Sabtu, 12 Juli 2008

PENYAKIT ROHANI

PENYAKIT ROHANI


Kita sudah tahu dan yakin bahwa manusia itu terdiri dari jasmani dan rohani. Jasmani adalah bagian yang kasar, yang menurut Tuhan penciptanya, diciptakan dari tanah, seperti firmankan Allah dalam S. Sajdah ayat 7 :
Artinya : “Dan Ia (Allah) memulai penciptaan manusia itu dari pada tanah“

Adapun rohani adalah bagian yang halus, yang dirahasiakan Tuhan tentang hakekatnya. Dalam S. Al Isra’ ayat 85 Allah berfirman
Artinya : “Mereka akan bertanya kepada Engkau (Muhammad) dari hal Roh Katakanlah, soal roh itu adalah urusan Tuhanku “

Karena itu manusia tidak akan mengetahui hakekatnya untuk selama-lamanya. Yang dapat diketahui manusia rohani ini, hanyalah gejala-gejala saja. Gejala-gejala itu antara lain menangkap dan menyimpan pengertian, mengingat, berfikir, berkemauan, gembira, sedih, susah dan sebagainya.
Jasmani dan rohani itu bisa sehat dan bisa pula sakit. Sehat dan sakitnya jasmani sudah cukup jelas bagi kita. Untuk perawatan sakit jasmani, sudah tersedia dokter, obat dan rumah sakit yang amat banyak. Tetapi sehat dan sakitnya rohani, belum begitu kita ketahui, bahkan sering tidak kita hiraukan. Karena rohani ini urusan Tuhan, maka yang tahu sehat dan sakitnya itu hanyalah Dia saja. Tuhan telah memberi tahukan, bahwa rohani pada asalnya adalah sehat :
“ Dan apa-apa yang disisi Allah itu adalah baik “

Yang baik itu antara lain ialah yang sehat. Kemudian rohani itu bisa jadi sakit. Allah telah memberi tahukannya antara lain dalam S. Al baqarah ayat 10.
Artinya : “ Dalam hati (rohani) mereka ada penyakit, kemudian menambah Allah akan penyakit itu “

Dalam kenyataan kehidupan manusia, soal sakit jasmani, dijadikan persoalan yang amat besar. Karena itu diadakan Fakultas Kedokteran, sekolah apoteker, sekolah farmasi, dan sekolah-sekolah lain diadakan kursus-kursus kesehatan, diciptakannya bermacam-macam alat dan obat untuk pengobatan, dan didirikan rumah sakit-rumah sakit yang besar dan kecil untuk tempat perawatan. Semua itu dengan pengerahan tenaga, biaya dan fikiran yang hebat sekali. Tetapi untuk penyakit rohani, boleh dikata belum ada usaha yang nyata, bahkan seperti telah kita katakan diatas sering tidak dihiraukan, malah ada yang berusaha dengan sekuat biaya, tenaga dan fikiran untuk menyebarkan bibit penyebabnya kesegenap lapisan masyarakat dengan rasa bangga dan mengeruk keuntungan yang lumayan untuk kepentingan pribadi-pribadi penyebar itu. Susahnya lagi yang disebari bibit penyakit itu juga merasa senang dan bangga sehingga tersebarlah penyakit rohani yang maha hebat ditengah-tengah masyarakat manusia.
Pada hal akibat penyakit jasmani hanyalah bagi yang bersangkutan saja, sedangkan akibat bagi penyakit rohani sangat hebat, yaitu mengganggu kebahagiaan pribadi dan masyarakat manusia serta dunia dan akhirat. Untuk didunia Allah memfirmankan :
“ Nyatalah bahwa kerusakan di darat dan di laut karena perbuatan tangan manusia sendiri “

Orang yang sehat rohaninya tidak akan membuat kerusakan itu. Prof. Dr. Abu Hanifah mengatakan : Rohani yang sakit itulah sumber / pangkal segala macam krisis dalam kehidupan manusia.
Untuk diakhirat Allah berfirman:
“ Pada hari itu (diakhirat) tidak ada gunanya harta dan anak. Kecuali orang-orang yang datang menghadap Allah dengan hati (rohani) yang selamat (sehat).”

Jadi menurut ayat ini orang yang berbahagia di akhirat itu hanyalah orang-orang yang rohaninya sehat selama didunia ini.
Dalam surat Al fajr ayat 27 – 39 Allah berfirman pula :
Artinya : “ Hai nafsu (rohani) yang tenang (sehat) kembalilah kepada Tuhanmu dengan keadaan redha dan diridhai. Masuklah ke dalam (golongan_ hamba-hambaku. Dan masuklah kedalam syurga Ku “

Karena itu perlu sekali kita mengetahui pengertian penyakit rohani itu, penyebabnya, gejala-gejalanya, hal-hal yang dirusakkan dan methode pengobatannya agar kita berhati-hati dan selalu dalam keadaan rohani yang sehat supaya cita-cita hidup kita untuk bahagia di dunia dan di akhirat itu tercapai.
A. PENGERTIAN PENYAKIT ROHANI
Dr. Hamzah Ya’cub memberikan pengertian tentang penyakit rohani ini sebagaimana berikut :
1. Penyakit rohani ialah sifat buruk dan merusak dalam batin manusia yang mengganggu kebagiaan
2. Penyakit rohani ialah sikap mental yang buruk, merusak dan merintangi pribadi memperoleh keridhaan Allah
3. Penyakit rohani ialah sifat dan sikap dalam hati yang tidak diridhai Allah, sifat dan sikap mental yang cenderung mendorong pribadi melakukan perbuatan buruk dan merusak.
Singkatnya dapat kita katakan bahwa penyakit rohani ialah sifat dan sikap yang buruk dan merusak rohani, yang akan mengganggu kebahagiaan manusia, merintanginya untuk memperoleh keridhaan Allah dan mendorongnya untuk berbuat buruk dan merusak. Karena itulah penyakit ini sangat berbahaya bagi manusia.

B. PENYEBAB
Tiap sesuatu baru akan terjadi kalau ada penyebabnya, tanpa sebab tidak mungkin sesuatu akan terjadi. Hal ini sudah merupakan hukum alam (sunnatullah) yang tetap. Maka begitu pulalah halnya dalam penyakit. Sesuatu penyakit tidak akan timbul (berjangkit) tanpa sebab :
Penyebab dari penyakit jasmani ialah kuman-kuman (bakteri). Sedang penyebab dari penyakit rohani ialah :
1. Nafsu. Sebab nafsu ini menimbulkan sifat dan sikap yang buruk dalam batin manusia serta mendorongnya untuk berbuat jahat
Allah berfirman :
Artinya : “ Sesungguhnya nafsu itu hendak mendorong (manusia) kepada kejahatan. “ (S. Yusuf: 53)

Bahkan Allah memperingatkan, bahwa apabila nafsu itu dituruti akan membawa rusak segala-galanya, yang ada di langit, dibumi dan yang ada pada langit dan bumi itu.
Artinya : “ Dan jikalau kebenaran itu tunduk kepada hawa nafsu mereka, sungguh akan rusaklah langit, bumi dan apa yang ada pada keduanya “ (S. Al Mu’minun 71)

2. Syetan. Sebab syetan itu berkeinginan agar manusia mengerjakan yang keji dan yang mungkar, serta berkecamuknya di kalangan umat manusia itu permusuhan dan kemarahan. Kalau ini sampai terjadi akan hilanglah kebahagiaan manusia dan Allah akan menjadi marah. Allah memfirmankan:
Artinya : “ Karena sesungguhnya syetan itu mendorong manusia untuk berbuat keji dan mungkar “ (S. An Nur 21)
” Keinginan syetan itu hanyalah hendak membuat bersimaha rajalelanya diantara manusia permusuhan dan kemarahan “ (S. Al Maidah 91)

3. Orang kafir. Sebab orang kafir ini tidak senang kalau umat Islam memperoleh rahmat dari tuhan. Allah memberitahukan :
Artinya : “ Orang-orang kafir dari ahli kitab dan orang-orang musyrik tidak suka, jika Allah menurunkan atas kamu kebaikan “ (S. Al baqarah 105)

Untuk menghalangi turunnya kebaikan Allah kepada umat Islam itu mereka akan selalu memerangi umat Islam, Allah berfirman:
Artinya : “ Dan mereka akan tetap memerangai kamu, sehingga mereka memalingkan kamu dari agamamu “ S. Al-Baqoroh: 217)

Perang ini mereka lakukan dengan dua cara :
a. Perang panas, yaitu dengan senjata api (bedil)
b. Perang dingin, yaitu dengan senjata kebudayaan, dengan membuat sarana-sarana yang mengobarkan nafsu dan menyenangkan syetan, sehingga umat Islam menjadi umat yang bergelimang didalam kemaksiatan
Untuk tujuan itu mereka keluarkan biaya yang tidak sedikit, seperti telah diberitahukan Tuhan, dan terlibat dalam kenyataan :

Allah berfirman :
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang kafir itu menafkahkan hartanya untuk menghalangi kamu dari jalan Allah “ (S. AL Anfal 36)

Mengikuti jalan Allah itu adalah keridhaan Allah. Jadi orang kafir merintangi umat Islam dari keridhaan Allah. Karena itu mereka (orang kafir) adalah menyebabkan penyakit rohani pada umat Islam.

C. GEJALA
Setiap penyakit mempunyai gejala, yaitu tanda-tanda yang menyatakan bahwa seseorang terserang oleh sesuatu penyakit, Umpamanya: pegal linu, kepala pusing dan salesma mengalir adalah tanda-tanda dari penyakit influenza.
Penyakit rohani ini mempunyai gejala-gejala tertentu : gejala-gejalanya antara lain ialah :
1. Gelisah dan keluh kesah
Allah berfirman:
“ Dan barang siapa yang berpaling dari mengingat Allah, maka sesungguhnya baginya adalah kehidupan yang sempit “ (S. Thoha 124)

Menurut A. Hasan yaitu kehidupan yang sempit dalam lapangan rohani. Menurut Dr. Zakian Derajat manifestasi kesempitan rohani itu ialah rasa gelisah, keluh kesah, takut, putus asa dan sebagainya. Menurut Dr. Abu Hanifah inilah sumber dari segala macam krisis yang timbul di dalam kehidupan manusia.
Memanglah orang yang dalam keadaan gelisah dan takut perbuatannya sering tidak menentu (ngawur).
Tetapi orang sehat rohaninya tidak akan merasa gelisah dan takut apabila putus asa. Allah berfirman :
Artinya : “ Sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak pernah merasa takut dan tidak pula pernah bersedih “ (S. Yunus 62)

2. Pendangkalan rasa, yaitu tidak cepat terkesan dengan rahmat Allah. Sesungguhnya dia telah banyak menerima rahmat Allah, tetapi ia belum juga merasakan dan belum juga mau berterima kasih. Bahkan dia menerima rahmat Allah itu dengan sikap dan perbuatan durhaka. Apabila ia mengalami malapetaka baru ia sadar. Allah berfirman :
Artinya : “ Maka apabila manusia itu ditimpa malapetaka, ia menyeru Tuhannya dan kembali kepada Nya, tetapi kemudian apabila ia memperoleh rahmat dari Allah sebahagian dari mereka mempersekutukanNya “
3. Liar terhadap kebenaran. Kebenaran itu dari Allah :
“ Kebenaran itu dari Tuhanmu “ (S. Ali Imran 60)

Orang-orang yang sakit rohaninya tidak senang kepada kebenaran itu.
Allah berfirman :
Artinya : “Dan apabila disebut nama Allah semata, tidaklah senang hati orang-orang yang tidak beriman dengan hari akhir itu, tetapi apabila disebut orang-orang selain Allah, ketika itu mereka menjadi gembira “ (S. Az zumar 45)

Umpama dalam ceramah, khutbah dan kuliah, apabila yang dikemukakan sebagai alasan atau dalil adalah ayat-ayat Qur’an atau Sunnah, ia kurang senang atau belum puas, malah kadang-kadang mengejek, tetapi apabila yang dikemukakan sebagai dalil dan alasan itu kata Profesor Insinyur, Drs.. dan SH. Ia akan menjadi senang, puas dan dinyatakan sebagai ilmiah.
4. Berpurbasangka buruk
Allah berfirman :
Artinya : “Dan apabila orang-orang munafik dan orang-orang yang pada hatinya ada penyakit mengatakan, tidak adalah yang dijanjikan oleh Allah dan rasulNya, melainkan tipuan semata” (S. Al Ahzab 12)

Mereka mengatakan ini sebelum mengadakan penyelidikan dan mengadakan experimen. Jadi sebelum dibuktikan kebenarannya. Jadi dengan purbasangka buruk saja.
5. Suka menghasut (memfitnah)
Allah berfirman :
Artinya : “Sesungguhnya jika tidak berhenti orang munafik dan mereka yang dihati-hatinya ada penyakit dan penghasut-penghasut di Madinah, niscaya Kami izinkan kamu memerangi mereka kemudian mereka tidak akan bertetangga denganmu melainkan sedikit saja “ ( S. Al Ahzab 60 ).

Ayat ini :
a. Menyejajarkan orang munafik dan orang yang berpenyakit rohani dengan penghasut
b. Jadi golongan itu tidak disenangi (diridhai) Allah
c. Jadi penghasut adalah menghalangi keridhaan Allah. Dengan demikian merupakan gejala penyakit rohani (penyakitnya sendiri)
6. Lemah dan daya amal. Orang yang sehat rohaninya pasti akan kuat/giat beramal. Karena pada dasarnya manusia dikirim Allah kebumi ini adalah untuk beramal, agar tugas yang dipikulkan Allah kepadanya terlaksana sesuai dengan rencana dengan daya amal yang lemah. Kalau ada tanda-tanda kelemahan amal, tentu ada sesuatu yang tidak beres disana. Itulah beberapa gejala penyakit rohani itu.

D. MACAM-MACAM PENYAKIT ROHANI
Penyakit rohani ini amat banyak, yaitu segala macam sifat dan sikap mental yang mengganggu kebahagiaan, merintangi untuk memperoleh ridha Allah dan yang mendorong untuk berbuat buruk. Tetapi disini akan kita bicarakan beberapa saja diantaranya, yaitu :
1. Nifak. Orang yang punya penyakit ini disebut munafiq mereka mengatakan apa-apa yang tidak ada di dalam hati mereka. Allah memfirmankan :
Artinya : “Dan sebahagian dari pada manusia berkata : kami telah beriman kepada Allah dan hari akhir, pada hal mereka buka orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang beriman pada hal mereka tidak lain, melainkan menipu diri mereka sendiri, tetapi mereka tidak menyadarinya. Dalam hati mereka ada penyakit, maka Allah menambah penyakit mereka, dan bagi mereka azab yang pedih, tersebab mereka telah berdusta” (S. Al Baqarah 8,9,10)

Azab bagi orang yang berpenyakit ini amat hebat yaitu dikerak (intip) nya neraka.
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu pada keraknya dari neraka” (S. An Nisa’ 145)

2. Hasad (=iri hati), yaitu orang yang benci kepada orang yang diberi nikamt oleh Allah dan ingin agar nikmat itu terlepas dari padanya. Penyakit ini menghabiskan semua pahala amal yang telah dikerjakan, Nabi menyabdakan :
“Jauhilah iri hati, karena ia akan memakan semua kebaikan (pahala) sebagaiaman api memakan kayu bakar yang kering “ (HR. Abu Daud)

3. Sedih, duka cita, lemah kemauan, malas, pengecut, kikir, senang berhutang, dan senang menganiaya, sebab itu Nabi Muhammad menganjurkan agar selalu membaca do’a untuk berlindung kepada Allah, agar ia jangan terkena penyakit tersebut. Kalau bisa pada setiap sesudah sholat atau sebelum membaca salam.
“Ya Allah, aku berlindung kepada Engkau dari pada kesedihan, kedukaan, kelemahan, malas, pengecut, kikir, banyak hutang dan kezaliman manusia “.

4. Tabzir (mubazir) = menyia-nyiakan harta. Allah memfirmankan :
“ Sesungguhnya orang-orang yang mubazir itu adalah kawan-kawannya syetan “ (S. Al Isra’ 27)

Syetan adalah penyebab penyakit rohani, maka orang yang menjadi kawannya, tentu telah dihinggapi penyakit rohani itu.
5. Ananiyah = egoistis – mementingkan diri sendiri.
Allah memfirmanakan :
“Sesungguhnya orang-orang beriman itu adalah bersaudara” (S. Al Hujurat 14)
“Sesungguhnya umatmu ini, umat yang satu” (S. Al Anbiya 92)

maka kalau umat Islam mementingkan diri sendiri saja, berarti dia durhaka kepada Allah. Orang durhaka dimarahi Allah. Jika orang yang mementingkan diri sendiri, merintangi keridhaan Allah, jadi ia berpenyakit rohani.
6. Al Bukhtan = berdusta = mengada-adakan sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Berdusta ini salah satu tanda munafiq. Munafik adalah orang yang berpenyakit rohani. Berdusta tidak diridhai oleh Allah dan juga oleh manusia.
7. Takabbur = membesarkan diri = merasa diri lebih dari orang lain. Allah menyabdakan :
“Takabbur itu adalah selendangKu” (Hadits Qutsi)

maka kalau manusia memakainya sangat dimarahi oleh Tuhan.
Itulah beberapara diantara sekian banyak penyakit rohani, kalau mau memperdalamnya silahkan membaca buku-buku akhlaq.

E. KERUSAKAN YANG DITIMBULKAN PENYAKIT ROHANI
Oleh setiap penyakit tentu ada yang dirusakkannya. Makin berat penyakit itu makin besar/berat kerusakan yang ditimbulkannya. Begitu juga penyakit rohani menimbulkan bermacam-macam kerusakan antara lain :
1. Merongrong ketenangan, ini berarti meruntuhkan kebahagiaan
2. Menjauhkan diri dari Tuhan. Sifat-sifat yang ditimbulkannya, dimarahi Tuhan, dan menjadikan manusia jadi durhaka kepada Tuhan
3. Melemahkan daya amal. Kalau malas beramal akan membawa kerugian bagi akhirat kita
4. Menimbulkan psiko neurosa. Mulanya terjadi ketidakberesan pada saraf, kemudian merubah sikap terhadap diri sendiri dan orang lain, dengan sikap buruk
5. Merusak jasmani. Kini sudah dibuktikan bahwa banyak penyakit jasmani, yang disebabkan oleh sakitnya rohani. Kini sudah dikembangkan suatu ilmu yang bernama psychosomatik, yaitu ilmu yang mempelajari dan mengobati penyakit jasmani yang disebabkan oleh sakit rohani. Banyak sudah dicobakan orang pengobatan penyakit jasmani yang disebabkan oleh sakit rohani itu dengan do’a, zikir dan sholat. Hasilnya amat memuaskan. KH, SS Jami’an telah membukukan kasus-kasus yang dihadapi beliau di RS. Cipto Jakarta dengan judul “Islam Psychosomatic”.

F. METHODE PENGOBATANNYA :
Nabi Muhammad SAW bersabda :
“Bagi setiap penyakit itu ada obatnya” (HR. Muslim)

Dalam mengobati penyakit rohani ini ada methodenya sendiri , antara lain :
1. Beragama/beriman, Allah berfirman :
“Orang-orang yang beriman dan beramal sholeh adalah kebahagiaan bagi mereka dan tempat kembali yang baik” (S. Ar Ra’du 29)

yang berbahagia ialah yang sehat rohani :
Menurut Islam kebahagiaan itu ialah masuk syorga, Allah berfirman :
“Dan Adapun orang-orang yang berbahagia itu, tempatnya didalam syorga, mereka kekal didalamnya “ (S. Hud 108)
yang bisa masuk syorga itu ialah yang sehat rohaninya. Allah berfirman:
“Pada hari itu tidak ada gunanya harta dan anak. Kecuali yang datang kepada Allah dengan rohani yang sehat” (S. Asy Syu’ara’ 88-89)

Agama diturunkan Allah untuk obat rohani memang.
“Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran (agama) dari Tuhanmu, untuk obat bagi rohani” (S. Yunus 57).

2. Tobat = Menyesali atas segala kesalahan meninggalkan kesalahan itu Bertekad tidak akan mengulangi lagi untuk selama-lamanya.
Orang yang telah tobat ini, menjadi bersih/sehat rohaninya kembali.
Nabi Menyabdakan :
“Orang yang tobat dari dosa sama seperti orang yagn tidak berdosa (HR. Baihaqi) .

Bahkan Allah dalam surat Furqan 70 bemfirman :
“Kecuali orang-orang yang tobat, dan beriman dan mengerjakan amal sholeh, mereka itu diganti Allah kejahatannya dengan kebaikan, dan Allah itu Maha Pengampun dan Penyayang”.

Jadi orang-orang yang telah tobat, akan diganti oleh Allah kejahatannya dengan kebaikan. Dengan demikian, kejahatan karena sakit, kebaikan karena sehat. Jadi tobat menyembuhkan penyakit rohani.
3. Mawas diri (waspada). Nabi menyabdakan :
“Berbahagialah orang yang sibuk dengan aibnya sendiri, dari pada dengan aib orang lain (HR. Al Bazar).

Mawas diri ialah memandang dalam segala gerak-gerik badan dan batin. Orang yang seperti ini, tidak mungkin akan melakukan perbuatan-perbuatan yang buruk. Karena setiap perbuatan buruk itu akan jelas nampak olehnya. Jadi dengan kewawspadaan penyakit rohani dapat disembuhkan.
4. Sadar. Sadar yaitu mengerti dan menghayati. Maka yang sadar tidak akan mau mengerjakan yang buruk. Sebab ia mengerti bahwa itu buruk, dan menghayati keburukannya
Dengan demikian untuk penyembuhan penyakit rohani, pengertian harus diperhalus/diperdalam, dan penghayatan kepada yang baik diperbanyak. Allah berfirman :
“Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu, apabila mengenai mereka gangguan syetan, mereka ingat dan mereka sadar. “ (S. Al A’raf)

karena itulah mereka tidak bisa dihinggapi penyakit rohani. Sebab begitu penyebabnya mengenai mereka, mereka cepat ingat dan sadar.
“Sesungguhnya hamba-hambaKu (taqwa) tidak ada kekuasaan bagimu (syetan) atas mereka” (S. Al Hijr 42).
5. Ibadat. Terutama sholat, zikir, dan do’a
“Yang beriman dan tenteram hati mereka dengan ingat kepada Allah. Ketahuilah dengan ingat kepada Allah, bisa tentram hati manusia” (S. Ar Ra’du 28)

Hati yang tentram adalah tanda sehat. Untuk mengingat Allah itu yang utama adalah sholat.
“Dirikanlah sholat untuk mengingat Aku” (S. Thoha 14)

sedang do’a adalah jantung ibadah.
“Do’a itu adalah jantung ibadah.” (HR. Turmudzi)

jadi dengan ibadah terutama sholat, zikir dan do’a akan membuat rohani sehat.
6. Amal-amal sholeh yang lain
“Demikianlah, barang siapa yang membesarkan syi’ar agama Allah sesungguhnya itu adalah bukti dari pada rohani yang sehat” (S. Al Hajj 32)

itulah diantara lain, metode pengobatan penyakit rohani itu. Karena itu marilah beragama dengan baik, beribadat, berdo’a, berzikir dan beramal sholeh yang banyak, agar rohani kita selalu sehat.

G. ROHANI YANG DITERIMA ALLAH
Seperti yang telah diterangkan diatas rohani itu asalnya sehat. Tetapi setelah datang kedunia ini, karena beberapa sebab ia menjadi sakit. Kemudian Allah menurunkan agamanya, sebagai obatnya, karena Allah menghendaki agar ia tetap sehat, sebab Ia baru mau menerima kembali, kalau dalam keadaan sehat.
“Kecuali orang yang datang kepada Allah dengan rohani yang sehat “ (S. Asy Syuara’ 89).

Kalau datang dalam keadaan sakit harus diobat dulu di dalam neraka. Setelah sehat, baru boleh datang menghadap. Sedang untuk menghadap didunia ini saja (dengan sholat) harus suci dari najis dan hadats, juga dari dosa.
Karena itu marilah kita pelihata kesehatan rohani kita dengan mengamalkan semua perintah Allah dan menghentikan semua larangan Nya.
Bayangkan kalau semua orang bersedia kembali kepada diri sendiri dahulu, sebelum berkeinginan untuk melihat, mengoreksi dan menilai orang lain, bayangkan bila semua orang demikian. Dan mendasarkan seluruh aktifitasnya pada hati yang bersih dan tak disertai kedengkian, kesombongan maka akan terwujud masyarakat yang damai dengan hati sejuk.

SIKAP MENGHADAPI NIKMAT

SIKAP MENGHADAPI NIKMAT


Katakanlah: Jika sekiranya lautan menjadi tinta untuk menuliskan perkataan Tuhanku (maksudnya nikmat, rahmat dll), niscaya lautan itu menjadi kering sebelum habis perkataan (nikmat) Tuhanku dituliskan, walaupun kamu datangkan sebanyak itu pula (tinta) tambahannya.
( Al Kahfi : 109 )

NIKMAT YANG MELIMPAH RUAH
Tidak ada satu mesin komputer mutakhir yang mampu mencatat berapa banyak nikmat yang dikaruniakan Allah SWT kepada manusia.
Pada ayat yang dikutip diatas, dilukiskan oleh Tuhan sendiri dengan memakai kata-kata kiasan (perbandingan), bahwa kalaupun air laut dijadikan tinta untuk mencatat nikmat itu, maka lautan itu akan kering lebih dahulu, sedang nikmat itu masih belum tercatat seluruhnya.
Pada ayat yang lain ditegaskan oleh Tuhan :
Artinya : “Kalau kamu hitung nikmat Tuhan itu, niscaya tidak dapat kamu menghitungnya “ (Ibrahim 34)
Dalam suatu Hadits digambarkan oleh Rasulullah tentang rahmat (nikmat) itu, sebagai berikut :
Artinya : “Sesungguhnya Allah SWT memiliki 100 rahmat (nikmat) satu rahmat dari padanya diturunkan Nya dan dibagi-bagi diantara jin, manusia, hewan-hewan besar dan kecil. Dengan rahmat yang satu itu, semua makhluk tersebut. Saling sayang menyayangi dan kasih mengasihi. Dengan rahmat yang satu itulah seekor keledai liar menyayangi anaknya.
Adapun rahmat yang 99 lagi disediakan Tuhan buat kehidupan di akhirat.
Dengan rahmat yang 99 itulah Tuhan akan mengasihi hambaNya pada hari kiamat”. (Riwayat Bukhari dan Muslim).

Secara mathematika digambarkan pada hadist tersebut, bahwa nikmat yang dirasakan dan dilihat oleh manusia didunia ini, kekayaan negara dan alam, berupa tambang emas, tambang perak, tambang minyak, mutiara dilaut, karet, tembakau, kopi dan hasil-hasil bumi lainnya, harta milik kaum multi-millioner dan lain-lain sebagainya. Semua itu barulah 1 % dari nikmat-nikmat yang dimiliki Tuhan.
Itupun hanya sekedar hitungan yang gampang untuk menanggapinya.
Oleh sebab itu dapatlah disimpulkan, bahwa nikmat dilimpahkan Tuhan kepada makhluq, terutama umat manusia, melimpah ruah.
Bagaimanakah sikapjiwa manusia menghadapi nikmat itu ? Dalam Al Qur’an sendiri dikemukakan tiga macam sikap jiwa manusia dalam menghadapi nikmat yang diterimanya. Pertama, sikap yang kufur (membangkang), kedua bersikap syukur, ketiga bersikap seperti baling-baling yang terpancang diatas bukit.
Marilah kita uraikan secara singkat ketiga sikapjiwa itu satu demi satu.



1) Sikap Kufur
Banyak manusia yang mendapat nikmat yang melimpah ruah. Berupa kekayaan, kekuasaan, wewenang dll. Akan tetapi, nikmat itu hanyalah semakin menjauhkannya dari ridha illahi. Kekayaan itu dipergunakannya untuk melampiaskan hawa nafsunya, berfoya-foya, menghabiskan waktunya di night-club, bercumbu-cumbuan dengan wanita cantik, berzina, selingkung meminum minuman yang diharamkan, ekstasi, berjudi dan lain-lain sebagainya. Atau kalau di mendapat nikmat berupa kekuasaan dan wewenang. Maka hak-hak itu dipergunakannya untuk memperkosa hak-hak orang lain.
Nikmat yang melimpah ruah itu membuatnya menjadi sombong, angkuh, takabbur.
Pada hakekatnya, nikmat itu adalah semacam cobaan terhadap seseorang sampai dimana dia dapat mengenal dan mengendalikan dirinya.
Tuhan mengatakan dalam Al-Qur’an :
Artinya : “ Kami (Tuhan) akan mencobai kamu dengan yang buruk dan yang baik, untuk ujian dan kepada kami nanti kamu akan dikembalikan “ (Al Ankabut : 35)

Dalam hubungan inilah perlunya norma-norma dan ukuran keagamaan yang selalu memberikan bimbingan dan pedoman kepada manusia dalam menghadapi setiap keadaan dan situasi. Tanpa bimbingan dan pedoman itu, tak obahnya seperti kapal yang kehilangan kemudi di tengah-tengah lautan, dan akhirnya karam dan tenggelam ke dasar laut.
Mempergunakan nikmat yang dikaruniakan Tuhan itu untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dimurkai Ilahi adalah satu sikap menantang, membangkang, yang dalam istilah akidah dinamakan Kufur.
Sejarah selalu menunjukkan, bahwa orang-orang yang bersikap kufur itu pada umumnya akan menerima pembalasan dalam kehidupan di dunia ini. Kadang-kadang merupakan kejatuhan, ditimpa musibah dan malapetaka yang bertubi-tubi, kegoncangan dalam kehidupan, dan di akhirat kelak, orang-orang yang kufur nikamt itu akan mendapat azab Ilahi.

2) Sikap Syukur
Adapun manusia golongan (macam) kedua ialah yang menunjukkan sikap syukur ketika mendapat nikmat.
Dia merasa wajib menyatakan syukur itu sebagai ucapan terima kasih. Sedangkan sesama manusia yang memberikan sesuatu pertolongan dirasakan perlu mengucapkan terima kasih. Kononlah lagi kepada Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan nikmat yang tidak terhitung jumlahnya.
Tatacara bersyukur ini diwujudkan dalam bentuk ta’at kepada Allah dan mendekatkan diri (taqarrub) kepadaNya, mengerjakan ibadah dan amal-amal, melaksanakan kebajikan-kebajikan yang diridhaiNya dan menjauhi perbuatan-perbuatan yang dimurkaiNya.
Apabila mendapat nikmat kekuasaan dan wewenang dan yang seumpamanya maka kekuasaan dan wewenang itu hendaklah dipergunakan untuk menegakkan keadilan, menolong orang-orang yang lemah dan teraniaya, membangun sarana-sarana yang bermanfa’at kepada umum.
Jika mendapat nikmat berupa kekayaan itu hendaklah disumbangkan untuk mendirikan bangunan-bangunan yang bersifat sosial, rumah-rumah sakit, sekolah-sekolah, masjid-masjid dan amal-amal kebajikan lainnya, memberi modal usaha untuk yang tidak mampu, bantuan SPP.
Haruslah diyakini, bahwa pemberian (pengeluaran) yang disumbangkan itu tidak berarti berkurang, tapi pasti bertambah dalam bentuk-bentuk yang lain, seperti yang dinyatakan dalam Al Qur’an :
Artinya : “ Jika kamu bersyukur, maka Saya (Allah) akan menambah (nikmat) itu kepada kamu, dan kalau kamu membangkang (kufur), maka sesungguhnya siksaKu sangat pedih.” (Ibrahim :7)

Selain dari itu, apabila ditimpa musibah, bencana, kesukaran dan yang seumpamanya, hendaklah berlaku sabar, menghadapi peristiwa-peristiwa itu dengan hati yang tabah. Jangan berkeluh kesah, menggerutu, menyesali nasib, untung dan takdir. Hendaklah selalu bersikap optimistis, sebab dibelakang kesulitan pasti ada kelapangan, sesudah hujan, matahari akan memancarkan sinarnya kembali.
Allah SWT akan memberikan kelapangan kepada orang-orang yang sabar, seperti yang dinyatakan dalam Al Qur’an :
Artinya : “ Dan akan kami berikan kepada orang-orang yang sabar itu pembalasan, menurut yang telah mereka kerjakan dengan sebaik-baiknya ” (An Nahl : 96).

Sikap sabar itu bukan saja ditunjukkan dalam bencana yang mengenai kehidupan, tapi juga sabar dalam menghadapi perjuangan.
Contohnya ialah kesabaran kaum Muslimin dizaman Rasulullah menghadapi perjuangan melawan kaum musyrikin / munafikin dalam peperangan Ahzab, yang mempunyai kekuatan dan senjata yang berlipat ganda. Dengan sikap sabar itu, akhirnya Tuhan memberikan pertolongan dan kemenangan kepada kaum Muslimin.
Tatkala menghadapi pasukan yang kuat itu, kaum Muslimin tidak kecut, malah sebaliknya semakin bertambah keimanan mereka, seperti yang dilukiskan dalam Al Qur’an :
Artinya : “ Setelah orang-orang yang beriman melihat pasukan kaum serikat (Ahzab) mereka berkata :
Inilah yang dijanjikan oleh Allah dan RasulNya kepada kita dan Allah serta Rasul itu (senantiasa) berkata benar. Hal itu hanyalah semakin menambah keimanan dan kebulatan tekad kaum Muslimin “ (Al Ahzab 22)

3) Manusia “Baling-baling”
Golongan (macam) ketiga dapat dinamakan “manusia baling-baling” sebab sikap hidup dan pendiriannya adalah laksana baling-baling yang terpancang diatas bukit, yang bertiup menurut arah angin berhembus.
Orang-orang yang demikian, apabila mendapat nikmat, sikapnya gembira dan melonjak-lonjak, dan umumnya lupa daratan. Tetapi, jika ditimpa malapetaka, mereka menggerutu, bahkan kadang-kadang sikap dan pendiriannya berputar 180 derajat. Tuhan melukiskan dalam Al qur’an tentang manusia yang demikian :
Artinya : “Sebagian manusia ada yang menyembah Tuhan di pinggir-pinggir saja (ragu-ragu, tidak sungguh-sungguh), sehingga kalu dia mendapat kebaikan hatinya senang.
Tetapi kalau mendapat cobaan, dia berputar ke belakang, orang-orang yang demikian itu akan mendapat kerugian di dunia dan di akhirat. Itulah kerugian yang nyata ” (Al Haj : 11)

Sikap hidup dan pendirian yang demikian adalah karena iman yang tipis, tauhid belum kuat dan mendalam. Apabila iman dan tauhid sudah teguh, maka keadaannya seperti dilukiskan dalam Al Qur’an sendiri- tak ubahnya laksana pohon besar, daunnya rindang, buahnya lebat, akarnya tertancap ke dalam bumi.
Bukan saja pohon yang demikian dijadikan tempat berlindung diwaktu panas terik, tapi juga memberikan manfa’at kepada makhluq yang lain. Bahkan yang terpenting, mempunyai pendirian yang teguh, tidak roboh dan tumbang walaupun dipukul oleh angin taufan.
Sudah menjadi tabi’at dan watak sebagian manusia bersikap positif waktu mendapat kesenangan, kelapangan, nikmat dan bersikap negatif tatkala mendapat ujian atau ditimpa kesusahan. Hal inilah yang dilukiskan oleh Tuhan dalam Al Qur’an :
Artinya : “ Adapun manusia, apabila diuji oleh Tuhannya, diberiNya kemuliaan dan kesenangan hidup, dia mengatakan: Tuhanku memuliakan aku tetapi, apabila Tuhan mengujinya dibatasiNya rezekinya, maka dia berkata : Tuhanku menghinakan aku “ (Al Fajr : 15-16)

Bagi manusia yang demikian, ukuran yang dipakainya ialah materialistis / nilai-nilai lahiriah, soal kebendaan (materi). Yang nampak baginya ialah benda-benda yang mengambang di permukaan air, sedang benda-benda yang berharga di dalam air tidak kelihatan sama sekali.

Puncak Dzikir

Puncak Dzikir Adalah Alloh Ghoyatuhu (Alloh tujuan Nya)

( Intisari Khutbah Jum’at tanggal, 04 April 2008 M / 27 Rabiul Awal 1429 H )
Oleh : KH.Moh. Arifin Ilham

Tiada sikap yang lebih baik dan mulia, sebagai hamba Alloh bertauhid, cepat atau lambat pasti berjumpa dengan-Nya kecuali langkah taqwa menyertainya. Di manapun, kapanpun, dalam situasi apapun. Hamba Alloh yang senantiasa berdzikir kepada Alloh jalla jalaluhu, Alloh pun berdzikir kepada hamba itu
فَاَذْكُرُوْنىِ اّذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْالىِ وَلاَتَكْفُرُوْنِ
“Maka ingatlah, berdzikirlah kepada-Ku, Akupun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku” (QS. 2 Al Baqarah : 152)
Alloh banggakan hamba yang menyebut asma Alloh. Dari sekian banyak hikmah-hikmah yang Alloh berikan, kepada hamba yang terus menerus berdzikir dari rahmat Alloh, Huwalladzi yusholly ‘alaikum (QS. 33 Al-Ahzab : 43), mengundang perhatian para malaikat wamalaikatuhu, Alloh keluarkan kegelisahan kepada ketenangan, kemalasan kepada ketekunan, riya sum’ah ujub kepada keikhlasan, Liyukhrijakum minazhzhlumati ilan nuur, diampuni dosa-dosa mereka, yang berdzikir mendapat ganjaran yang amat sangat besar.
وَالذَّاكِرِيْنَ الله َكَثِيْرًا وَّالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّالله ُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًاعَظِيْمًا
“… Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Alloh, Alloh telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar” (QS. 33 Al Ahzab : 35).
Kaum Muslimin dan Muslimat yang banyak berdzikir kepada Alloh, Alloh telah persiapkan untuk mereka ampunan dosa dan ganjaran yang mulia
وَمَنْ يَعْشُ عَنْ ذِكْرِالرَّحْمَنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَنًا فَهُوَلَهُ قَرِيْنٌ
“Dan barangsiapa berpaling dari dzikir (pengajaran) Alloh Yang Maha Pengasih. Kami biarkan setan (menyesatkannya) dan menjadikan teman karibnya” (QS.43 Azzukhruf : 36).
Dari sekian banyak hikmah-hikmah yang Alloh berikan kepada hamba yang berdzikir ialah puncak yang dirindukan hamba yang terus menerus berdzikir adalah ; hafizhallah qolbahu ‘an dzikrihi ; Alloh jaga hati hamba, dan selalu ingat Alloh jalla jalaluhu, dan itu buah dari mujahadah / kesungguhan, ketulusan, istiqomahnya hamba itu terus menerus berdzikir kepada Alloh, hingga hatinya dijaga Alloh, untuk selalu ingat Alloh, di mana kapan dalam situasi apapun. “Kana Rasulullah sholluhu ‘alayhi wa alihi wa sallam fadzkurullaha kulla ahyanin” Rasul SAW senantiasa hati beliau dijaga oleh Alloh sampai tidurpun, mata tertutup tapi hati beliau ingat Alloh ”yanam wala yanam” karena beliau hamba Alloh selalu berdzikir kepada Alloh.
Karena itulah hamba-hamba yang selalu berdzikir ada suasana yang membuat dia takut, kalau lupa kepada Alloh. Karena itu mereka selalu berdzikir dan berdo’a
رَبِّ اَعِنِّى عَلىَ ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
“Ya robbi tolonglah hati ini selalu ingat kepadamu, selalu mensyukuri ni’matmu dan selalu dapat menegakkan ibadah terbaik kepadamu” Mereka yang banyak berdzikir, akan banyak syukurnya kepada Alloh, dan mereka yang banyak syukurnya kepada Alloh, maka akan menegakkan ibadah baik kepada Alloh sebagai wujud syukur atas segala ni’mat-ni’mat yang Alloh berikan kepada dirinya. Di antara tanda-tanda cintanya Alloh kepada hamba, maka hamba itu diberi oleh Alloh kelezatan dalam berdzikir dan inilah surga sebelum surga. Lezatnya dunia ini, tatkala kita merasakan kelezatan berdzikir, karena hamba Alloh yang berzikir dan taat kepada Alloh bagaimana tidak taat, karena dia ingat Alloh yang menciptakan alam semesta ini, Alloh yang akan menghidupkan dan mewafatkannya.
Alloh menatap, mendengar, dan memperhatikannya. Tidak ada tempat, waktu, dan tidak sempat terlintas berfikir untuk melakukan ma’siat, yang ada khauf / takut kepada-Nya dan roja’ mengaharap amat sangat kepada-Nya. Mahabbah memburu cinta-Nya sehingga alunan dzikir subhanallah wal hamdulillah wala ilaha illalah wallohu akbar, terjemahan wirid hatinya rindu cinta dan takut kepada Alloh sehingga ia merasakan keagungan, keni’matan, kemuliaan bahkan kedahsyatan tenggelam cintanya kepada Alloh اَلاَ بِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبُ “ingatlah, hanya dengan mengingat Alloh hati menjadi tenang” (QS. 13 Ar Ra’d : 38). Ia menemukan taman surga, sebelum hakekat taman surga, karena dzikir telah menjadi kepribadiannya. Buah dari mujahadahnya terus berdzikir kepada Alloh, kalau hamba itu berdiam berdzikir, Alloh mendekatinya dengan berjalan kalau hamba berjalan maka Alloh mendekatinya berlari, kalau hamba itu berlari dengan dzikirnya maka Alloh terbang mendekati hamba itu. Ingatlah Aku kata Alloh, maka Aku ingat kamu, siapa yang ingat Alloh saat senang maka saat ia susah Alloh akan menolong.
Hamba yang selalu berdzikir menjadikan Alloh ghoyatuhu ( غَايَتُهُ ) Alloh tujuannya. Apa yang ada dihatinya dipikirkan, diucapkan dan diamalkan tidak ada intrik-intrik tidak ada retorika, tapi ada kesan tawadhu’ tidak ada yang dibuat-buat, karena ia tahu hidup ini sebentar, dan akan hidup selama-lamanya di akhirat. Kerinduannya adalah liqo Alloh / berjumpa dengan Alloh, maka itulah Alloh tujuannya. Di antara hamba-hamba Alloh mewakafkan, bukan hanya hartanya tapi jiwa raganya untuk mencari ridho Alloh. Karena Alloh tujuan hidupnya maka ia butuh teladan, yang mendapat ridho Alloh, dipuji oleh Alloh, sebaik-baik teladan wa innaka la’ala khuluqin adziim pujian Pencipta kepada ciptaannya, Alloh memuji nabi Muhammad SAW, karena itulah rasul sebagai uswah, qudwah dalam setiap langkah kehidupannya. Sehingga disekitarnya pun dapat berkah. Buah dari rindunya kepada ridho Alloh, rasul sebagai teladannya sehingga dunia ini menjadi majlis dzikir.
الَّذِيْنَ يَذْكُرُوْنَ الله َقِيَامًا وَقُعُّوْدًا وَعَلىَ جُنُوْبِهِمْ
“Orang-orang yang mengingat Alloh sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring” (QS.3 Ali Imran : 191). Di rumah di jalan, di kantor ingat Alloh, maka dunia ini terhampar luas bagi majlis dzikir, karena apa yang di lihat, di dengar makhluk Alloh, dimiliki oleh Alloh, digerakkan oleh Alloh ; inilah pesona Ilahi yang membuat ia semakin terkagum-kagum. Bumi ini menjadi masjid, dan ia yang senang berdzikir, QS. 24 An-Nur 36.
فىِ بُيُوْتٍ اَذِنَ الله ُ اَنْ تُرْفَعَ وَيُذْكَرَ فِيْهَا اسْمُهُ يُسَبِّحُ لَهُ فِيْهَا بِالْغُدُوِّ وَاْلاَصَالِ
“( Cahaya itu) di rumah-rumah yang di sana telah diperintahkan Allah untuk memuliakan dan menyebut nama-Nya, di sana bertasbih (menyucikan) nama-Nya pada waktu pagi dan petang” (QS.24 An Nur : 36)

Apabila Dunia Mulai Suram Akhiratpun Nampak

Apabila Dunia Mulai Suram Akhiratpun Nampak

“Apabila cahaya keyakinan telah menerangi hatimu, pasti engkau dapat melihat akhirat sangat dekat denganmu, daripada perjalananmu menuju kesana. Kalian akan melihat pula keindahan dunia ini telah ditutupi kesuraman yang mencekam yang datang menimpanya.�E
Nurul yaqin adlah cahaya yang menembus hati manusia akan kebenaran hari akhirat yang tetap menjelma kelak. Kebenaran hari akhirat yang bakal datang itu adlah kebenaran mutlak yang tak datang dipungkiri. Dunia ini fana dan penuh kebatilan, itupun takmungkin dibantah.

Nurul yaqin yang bercahaya dari hati hamba Allah menunjukkan kebenaran adanya hari akhirat yang gaib dari penglihatan, pendengaran dan pengetahuan manusia. Hari akhir itu jauh, akan tetapi dekat dihati hamba yang yakin bakal datangnya hari itu. Perjalanan menuju akhirat adalah perjalanan yang panjang, akan tetapi menjadi pendek dan singkat bagi hamba yang makrifat. Hamba Allah yang hatinya terpercik sinar Ilahiyah, memandang hidup dunia ini sementara, penuh dengan kepalsuan, kebatilan dan banyak kerusakan. Dunia ini ditempuh sesuai dengan usia yang telah ditetapkan oleh Allah Ta’ala untuk manusia. Batas usia yang tertentu itu dimanfaatkan selektif mungkin oleh para hamba Allah dengan amal ibadah serta kepatuhan si hamba pada perintah dan larangan Allah.

Pancaran sinar iman dan cahaya keyakinan dari dada hamba Allah akan menembus alam kebaikan negeri akhirat. Dadanya yang bersinar iman, seperti sabda Nabi SAW., “Sesungguhnya cahaya keyakinan itu apabila telah masuk ke dalam hati, maka lapanglah dada menerimanya, “Ditanyakan kepada Rasulullah, “Apakah hal seperti itu ada tanda-tandanya?�EJawab Nabi SAW., “Ya, engkau menghindarkan dirimu dari tipuan dunia, serta bersegera mendekati akhirat yang abadi dan bersiap-siaplah menunggu datangnya maut.�E
Sahabat Anas ra. bertutur, ketika Rasulullah SAW. dalam suatu perjalanan berjumpa dengan pemuda Ansar, beliau bertanya, “Bagaimana keadaanmu pada pagi hari ini ya Haritsah? Ia menjawab, “Aku menjadi seorang mukmin yang bersungguh-sungguh.�EMendengar ini Rasulullah SAW., mengingatkan, “Wahai Haritsah, perhatikanlah ucapanmu, karena setiap yang engkau ucapkan haruys sesuai dengan amalanmu. Haritsah menjelaskan kepada Rasulullah SAW., “Ya Rasulullah, jiwaku ini sangat bosan melihat keadaan dunia ini, lalu bangun tengah malam dan berpuasa siang hari. Saat ini seakan-akan aku berhadapan dengan ‘Arsy Allah, dan melihat ahli surga yang sedang bersilaturahmi. Demikian juga terbayang olehku bagaimana ahli neraka itu disiksa dan merintih kesakitan.�E
Rasulullah pun menjelaskan, “Engkau telah melihat itu semua, maka hendaklah tetap pendirianmu. Engkau telah dianugerahi cahaya keimanan didalam hatimu.�EHaritsah memohon kepada Rasulullah, agar didoakan dapat mati syahid. Lalu Rasulullah SAW., berdoa untuk Haritsah. Ketika pada suatu masa datanglah perintah dari Rasulullah bagi para pemuda untuk bersikap jihad fi sabilillah, maka Haritsahlah yang pertama mendaftarkan dirinya. Ia pun syahid dalam suatu pertempuran melawan orang kafir. Ketika ibunya mendengar berita tewasnya Haritsah sebagai Syuhada, ia segera menjumpai Rasulullah SAW. Sang ibu yang sangat mencintai putranya itu bertanya, “Ya Rasulullah, benarkah berita tentang kematian Haritsah? Jika ia disurga, aku tidak akan menyesal dan tidak akan menangis. Akan tetapi jika lain dari itu, maka aku akan menyesal dan menangis selama hidupku didunia. Rasulullah pun menyenangkan hati ibu ini, dengan jawaban, “Haritsah telah masuk surga, bukan hanya satu surga tapi surga dalam
surga-surga. Ia telah mencapai surga firdaus yang sangat tinggi. Ibu Haritsah ini pun kembali dengan senyaum-senyum sambil berkata, “Sangatlah beruntung wahai kau anakku.�E
Sahabat Anas menjelaskan pula, “Pada suatu hari sahabat Mu’adz bin Jabal menemui Rasulullah SAW sambil menangis. Mu’adz ditanya oleh Rasulullah SAW., “Bagaimana pagi ini wahai Mu’adz?�E“Aku pagi ini merasakan benar-benar keimananku,�Ejawabnya. Rasulullah mengingatkan agar perkataannya harus sesuai dengan hakikat amalnya. Rasulullah bertanya pula, “Bagaimana perasaanmu itu?�EMu’adz menjawab, “Apabila berada diwaktu pagi, aku merasa tidak akan sampai petang tidak mungkin sampai pagi. Setiap melangkahkan kakiku, aku merasa tidak dapat melangkahkan kakiku yang lain. Aku melihat dalam hayalanku manusia telah dipanggil menerima suratan amalnya bersama para Nabi dan berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah. Aku pun seperti melihat siksaan dan rintihan ahli neraka, dan kesenangan yang diterima ahli surga serta kenikmatannya. Nabi SAW., bersabda, “Engkau telah mengetahu itu semua, maka jangan beranjak dari imanmu itu.�E
Rasulullah memberitakan kepada kami, perihal tewasnya para sahabat seperti Za’id, Ja’far bin Abi Thalib, Abdullah bin rowahah ra. Dalam sabda beliau, “Mereka adalah Syuhada�E Mereka tidak akan senang, apabila mereka masih berada di tengah-tengah kita. Rasulullah bertutur dengan wajah sedih, dan nampak air matanya menetes bagaikan manik lepas dari talinya.�E
Para sahabat yang dipaparkan diatas telah menunjukkan, bagaimana mereka telah melihat dan membayangkan kehidupan akhirat dalam makrifat mereka, seperti yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Para sahabat biasanya mendapat khasyaf dari Allah SWT., karena makrifat yang mereka milikibegitu tinggi. Bayangan tentang masa depan dan negeri akhirat, tentang surga dan neraka, seperti mereka melihat situasi hari akhirat itu dengan sungguh-sungguh. Hal ini dibenarkan oleh Rasulullah SAW. Mereka sangat senang mendengar penjelasan dari Rasulullah SAW., tentang apa yang telah tampak dalam khasyaf mereka.

Para sahabat melihat keindahan dunia ramai ini begitu memukai yang dapat menghanyutkan setiap orang yang memandangnya bahkan sangt memikat. Kehati-hatian para hamba Allah yang shalih akan mampu mengarahkan mereka kepada pengetahuan yang hakiki tentang dunia yang sangat mempesona itu.

Siapa yang tidak hati-hati dalam hidup dunia, ia akan mudah tergelincir dalam perangkap yang sangat indah, akan tetapi menyesatkan. Perangkap yang indah itu akan menyilaukan penglihatannya, yang lama kelamaan akan menjadikan buta dan kehilangan jalan kebenaran menuju Allah Ta’ala. Ia akan kehilangan jalan menuju ke negeri yang aman tenteram, yaitu negeri akhirat. Dunia adalah jembatan menuju akhirat. Karena negeri akhirat itulah tujuan perjalanan manusia yang terakhir. Camkanlah.[]
*Mutu Manikan dari Kitab Al-Hikam*
Syekh Ahmad Atailah

MASALAH ITU BUKAN MASALAH

MASALAH ITU BUKAN MASALAH

Hadits Rasulullah : “Dunia itu negara bala’ dan ujian”.
1. Banyak orang menganggap :
- Ujian itu masalah dan masalah itu masalah. Orang takut dg ujian & masalah.
- Orang tidak suka dengan masalah, merasa tertekan dengan ujian dan masalah.
- Orang hilang rasa bahagia dan ketenangan karena masalah.
- Orang terasa resah dan gelisah karena masalah.
- Bila ditimpa masalah, ia terasa besar, berat, hilang selera makan, tidak dapat tidur, bahkan jatuh sakit.
2. Banyak orang :
- Takut dengan kemiskinan, takut sakit, takut rugi dalam bisnis, tidak naik pangkat, kematian orang yang sangat dicintai, dsb.
3. Sebaliknya, perkara yang masalah dianggap masalah, yaitu yang terbesar adalah tidak cinta dan tidak takut Allah. Bila tidak cinta dan tidak takut Tuhan, perkara yang bukan masalah jadi masalah, lebih-lebih lagi yang memang masalah.
- Miskin bukan masalah kalau sabar dengan kemiskinan, tidak membuat dosa dan kemungkaran.
- Kaya bukan masalah, tapi dapat menjadi masalah bila dengan kekayaannya menjadikan sombong, membazir, boros, hidup nafsi-nafsi, foya-foya, dsb.
- Pandai dan berilmu bukan masalah karena perkara yang baik. Tapi kalau dengan ilmunya menjadi sombong, digunakan untuk mengejar pangkat dan jabatan untuk mengumpul harta, maka ini menjadi masalah.
4. Masalah dan ujian yang datang kepada kita sesungguhnya adalah untuk meningkatkan iman, bahkan menjadi syarat untuk mendapatkan iman. Oleh karena itu kalau kita benci atau tidak suka diuji dengan masalah, jangan-jangan tidak termasuk yang Allah tanamkan iman di hati mereka. Allah berfirman dalam Q.S.Ankabut : 2-3 yang artinya :
” Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.
5. Yang sangat benci dengan kepada ujian dan masalah ialah nafsu. Diantara maksud Allah datangkan ujian dan masalah dalam hidup kita ialah untuk menekan hawa nafsu agar tidak rakus dan buas. Nafsu akan terdidik dengan ujian dan masalah. Kalau Allah tidak datangkan ujian dan masalah, nafsu jahat akan menjadi subur, berbunga dan akhirnya berbuah kejahatan. Buah nafsu ialah sifat mazmumah yang bersarang di hati dan merusakkan kebahagiaan hidup manusia. Buah nafsu itu adalah : sombong, hasat dengki, bakhil, pemarah, sangka buruk, cinta dunia, suka dipuji, dsb
Dalam Q.S.Yusuf : 53 Allah berfirman yang artinya al : ” .. Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku...”
Maka jelaslah ujian dan masalah dalam hidup ini suatu rahmat dan kasih sayang Allah, yang membantu mengawal, melemahkan dan mendidik nafsu yang sangat memusuhi kita. Justru itu kalau kita terlalu benci, terlalu tertekan dan terlalu sakit dengan ujian dan masalah, ketahuilah bahwa nafsu sedang menguasai kita dan kita akan tergolong dari orang-orang yang sangat dipengaruhi nafsu.
6. Para sahabat sangat sedih kalau Allah tidak menguji mereka. Kalau 1 hari tidak diuji, mereka bimbang, 2 hari tak diuji mereka cemas, 3 hari tak diuji mereka merasa takut dengan Allah. Mereka merasa jangan-jangan Allah sudah tidak peduli, lalu mereka merintih kepada Allah agar tidak disisihkan.
Para sahabat merasa tenang dengan ujian dan masalah, mereka gelisah bila tidak diuji. Mengapa kita tidak begitu ? Allah berfirman dalam hadits Qudsi, yang artinya :
”Kalau kamu diuji, kamu tidak sabar. Dan kalau kamu diberi nikmat tidak bersyukur. Maka keluarlah kamu dari bumi langit Allah ini, dan carilah Tuhan yang lain selain Aku”.