanpa mencontoh bangsa lain, padahal saat itu Barat sudah maju.
Cara Islam adalah cara taqwa. Itulah yang sudah terjadi dan kita saksikan dalam sejarah. Walaupun ummat Islam dalam jumlah sedikit dan fasilitas yang ala kadarnya, akan tetapi bisa menawan dunia.
Kita tengok lagi ke belakang, Rasulullah berperang sebanyak 74 kali, dalam peperangan-peperangan itu satu kali saja umat Islam berperang dalam keadaan jumlah yang banyak. Salahudin Al Ayubi, bangsa Kurdi, bangsa Arab gunung saja, berhasil mengusir orang-orang barat, dengan jumlah dan senjata ala kadarnya. Itu juga yang terjadi pada Sayyidina Umar bin Abdul Aziz, Sultan Muhammad Al Fateh yang merebut Konstantinopel (Turki), Thariq bin Ziyyad yang menaklukan Eropa lewat Andalusia (Spanyol).
Sejarah sudah membuktikan bahwa dalam kegemilangan Islam selalu ada pemimpin, dan pemimpin itu adalah pemimpin yang bertaqwa. Dari pemimpin yang bertaqwa inilah akan lahir jamaah yang bertaqwa. Dengan adanya pemimpin dan jamaah yang bertaqwa maka Allah akan datangkan berbagai bantuan.
Memang sudah menjadi sunnatullah, bahwa Allah tidak akan serahkan bumi ini kepada umat Islam sebelum ada jamaah yang bertaqwa. Dan sebelum ada kekuatan taqwa, maka bumi ini akan diserahkan kepada orang yang mempunyai kekuatan quwwah (kekuatan lahir). Tapi dengan kekuatan quwwah ini Allah berikan dengan istidraj (di beri dalam keadaan murka). Firman Allah yang maksudnya: “Akan Aku wariskan bumi ini kepada hamba-hamba-Ku yang sholeh (bertaqwa)”. (Al Anbiya: 105)
Contoh lainnya adalah, bagaimana para ahli alam, para pemimipin, anggota masyarakat dengan akalnya menanggapi terjadinya gempa yang menimpa tanah air akhir-akhir ini. Kita saksikan bersama bagaimana mereka memberi penjelasan di media masa tentang gempa misalnya. Bahwa gempa itu terjadi karena lempengan bumi yang patah sehingga terjadi gelombang di permukaan bumi, yang menghancurkan segala yang ia lewati. Dengan patahan itu pula akan menyebabkan adanya gelombang air laut yang disebut tsunami.
Kebanyakan orang hanya membahas sebab-sebab terjadinya bencana, tanpa dikaitkan dengan Tuhan sama sekali. Padahal sudah menjadi sunnatullah bahwa setiap kejadian, Tuhan selalu datangkan sebab-sebabnya. Bukankah “sebab” itu Allah juga yang menciptakan?
Seharusnya kita, terutama para ulama dan pemimpin paham, bahwa bencana itu Allah yang mendatangkan. Kalau kita kaum yang beriman dan bertaqwa, maka Allah tidak akan timpakan bencana itu. Hendaknya kita bertanya kepada ahli dzikir, mengapa Allah murka kepada kita, seperti kata Allah dalam Al Qur’an:
“Bertanyalah engkau bertanya kepada Ahli dzikir jika engkau tidak mengetahui.” (QS An Nahl :43)
Bukan kepada orang pandai atau genius yang kuat akalnya, karena akal juga makhluk yang dhoif, yang ada batasnya. Kalau setiap masalah yang kita hadapi, kita gunakan akal untuk menyelesaikannya, maka kita akan tersesat. Bila akal sudah terpisah dengan Tuhannya, maka akal akan menjadi ‘tuhan’.
Kalau kita melaksanakan sunnah Allah ini, maka Allah akan datangkan bantuan pada kita. Akan tetapi apabila kita masih berbuat jahat menurut ukuran sunah Allah, maka Allah akan azab kita. ***

Jumat, 19 Desember 2008

PEMBICARAAN ANTARA RASULULLAH S.A.W DENGAN IBLIS

Telah diceritakan bahawa Allah S.W.T telah menyuruh iblis datang kepada Nabi Muhammad s.a.w agar menjawab segala pertanyaan yang baginda tanyakan padanya. Pada suatu hari Iblis pun datang kepada baginda dengan menyerupai orang tua yang baik lagi bersih, sedang ditangannya memegang tongkat.
Bertanya Rasulullah s.a.w, "Siapakah kamu ini ?"
Orang tua itu menjawab, "Aku adalah iblis."
"Apa maksud kamu datang berjumpa aku ?"
Orang tua itu menjawab, "Allah menyuruhku datang kepadamu agar kau bertanyakan kepadaku."

Baginda Rasulullah s.a.w lalu bertanya, "Hai iblis, berapa banyakkah musuhmu dari kalangan umat-umatku ?"
Iblis menjawab, "Lima belas."

1. Engkau sendiri hai Muhammad.

2. Imam dan pemimpin yang adil.

3. Orang kaya yang merendah diri.

4. Pedagang yang jujur dan amanah.

5. Orang alim yang mengerjakan solat dengan khusyuk.

6. Orang Mukmin yang memberi nasihat.

7. Orang yang Mukmin yang berkasih-sayang.

8. Orang yang tetap dan cepat bertaubat.

9. Orang yang menjauhkan diri dari segala yang haram.

10. Orang Mukmin yang selalu dalam keadaan suci.

11. Orang Mukmin yang banyak bersedekah dan berderma.

12. Orang Mukmin yang baik budi dan akhlaknya.

13. Orang Mukmin yang bermanfaat kepada orang.

14. Orang yang hafal al-Qur'an serta selalu membacanya.

15. Orang yang berdiri melakukan solat di waktu malam sedang orang-orang lain semuanya tidur.

Kemudian Rasulullah s.a.w bertanya lagi, "Berapa banyakkah temanmu di kalangan umatku ?"
Jawab iblis, "Sepuluh golongan :-

1. Hakim yang tidak adil.

2. Orang kaya yang sombong.

3. Pedagang yang khianat.

4. Orang pemabuk/peminum arak.

5. Orang yang memutuskan tali persaudaraan.

6. Pemilik harta riba'.

7. Pemakan harta anak yatim.

8. Orang yang selalu lengah dalam mengerjakan solat/sering meninggalkan solat.

9. Orang yang enggan memberikan zakat/kedekut.

10. Orang yang selalu berangan-angan dan khayal dengan tidak ada faedah.

Mereka semua itu adalah sahabat-sahabatku yang setia."
Itulah di antara perbualan Nabi dan iblis. Sememangnya kita maklum bahawa sesungguhnya Iblis itu adalah musuh Allah dan manusia. Dari itu hendaklah kita selalu berhati-hati jangan sampai kita menjadi kawan iblis, kerana sesiapa yang menjadi kawan iblis bermakna menjadi musuh Allah. Demikianlah sebaliknya, sesiapa yang menjadi musuh iblis bererti menjadi kawan kekasih Allah.

Bertani di Syurga

Pada suatu hari Rasulullah SAW berbicara dengan seorang lelaki dari desa. Beliau SAW menceritakan bahwa ada seorang lelaki penghuni syurga meminta kepada Allah untuk bercocok tanam, kemudian Allah bertanya kepadanya bukankah Allah telah berikan semua perkara yang dia perlukan? Lelaki itu mengakui, tetapi dia suka bercocok tanam. Lalu dia menabur biji benih. Tanamn itu langsung tumbuh. Kesemuanya sama. Setelah itu dia menuainya. Hasilnya dapat setinggi gunung. Allah berfirman kepadanya, "Wahai anak Adam, ia tidak mengenyangkan perut kamu".

"Demi Allah, orang itu adalah orang Quraisy atau pun Anshar karena mereka dari golongan petani. Kami bukan dari golongan petani", kata orang Badui itu. Rasulullah SAW tertawa mendengar kata-kata orang badui itu.